OPTIMALISASI VALUE PROPOSITION BAGI UKM
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sering merasa produk nya tidak sebagus produk yang dimiliki oleh kompetitor. Hal ini berdampak dari daya tarik produk terhadap keinginan membeli konsumen produk yang ditawarkan. Menjawab keresahan itu, Etsa Astridya Setiyati, S.E., PGradDipBus., MCom, Dosen Entrepreneurship Business Creation (EBC) Kampus Binus Malang, mengadakan workshop pada tanggal 27 Oktober 2022 di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang yang dihadiri oleh para pelaku UMKM.
Etsa menggugah semangat para pelaku UMKM dengan menyakan apa yang di harapkan jika konsumen melihat tampilan produk yang ada di toko anda. Etsa menjelaskan konsep Attention, Interest, Desire, and Action atau disingkat sebagai AIDA. Attention menjadi pintu utama bagi konsumen untuk mulai mengenal produk yang ditawarkan. Ketika produk tersebut sudah diketahui, konsumen akan meningkatkan ketertarikan nya akan fitur yang ditawarkan. Setelah ketertarikan tersebut membesar, keinginan untuk membeli akan tumbuh dan berkembang. Keinginan yang sudah besar tersebut akan termanifestasikan dalam tindakan untuk membeli produk. Dalam kesempatan yang sama, Etsa membahas bahwa persepsi menjadi hal yang penting. Persepsi adalah proses dimana seorang individu memproses respon panca Indera mereka terhadap stimuli dasar (seperti warna, suara, aroma, tekstur) dan mengintrepretasikan menjadi suatu makna tertentu yang berpengaruh pada perilaku mereka. Warna dapat secara langsung mempengaruhi emosi dan berfungsi menarik perhatian konsumen secara visual. Etsa memaparkan bahwa penataan tampilan produk perlu menambahkan properti lain yang menambah warna dan menarik perhatian. Warna-warna cerah sering di pilih untuk produk makanan. Untuk produk fashion, titik pusat perhatian pembeli menjadi value yang sangat penting. Ruangan membuat tampilan dapat lebih nyaman dan mudah untuk di pandang. Ruangan juga dapat digunakan untuk menyimpan stok barang yang ada. Dalam pemaparan Etsa, penataan layout pakaian perlu di susun secara tematik. Penataan bisa menggunakan titik-titik perhatian yang menarik minat pelanggan untuk mengeksplor. Pemajangan pakaian bisa didasarkan pada warna yang senada atau tematik. Dalam penelitian Muzak, persepsi durasi waktu, mengubah kecepatan pelanggan di toko, dan membangkitkan suasana hati konsumen dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian.
Musik juga menjadi dimensi yang penting diperhitungkan. Slow tempo musik cukup bagus pada situasi lalu lalang pelanggan di dalam toko yang bergerak tidak terlalu cepat. Dengan adanya slow tempo maka volume penjualan akan relatif lebih tinggi. Dengan adanya slow tempo, jumlah pengeluaran akan lebih tinggi dihabiskan untuk konsumsi makanan. Di kondisi yang lain, fast tempo dapat membuat over estimasi dari durasi waktu. Secara lebih spesifik, genre musik klasik cenderung membuat konsumen membeli produk yang lebih mahal. Genre music jazz dan pop membuat konsumen membelanjakan uang lebih banyak. Memastikan mood senang dan popular akan membuat minat beli menjadi lebih tinggi. Peran aroma dapat menggugah kenangan/memori karena bagian otak yang memproses aroma dekat dengan emosi dan memori. Aroma juga dapat menggugah rasa lapar dan membuat konsumen cenderung belanja lebih banyak. Tester produk makanan dapat mengurangi keraguan konsumen dalam memilih produk. Selain itu, kesempatan interaksi dan persuasi dapat dilakukan dalam proses pemberian tester. Stimuli berupa sentuhan konsumen terhadap produk dapat meningkatkan keinginan membeli secara impulsive. Sentuhan juga dapat menimbulkan perasaan bahwa ada sesuatu yang dimiliki. Terakhir, peran tampilan produk harus diletakan yang teratur dan disertai keterangan lengkap berupa harga dan nama membantu konsumen. Workshop ini mendukung pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) ke-8 yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.