BINUS Business School

Membidik Kebahagiaan Negeri Nordik

Ditulis oleh Mohammad Hamsal adalah Guru Besar Strategi dan Agilitas DRM BINUS Business School serta Pengurus Indonesia Strategic Management Society.

Negara-negara Nordik telah mewujudkan aspirasi masyarakatnya dalam hal kesetaraan, kebahagiaan, dan kesadaran lingkungan.

Kemakmuran negara-negara di kawasan Nordik ditentukan oleh kebahagiaan penduduk dan kesejahteraan perusahaannya. Di dunia yang penuh dengan beragam lanskap, etnik, budaya, nilai-nilai, dan tradisi, inisiatif mengejar kebahagiaan adalah upaya universal. Semua manusia mendambakan kegembiraan, keamanan, kenyamanan, kepuasan, dan kesejahteraan. Mengejar kebahagiaan bukan lagi sekadar pilihan, tetapi sudah menjadi bagian mendasar dari manusia.

Mengkaji aras (level) kebahagiaan suatu negara dapat memberikan wawasan berharga mengenai upaya meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Hal ini akan membantu pemerintah, pembuat kebijakan, dan lembaga memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan masyarakat serta mengidentifikasi bidang-bidang yang mungkin memerlukan perbaikan. World Population Review (WPR) tahun lalu merilis laporan peringkat negara-negara melalui indeks Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness) warga negaranya dibandingkan melalui ukuran ekonomi untuk menilai kemakmuran. Pemeringkatan ini diharapkan dapat mempengaruhi alokasi sumber daya dan pengembangan kebijakan yang meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Beberapa dasawarsa terakhir, negara-negara Nordik telah mewujudkan aspirasi masyarakatnya dalam hal kesetaraan, kebahagiaan, dan kesadaran lingkungan.

Secara konsisten Finlandia, Denmark, Swedia, dan Norwegia berada di peringkat negara-negara paling bahagia seantero jagad. Mengapa beberapa negara-negara tersebut secara rutin meraih posisi teratas, sementara negara lain gagal? Menurut WPR, ada beberapa faktor umum yang membedakan negara-negara paling bahagia di dunia ini dengan negara-negara lain di dunia. Pertama, adanya dukungan sosial yang solid. Negara-negara yang paling bahagia di dunia memiliki sistem dukungan sosial yang kuat, yang mencakup layanan kesehatan, pendidikan, dan tunjangan pengangguran. Jaring pengaman ini memastikan warga negara dapat menghadapi tantangan hidup secara lebih percaya diri. Kedua, berkaitan dengan kebebasan dan kepercayaan. Tingkat kebebasan dan kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah dan sesama warga negara berkontribusi terhadap rasa aman dan kesejahteraan. Ketiga, berhubungan dengan keseimbangan rutinitas kehidupan. Negara paling bahagia di dunia pada umumnya memprioritaskan keseimbangan iklim kerja dengan jam kerja per minggu yang lebih pendek, vakansi berbayar yang lebih lama, dan kebijakan yang ramah keluarga. Keempat, keterhubungan dengan alam. Akses terhadap panorama alam yang indah dan kegiatan luar ruang sering kali berperan dalam kebahagiaan masyarakat secara keseluruhan.

Pendeknya, kembali ke alam dan menghargai khazanahnya. Kelima, yang masih menjadi tantangan di negara berkembang, yaitu kesetaraan. Masih adanya kesenjangan pendapatan dan rendahnya rasa kesetaraan sosial merupakan faktor-faktor yang akan mengurangi kebahagiaan manusia. Di lain pihak, hal-hal yang kontras dan berkontribusi terhadap ketidakbahagiaan penduduk di suatu negara disebabkan pertama-tama, karena adanya konflik yang berkepanjangan, perang saudara, serta ketidakstabilan politik.

Kedua, tantangan ekonomi yang dapat mengakibatkan kesulitan hidup layak karena berkurangnya kesempatan ekonomi, kemiskinan, dan keterbatasan layanan dasar. Semua ini berkontribusi pada rendahnya tingkat kebahagiaan.

Ketiga, dampak yang berkepanjangan dari genosida bersejarah karena trauma dan luka sosial yang terjadi di masa lalu. Hal ini berakibat buruk dalam jangka panjang terhadap kebahagiaan suatu negara. Kenangan peristiwa traumatis tersebut dapat memengaruhi kohesi, keterlekatan, dan kesejahteraan sosial.

