BINUS Business School

Anda Pemilik Bisnis Keluarga? Ini Supaya Bisa Bertahan

Berangkat dari fakta bahwa bisnis yang sukses di Indonesia berawal dan didominasi oleh bisnis keluarga, seakan membuat anggapan bahwa jangan-jangan bisnis keluarga mudah untuk didirikan. Faktanya memang benar bisnis ini mudah didirikan namun juga di sisi lain mudah sekali diguncang terutama bila keluarga yang mendirikan dan ikut urun rembug dalam pengelolaan bisnis melupakan pentingnya mengikuti perkembangan yang ada di bisnis.

Mengenali bisnis yang disebut bisnis keluarga juga tidak sulit, ciri-cirinya dikelola oleh anggota keluarga, dari mulai keluarga inti, baru anggota keluarga tambahan, yang mengisi sekitar 60 % dari total komposisi sumber daya manusia yang menjalankan bisnis, sisanya adalah orang-orang dari luar anggota keluarga namun mendapatkan kepercayaan untuk menjadi bagian dari bisnis. Karena komposisi inilah, bisnis keluarga tidak mesti harus bisnis yang memiliki modal besar dan menjalankan bisnis untuk nilai profit yang besar, bahkan warung atau toko kelontong pun bila dijalankan oleh satu keluarga bisa dikategorikan bisnis keluarga.

Terlepas dari banyaknya bisnis keluarga yang sudah sukses dan bertahan puluhan tahun hingga generasi ketiga atau keempat, ada banyak bisnis keluarga yang masih mencoba bertahan dengan proses bisnis yang sama meski sudah puluhan tahun berdiri, meskipun dampak di sisi finansialnya tidak diperhitungkan.

Yang masih terus menjadi perbincangan di kalangan bisnis keluarga adalah apa saja yang harus disiapkan bisnis keluarga. Sehingga, banyak sekali kajian yang berusaha membuat formulasi strategi untuk bisnis keluarga agar bisa tetap mempertahankan bisnisnya.

Salah satu bentuk perkembangan yang di lingkungan bisnis adalah tentang digitalisasi, yakni suatu proses perubahan dari sesuatu yang sifatnya tradisional atau manual ke arah penggunaan teknologi. Saat ini tren digitalisasi menjadi suatu hal yang wajar bagi bisnis, dan tujuannya tentu untuk mendukung proses bisnis agar menjadi lebih efektif menyentuh target pasarnya.

Salah satu tren digitalisasi adalah penggunaan aplikasi yang digunakan untuk membantu mendata uang keluar masuk saat terjadi transaksi, bahkan tidak hanya itu saja, aplikasi yang digunakan untuk menghitung beban kerja karyawan di bisnis juga dapat bermanfaat untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil.

Namun demikian, sebenarnya sejauh apa bisnis keluarga dapat mengetahui keputusan digitalisasinya sudah tepat? Dan apakah dampak yang diharapkan dari digitalisasi? Perlu menyiapkan apa saja? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah beberapa dari banyaknya pertanyaan yang perlu dicari jawabannya oleh bisnis keluarga, dan harus dipertimbangkan secara sistematis. Oleh karena itu, hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh bisnis keluarga saat menghadapi isu go or not go dengan digitalisasi, sehingga investasi digitalisasi tidak menjadi terbuang percuma.

Berikut ini Langkah-langkah yang harus disiapkan oleh pemilik bisnis keluarga:

  1. Lakukan audit terhadap proses bisnis selama ini, mana yang bisa didigitalisasi karena seringkali bermasalah dari sisi penyelesaian, mana yang masih relevan dengan proses yang biasa dilakukan
  2. Pertimbangkan infrastruktur penunjang digitalisasi, karena hal ini akan berkaitan erat dengan investasi yang harus disiapkan
  3. Pelajari bisnis lainnya yang sudah lebih dahulu menggunakan proses bisnis yang didigitalisasi, dan lihat kemungkinan mengadopsi
  4. Lihat kesiapan sumber daya manusia yang akan diikutsertakan dalam proses bisnis yang didigitalisasi, apakah mereka memerlukan pelatihan khusus? Atau dianggap mampu mempelajari sendiri
  5. Lakukan window shopping ke sejumlah vendor penyedia solusi digital, jadilah kritis ketika mendapatkan informasi tentang solusi digital karena tidak semua solusi diperlukan
  6. Biasakan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap proses bisnis, baik yang manual maupun yang sudah didigitalisasi, untuk melihat kemungkinan bisnis 100 % go digital.

 

Penulis: Dr. Anita Maharani (Head of Program of Master in Management (Regular) BINUS BUSINESS SCHOOL)

 

 

 

 

 

Whatsapp