BINUS Business School

TOP BRAND DENGAN FORMAT BARU MENGUBAH PETA RETAIL MARKET DI BULGARIA

Oleh: Kevin Ardy Wijaya (Student of International Marketing)

Beberapa peresmian pembukaan major retail dan fleksibilitas dalam formatnya telah mengisyaratkan tanda-tanda awal dari pemulihan di pasar ritel Bulgaria menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Colliers International.

Pembukaan perusahaan raksasa furnitur IKEA pada September tahun 2011, yang dimana menurut laporan tersebut telah mendorong persaingan di segmen ini, menjadi faktor penentu utama dalam segi harga dan produk kebijakan dari banyak operator di pasaran.

Para ahli dari Colliers menyebutkan bahwa setiap project baru yang dikerjakan sedang mencoba untuk menambahkan fitur-fitur baru dan nilai-nilai menarik lainnya yang akan menambah “rasa” ke dalam fungsi ritel tradisional dari pusat perbelanjaan, seperti misalkan berbagai fasilitas rekreasi, taman hiburan, sinergi dengan raksasa ritel seperti Sofia Ring Mall serta IKEA).

Ada permintaan besar dan signifikan untuk retail space di daerah pusat dan perumahan di jalan-jalan dengan intensitas pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan yang tinggi. Tuntutan ini sebagian besar berasal dari retailer makanan, yang terus melakukan ekspansi mereka terutama melalui convenience formats.

Peta segmen fashion cukup berubah dengan peresmian pembukaan yang sangat ditunggu-tunggu dari H&M, yang membuka toko pertamanya di Bulgaria pada tahun 2012.

“Masuknya salah satu merek yang paling ditunggu-tunggu di Bulgaria adalah bukti bahwa merek fashion internasional melihat adanya prospek yang baik untuk development di pasaran” menurut laporan dari Colliers

Para pengecer juga telah memastikan ketersediaan lokasi di pusat perbelanjaan utama di Sofia, Varna dan Burgas dan diperkirakan akan berkembang dalam jumlah toko di beberapa kota-kota utama lainnya. Pada tahun 2014, beberapa retailer internasional memasuki pasar seperti Peacocks, Patrizia Pepe, Pimkie, Calvin Klein dan juga Quiz – semua nya melalui waralaba lokal atau regional.

Kabar yang kurang baik justru datang dari brand lokal sendiri di Bulgaria, dimana tercatat penjualan produk fashion berupa baju yang dibuat oleh perusahaan lokal hanya menguasai 8% dari total market di Bulgaria. Orang Bulgaria ternyata lebih memilih untuk membeli pakaian dari retail chains yang besar, namun tetap tidak bisa menemukan produk pakaian dengan kualitas yang lebih baik, hal ini disebabkan karena departemen pemasaran dari retail chains menganggap Bulgaria sebagai negara dengan purchasing power yang rendah sehingga hanya menawarkan produk dengan kisaran harga yang murah. Sektor ini mengekspor sebagian besar dari produksi nya dan dalam beberapa tahun terakhir mencetak growth sebesar 7%.

Meskipun banyak orang menganggap bahwa produk pakaian asal Bulgaria memiliki kualitas yang bagus, namun ternyata sangat sulit untuk ditemukan di toko-toko, oleh karena itu tidak mengherankan apabila hanya 8% yang terjual di pasaran dan para perusahaan lokal yang memproduksi pakaian lokal tidak mengharapkan kenaikan dalam jumlah market share pula.

Pakaian yang diproduksi di Bulgaria ternyata lebih mudah ditemui di toko second hand yang mencetak kenaikan dalam hal sales dan hal ini tidak mengherankan atau mengejutkan sama sekali karena banyak dari penduduk Bulgaria tidak mempunyai pemasukan yang cukup untuk digunakan untuk membeli pakaian baru. Penulis juga pernah masuk ke beberapa retail stores di Bulgaria yang menjual pakaian second hand dengan harga yang dirasa tidak masuk akal, karena pada hari-hari tertentu, retail store ini bisa memukul rata harga semua produk pakaian mereka hanya sebesar 1 lev yang jika dikalkulasikan kedalam kurs Rupiah hanya seharga Rp 7.300. Hal ini tentunya sangat menggembirakan bagi para masyarakat yang penghasilannya tidak memungkinkan untuk membeli pakaian baru.

Whatsapp