Keempat, konflik yang berkepanjangan, kekerasan, kesulitan memenuhi kebutuhan warganya, dan kurangnya layanan dasar yang menyebabkan ketidakbahagiaan. Terakhir, perjuangan dan ketahanan ekonomi serta terbatasnya akses terhadap pendidikan serta layanan kesehatan yang berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kebahagiaan di suatu negara.

Membidik kemakmuran negara-negara di kawasan Nordik tentunya perlu dikaitkan pula dengan kiprah kesejahteraan perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan kekuatan mereka untuk memacu pertumbuhan bisnis di tengah perubahan dan ketidakpastian lingkungan. McKinsey (2023) menganalisis 311 perusahaan Nordik yang berkecimpung di 11 industri, dengan sampel sekitar 10.000 perusahaan papan atas, baik publik maupun swasta. Perusahaan konsultan global ini menemukan bahwa tidak hanya apa yang mendorong keberhasilan perusahaan-perusahaan ini, tetapi juga bagaimana mereka bisa mencapai kinerja yang lebih tinggi lagi, memacu pertumbuhan dan menghasilkan sejumlah inovasi baru, serta akhirnya menjadi kampiun bisnis global. McKinsey mencatat pula bahwa, pertama, perusahaan-perusahaan di negara Nordik fokus pada eksposur sektor industri yang menguntungkan, yaitu kesehatan, keuangan, dan energi.

Kedua, upaya mencapai kinerja unggul di sektor-sektor ini melalui kemampuan “berani tampil beda”. Mereka mampu mengambil posisi khusus serta kemudian menjaga margin tinggi. Kombinasi dari kedua strategi ini terbukti mampu mendongkrak tingkat kesejahteraan perusahaan secara menyeluruh. Mengapa perusahaan-perusahaan di negara Nordik menciptakan lebih banyak nilai dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi? McKinsey selanjutnya mengidentifikasi empat dimensi yang membedakan perusahaan-perusahaan Nordik dibandingkan rekan-rekan global mereka.

Pertama, mereka adalah pemain dalam diferensiasi, bukan biaya rendah. Sebagai konsekuensi atas pilihan strategi bisnis, maka inovasi produk dan layanan dikedepankan dengan dukungan kekuatan fungsi riset dan pengembangan (R&D). Perusahaan-perusahaan Nordik unggul dalam ekspansi margin karena masih ada ruang untuk perbaikan dalam operasional bisnis dan produktivitas secara keseluruhan. Kedua, mereka mempunyai orientasi jangka panjang. Perusahaan Nordik berinvestasi untuk memperkuat diferensiasi jangka panjang melalui alokasi dana yang optimal bagi penelitian dan pengembangan. Hal ini terutama berlaku di sektor-sektor yang research intensive dan pengembangan teknologi. Ketiga, perusahaan-perusahan di negara Nordik memimpin dalam bidang digital dan keberlanjutan. Mereka memimpin penerapan teknologi digital, penggunaan layanan publik digital secara ekstensif dan berkomitmen terhadap keberlanjutan. Keempat, mereka menunjukkan resiliensi (ketahanan) yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Dalam kurun waktu yang ditandai dengan meningkatnya ketidakpastian dan ketegangan geopolitik, perusahaan-perusahaan di negara Nordik mampu menjaga stabilitas operasional dan ketangguhan rantai pasok sebagai faktor pembeda yang penting bagi perusahaan. Namun perkembangan kinerja perusahaan-perusahaan di negara Nordik yang superior tidak dibarengi dengan pertumbuhan yang superior pula. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tidak terjadinya paradoks dalam hal kinerja dan pertumbuhan, yang seyogyanya terjadi seiring dan sejalan. Bila ditilik, perusahaan-perusahaan di negara Nordik terlalu banyak eksposur ke negara-negara dengan struktur pertumbuhan yang lebih rendah (terutama negara-negara berkembang di Asia dan Afrika), lebih sedikit investasi dalam pertumbuhan (khususnya pengeluaran modal di 7 dari 11 industri), dan kegagalan dalam diversifikasi usaha di luar bisnis inti mereka.

Sebagai penutup, corak negara dan perusahaan Nordik, dengan ciri kekuatan dalam keunikan serta pelbagai tantangan yang dihadapi, menawarkan pelajaran yang berharga. Masyarakat dan perusahaan di negara Nordik telah menikmati kebahagiaan dan kesejahteraan selama beberapa dekade terakhir serta akan terus melanjutkannya di masa mendatang. Jangan lupa bahagia… ***

Artikel ini bersumber dari https://www.kompas.id/baca/opini/2024/02/06/membidik-kebahagiaan-negeri-nordik

 

Whatsapp