Menilik Masa Depan Karier dan Pendidikan dengan Otomatisasi
Seiring dengan transisi menuju era digitalisasi 4.0, istilah “otomatisasi” mulai dilontarkan oleh banyak tokoh terkemuka dan menarik perhatian masyarakat. Potensi dari teknologi ini dinilai dapat menggantikan beberapa pekerjaan tertentu sehingga mengkhawatirkan mayoritas pelaku profesi. Namun, seperti apakah masa depan lapangan kerja dan pendidikan dalam 100 tahun lagi dengan adanya otomatisasi? Concern inilah yang diangkat oleh Dr. Rini Setiowati, S.E., MBA dari BINUS Business School.
Usia Harapan Hidup yang Terus Meningkat
Menurut Oeppen dan Vaupel (2002), usia harapan hidup secara global terus menunjukkan tren peningkatan. Misalnya, pada abad ke-19, angka harapan hidup tertinggi berada di rentang 45 sampai 50 tahun. Namun, memasuki abad ke-21, usia harapan hidup di seluruh dunia telah meroket hingga hampir dua kali lipatnya, yaitu 80 tahun. Bahkan, angka tersebut diprediksi akan mencapai 100 tahun pada tahun 2050.
Tingginya usia harapan hidup sangat berkorelasi dengan pertumbuhan populasi dunia, seperti yang didukung oleh data dari PBB (2015). Berdasarkan hasil prediksi PBB, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas akan meningkat sebanyak 3,5 kali lipat dibandingkan dengan jumlah populasi pada tahun 2000. Dengan kata lain, banyaknya orang lanjut usia akan terus bertambah dengan cepat seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya usia harapan hidup.
Dampak Otomatisasi terhadap Lapangan Kerja
Lantas, bagaimanakah otomatisasi, atau pengalihan tugas kepada mesin, dapat memengaruhi taraf hidup orang-orang yang bertambah tua selama puluhan tahun belakangan ini? Banyak yang mengira bahwa otomatisasi akan menghancurkan lapangan kerja bagi generasi sebelumnya, tetapi data dari McKinsey (2017) menunjukkan sebaliknya.
Menurut informasi tersebut, jumlah profesi yang hilang karena keberadaan teknologi baru di Amerika Serikat justru lebih sedikit daripada profesi baru yang muncul. Misalnya, sejak teknologi komputer bertambah canggih, perkembangan teknologi ini telah menciptakan 19.263 pekerjaan baru dan menggantikan 3.508 pekerjaan.
Penyebab dari terciptanya lapangan kerja baru untuk menggantikan profesi lama sangatlah beragam. Beberapa di antaranya mencakup peningkatan permintaan konsumen seiring dengan bertambahnya populasi global, meningkatnya jumlah penduduk lansia, dan perkembangan teknologi baru. Dengan demikian, otomatisasi bukanlah hal yang perlu ditakutkan akan menghancurkan lapangan pekerjaan.
Kemampuan yang Tetap Diperlukan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, peran manusia tidak akan digantikan sepenuhnya oleh perkembangan otomatisasi teknologi. Justru, lahirnya berbagai profesi baru dari kemajuan teknologi menghadirkan permintaan akan sejumlah soft skills. Berikut adalah beberapa kemampuan yang tetap diperlukan pada era digital saat ini dan ke depannya:
– Kemampuan sosial
Salah satu keunggulan manusia yang tidak dimiliki oleh mesin adalah kemampuan sosial, seperti kecerdasan emosional dan kemampuan menurunkan ilmu kepada orang lain. Manusia akan tetap relevan di tengah gencarnya otomatisasi dengan kemampuan untuk berempati dan mengajar sesama.
– Kemampuan konten
Untuk mendukung peran otomatisasi dalam lapangan kerja, kemampuan untuk terus mencari dan menyerap ilmu secara aktif sangatlah diperlukan. Hal ini penting sekali sebab pada akhirnya, manusialah yang bertanggung jawab untuk mengelola teknologi otomatisasi dan mengembangkannya.
– Kemampuan kognitif
Otomatisasi tidak dapat bekerja dengan lancar tanpa adanya input kreatif dari manusia yang menciptakannya. Maka dari itu, kemampuan untuk berpikir out of the box tetaplah dibutuhkan untuk lapangan kerja pada era digital saat ini dan masa depan.
– Kemampuan proses
Kategori ini mencakup kemampuan mendengarkan secara aktif (active listening) dan berpikir secara kritis (critical thinking). Active listening berarti bukan sekadar memikirkan apa yang harus dikatakan selanjutnya untuk membalas lawan bicara, melainkan benar-benar memahami inti perkataan mereka dan mampu menyampaikannya. Sementara itu, kemampuan untuk berpikir kritis diperlukan untuk menciptakan solusi yang tidak dapat dibuat oleh otomatisasi.
Kunci Menghadapi Masa Depan dengan Otomatisasi
Otomatisasi bukanlah sesuatu yang patut ditakuti, terutama dengan semakin bertambahnya populasi lansia di seluruh dunia. Langkah bijak untuk menghadapi fenomena yang tak terhindarkan ini adalah dengan menerapkan lifelong learning.
Artinya, para pelaku profesi harus bisa terus belajar dan memperkaya ilmu yang mereka miliki terlepas dari umur mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan rutin mengikuti kelas atau lokakarya, serta mempelajari ilmu baru dari sumber edukatif.
Untuk mendukung lifelong learning di hadapan otomatisasi, pemerintah harus bisa menciptakan kebijakan penerapan teknologi dalam pendidikan maupun karier, serta mendukung inovasi. Sementara itu, penyedia lapangan kerja dapat berfokus pada upskilling atau meningkatkan kemampuan karyawan mereka.
Walaupun otomatisasi dinilai dapat menghancurkan lapangan kerja dan taraf hidup segmen populasi yang bertambah tua belakangan ini, kenyataannya tidaklah demikian. Justru, kemajuan teknologi dapat menciptakan berbagai lapangan kerja baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Alih-alih menganggapnya sebagai ancaman, alangkah baiknya masyarakat hidup berdampingan dengan perkembangan otomatisasi. Caranya adalah dengan mengutamakan lifelong learning atau terus mempelajari ilmu baru, berapa pun usia mereka.
Tertarik mempelajari wawasan terkini tentang dunia bisnis dari BINUS Business School? Nantikan terus topik menarik yang akan datang dengan klik di sini!