Digitalisasi Industri Kosmetik Ubah Preferensi Standar Kecantikan Jadi Lebih Baik?
Produk industri kosmetik identik dengan kecantikan wanita. Dulu, banyak pria yang menolak untuk memasuki toko kosmetik karena beberapa alasan, salah satunya karena stereotipe gender. Namun, tahukah Anda bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendefinisikan kosmetik sebagai bahan atau sediaan yang digunakan untuk membersihkan, merawat, dan mengharumkan bagian luar tubuh? Artinya, produk seperti sampo, sabun, dan parfum pun termasuk ke dalam kategori kosmetik.
Brand Consultant dan Founder BeautyBiz, Verra Oktavianti, berbagi pandangannya soal tren kosmetik di era digitalisasi dalam Business Talk Show “The Rise of Creative Economy” Business Outlook 2022 yang diselenggarakan oleh BINUS BUSINESS SCHOOL. Berpuluh tahun menekuni bidang kosmetik, Verra sudah membantu sejumlah brand kosmetik dan beautypreneur. Lantas, bagaimana industri kosmetik bisa diuntungkan oleh digitalisasi?
Dampak Digitalisasi Terhadap Industri Kecantikan
Sebagaimana yang terjadi dengan industri lainnya, pandemi menekan industri kosmetik untuk sepenuhnya mengandalkan digitalisasi. Meski ada sedikit penurunan penjualan pada 2022, data menunjukkan bahwa penjualan kian meningkat pada 2021 dan 2022. Menurut sejumlah data, industri kosmetik global diprediksi akan mengalami peningkatan sebesar 7% dalam lima tahun mendatang karena beberapa alasan. Salah satunya adalah perubahan kebiasaan konsumen akibat digitalisasi.
Masyarakat menghabiskan lebih banyak waktu di internet. Dari sinilah bisa terlihat bahwa publik memiliki demand yang meningkat dan brand kosmetik pun harus cepat menangkap peluang. Berikut ini beberapa poin pertimbangannya:
- Mengubah preferensi dan ekspektasi
Tidak bisa dimungkiri bahwa tren terus berubah, sehingga setiap brand pun harus sigap menangkap peluang. Seperti saat pandemi, fokus publik berubah ke kesehatan dan kebersihan. Brand skincare dan makeup berbondong-bondong meluncurkan produk hand sanitizer dan hand cream antibacterial.
Pandangan bahwa kosmetik hanya untuk wanita pun sudah terpatahkan. Kosmetik untuk pria menekankan pentingnya self-care. Konsumen kini melihat bahwa kecantikan adalah menjadi versi diri yang terbaik. Inilah yang harus ditangkap oleh perusahaan.
- Meningkatkan preferensi dan ekspektasi
Kebiasaan memakai masker juga memberikan peluang baru bagi pemain industri kosmetik. Masker yang menutupi bagian bawah wajah membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli eye makeup seperti maskara dan eye shadow. Selebihnya, ada demand yang tinggi untuk produk skincare, baik bagi pria maupun wanita.
“Perusahaan yang tadinya fokus ke makeup langsung inisiatif membuat produk skincare,” ucap Verra. Hal ini pun membuat brand kosmetik untuk terus memperluas product range mereka demi memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus bertambah.
- Meningkatkan jumlah perusahaan kecantikan
Sebuah survei menunjukkan tujuh brand lokal favorit di Indonesia. Secara mengejutkan, sebuah brand kosmetik yang baru berkiprah selama empat tahun berhasil masuk ke dalam daftar tersebut. Verra mengungkapkan bahwa digitalisasi mempermudah beautypreneur untuk dikenal oleh publik dalam waktu singkat. Dengan memanfaatkan media sosial, brand baru bisa menangkap perhatian konsumen dengan konten interaktif yang menyentuh sisi emosional, tone of voice yang playful, dan referensi pop culture yang relevan.
- Mendorong kinerja laboratorium
Verra menjelaskan bahwa kini beautypreneur-to-be semakin dimudahkan untuk meluncurkan produk kosmetik baru. Jika dulu setiap brand harus memiliki pabrik sendiri, kini beautypreneur bisa bekerja sama dengan laboratorium dan pabrik yang sudah ada. Lab akan membuat prototype yang mengandung key ingredients dan melakukan uji coba. Selanjutnya, pabrik akan memproduksi barang sesuai pesanan dan mengurus legalitas produk.
- Brand lokal meningkat
Brand lokal terbukti populer di Indonesia karena kualitas produk yang hebat dan harga yang relatif lebih terjangkau. Hal ini juga tidak terlepas dari peran lab yang meluncurkan inovasi baru berdasarkan penelitian terbaru dan juga petani lokal. Selain itu, Verra pun mengatakan bahwa peran influencer yang terus mengedukasi publik soal brand lokal membuat masyarakat lebih terbuka untuk mencoba brand kosmetik buatan anak bangsa.
Preferensi Standar Kecantikan Dulu dan Sekarang
Keberagaman dan kebebasan dalam berekspresi telah mentransformasi standar kecantikan. Bukan demi mengubah diri, produk kosmetik digunakan untuk merawat diri agar menjadi lebih percaya diri.
“Industri kosmetik ini resilient, akan dibutuhkan setiap saat,” ujar Verra. Digitalisasi itu penting, tetapi jangan lupa untuk memperhatikan cara berkomunikasi dengan konsumen. Tidak hanya berfokus pada kebutuhan dan keinginan, tetapi juga aspirasi konsumen. Harapannya, pada tahun-tahun mendatang, sebagian besar masyarakat Indonesia nanti setia menggunakan kosmetik lokal.