Memenuhi Permintaan Konsumen yang Senantiasa Berubah
Tidak dapat dimungkiri bahwa permintaan konsumen akan selalu berubah-ubah seiring dengan berkembangnya zaman. Apa yang dapat menjawab kebutuhan mereka pada abad ke-20 belum tentu bisa diterapkan pada abad ke-21.
Apalagi, dari berbagai contoh studi kasus perusahaan-perusahaan besar, transformasi digital memiliki andil dalam perubahan perilaku konsumen. Bagaimanakah kita bisa menyikapinya? Dr. Rini Setiowati, S.E., MBA dari BINUS Business School akan menjelaskan selengkapnya di sini.
Perkembangan Transformasi Digital dan Disrupsi Teknologi
Revolusi industri telah melewati tiga tahapan, dan sekarang kita telah memasuki tahapan keempat: menghubungkan dunia nyata dengan internet melalui digitalisasi. Dalam setiap perkembangan revolusi industri pun selalu terdapat disrupsi teknologi yang memengaruhi permintaan pasar.
Misalnya, pada tahun 2010, Kodak mengajukan permohonan pailit. Padahal, perusahaan ini sudah lama mengunggulkan produk kamera digitalnya yang berhasil menggantikan popularitas kamera film. Hal ini dikarenakan seiring dengan berjalannya waktu, peran kamera digital mulai tergeser oleh kamera smartphone.
Dengan kata lain, konsumen menginginkan kamera yang dapat dibawa ke mana saja dengan lebih mudah, dan sekarang mereka telah menggunakan smartphone untuk berbagai kebutuhan. Pada akhirnya, kini kamera smartphone lebih populer.
Kasus serupa juga berlaku bagi TV kabel yang tergerus oleh keberadaan layanan streaming seperti Netflix. Seiring dengan banyaknya segmen masyarakat yang menggunakan teknologi dalam keseharian, mereka pun menginginkan solusi yang lebih fleksibel. Nah, karena Netflix dapat diakses dari mana saja, kemudahan ini menyumbang lebih banyak pengguna streaming dari tahun ke tahun.
Perubahan pada Permintaan Konsumen
Disrupsi teknologi dari transformasi digital membawa berbagai perubahan bagi consumer behavior, sehingga preferensi mereka juga akan berganti. Berikut ini adalah beberapa aspek yang terus berubah dari permintaan konsumen seiring dengan berjalannya waktu:
– Penggunaan teknologi
Karena jumlah jumlah pengguna teknologi dalam keseharian senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, permintaan konsumen akan layanan yang dapat memadukan kecanggihan digitalisasi pun terus bertambah. Misalnya, menurut survei dari McKinsey (2017), 55% dari konsumen di Indonesia lebih suka menggunakan teknologi digital banking seperti mobile dan internet banking alih-alih solusi konvensional.
– Prioritas belanja
Sejak Covid-19 melanda seluruh dunia, permintaan konsumen dari segi prioritas belanja mereka juga ikut berubah. Sebagai contoh, orang-orang lebih suka membeli barang kebutuhan secara online pada tahun 2020. Mereka juga lebih memperhatikan kebersihan dari segala benda di sekitar mereka, sehingga sebisa mungkin, mereka akan memilih untuk beraktivitas di rumah alih-alih di luar ruangan.
– Prioritas dalam bekerja
Selain berbelanja, transformasi digital juga memengaruhi prioritas masyarakat dalam bekerja. Survei dari Deloitte menunjukkan bahwa kebanyakan pekerja lebih memprioritaskan diri mereka sendiri dan menghabiskan waktu di rumah pada awal serta puncak pandemi. Selain itu, mereka juga lebih memilih untuk bekerja demi mengamankan masa depan alih-alih memenuhi keinginan saat ini.
Risiko Digitalisasi dan Permintaan Konsumen
Perkembangan teknologi digital menghadirkan celah keamanan baru yang dapat memicu kejahatan siber, seperti phishing dan peretasan. Meski demikian, hal ini tidak mengubah permintaan konsumen akan integrasi digital dalam setiap layanan yang mereka akses. Justru sebaliknya, mereka akan tetap menggunakan solusi teknologi dengan lebih waspada terhadap privasi data mereka.
Misalnya, hasil penelitian dari Deloitte mengungkap bahwa kebanyakan konsumen tidak ingin data mereka digunakan oleh bisnis untuk membuat rekomendasi personal, bahkan jika mereka akhirnya akan menerima layanan yang tidak berlaku bagi mereka.
Cara Menghadapi Perubahan Permintaan Konsumen
Permintaan konsumen memang akan selalu berubah dari tahun ke tahun seiring dengan perkembangan zaman. Namun, bisnis yang baik mampu beradaptasi sebisa mungkin dengan perubahan tersebut.
Jadi, bagaimanakah cara menjawab permintaan konsumen yang senantiasa berubah-ubah? Pola pikir transformasi digital harus diterapkan dalam setiap aspek. Hal ini mencakup kemampuan berempati untuk memahami masalah pelanggan, memecahkan masalah mereka secara proaktif dan tanggap, serta keberanian untuk bereksperimen dengan solusi baru.
Ketiga aspek yang telah disebutkan menunjukkan bahwa sebuah bisnis siap untuk menghadapi tantangan perkembangan digitalisasi. Dengan demikian, mereka akan tetap relevan dan menikmati keuntungan jangka panjang, bahkan jika preferensi pasar telah bergeser.
Permintaan konsumen mencerminkan perkembangan teknologi serta masyarakat dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut juga didukung oleh berbagai studi kasus yang merekam jatuh bangun berbagai raksasa teknologi besar saat menghadapi perubahan zaman. Misalnya, konsumen pada era pandemi akan lebih mengutamakan kebersihan dan keamanan, sehingga mereka membutuhkan produk atau layanan yang dapat digunakan dengan mudah dari rumah.
Akan tetapi, perubahan permintaan konsumen dan perilaku mereka bukanlah ancaman bagi bisnis. Justru sebuah bisnis harus mampu beradaptasi dengan perkembangan consumer behavior. Dengan kata lain, mereka perlu mendengarkan masalah konsumen dengan penuh empati dan menjawab kebutuhan mereka dengan tangkas supaya bisa bertahan.
Ingin mendapatkan lebih banyak wawasan tentang seluk-beluk perkembangan bisnis? Klik di sini dan jangan lewatkan pembahasan menarik berikutnya dari BINUS Business School!