Mulai dari Hati, Putri Habibie Sukses Jalankan Bisnis Berlandaskan Passion
Putri Habibie—founder LadyBake cooking class, penulis buku My Little Home Cook, dan pendiri Yayasan Putri Habibie—ikut hadir sebagai salah satu narasumber dalam acara Business Talkshow bertema “The Rise of Creative Economy” yang diselenggarakan oleh BINUS BUSINESS SCHOOL (BBS).
Walau saat ini telah memiliki platform besar dalam membantu masyarakat, Putri memulai perjalanannya dengan tidak mudah. Sempat harus berkutat menyelesaikan S1 selama lima setengah tahun, ia akhirnya menemukan apa yang menjadi passion-nya dalam waktu panjang tersebut.
Selalu berbisnis dengan hati
Putri menyadari dan mengakui bahwa ia termasuk orang yang privilege (memiliki keuntungan atau kesempatan khusus). Privilege, menurut Putri, tidak selalu tentang uang, tapi juga networking dan pendidikan. Ia juga menganggap keinginan dan kecintaan seseorang untuk belajar termasuk privilege itu sendiri. Sadar akan privilege yang ia miliki, Putri selalu memikirkan dan ingin berbagi dengan orang lain.
Ia juga menilai bahwa privilege yang dimiliki seseorang tidak akan berarti jika ia tidak mampu mengubahnya menjadi privilege untuk orang lain. Menurut Putri, ilmu yang dimiliki seseorang tidak akan berguna apabila tidak dibagikan kepada orang lain untuk tujuan kebermanfaatan. Menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Art and Design di BINUS INTERNATIONAL, kemudian lanjut S2 jurusan MM in Creative Marketing BINUS BUSINESS SCHOOL, Putri menjadikannya bekal untuk berbisnis dengan hati dan membantu banyak orang.
Kuliah di BINUS INTERNATIONAL bantu Putri temukan passion
Sempat merasa dirinya tidak memiliki talenta untuk belajar, Putri menemukan passion-nya saat menyelesaikan S1 di BINUS INTERNATIONAL. Kala itu, ia mengambil program elektif tentang marketing dan branding, lalu menyadari bahwa ternyata ia memiliki passion di bidang ini.
Menjadikan pelajaran satu semester sebagai bekal untuk menggarap skripsi, ia bahkan menerima nilai A- untuk skripsi tersebut. Sebagai seorang mahasiswi yang sebelumnya harus mengulang mata kuliah Graphic Design sebanyak tiga kali, Putri merasa bahwa mungkin dunia marketing dan branding adalah apa yang ia suka dan bisa ia kerjakan dengan baik.
Jatuh cinta dengan marketing dan branding, ia memutuskan untuk lanjut S2. Tujuannya sederhana, yaitu belajar lebih jauh mengenai bidang ini. Saat ditanya mengapa kembali ke BINUS, Putri mengaku telah melakukan riset sebelum memilih universitas untuk S2. Dari riset yang ia lakukan, menurutnya BBS menawarkan kurikulum yang paling bagus dan paling worth it. Selain sesuai dengan bujet yang ia miliki, BBS juga menawarkan standarisasi yang lebih tinggi dari kampus-kampus lain yang masuk daftar risetnya.
Passion untuk selalu tampil dengan baik
Putri memiliki passion di bidang marketing, branding, dan memasak. Namun, sebenarnya ia tidak langsung terjun ke dunia masak-memasak karena dulunya ia menggeluti dunia musik. Bahkan, Putri yang seharusnya tidak naik kelas saat duduk di bangku SMA ini “terselamatkan” berkat prestasinya di bidang tarik suara.
Ditanya tentang bagaimana akhirnya ia beralih dari menyanyi ke memasak, Putri mengaku passion-nya sebenarnya bukan pada kedua hal tersebut, melainkan panggung untuk tampil. Sempat mengira dirinya akan stres saat beralih passion, ia justru merasa puas karena di bidang memasak pun ia merasa bisa tampil dengan baik.
Putri menambahkan bahwa selama mengenyam pendidikan S2 di BBS, ia juga mendapat banyak kesempatan untuk melakukan presentasi. Sementara kegiatan tersebut memberinya tekanan, ia mengaku suka mendapat panggung untuk tampil di hadapan banyak orang. Itu juga yang membuatnya sadar bahwa passion-nya bukan pada bernyanyi atau memasak itu sendiri, namun pada keinginan untuk tampil dengan baik.
Yayasan untuk anak dan wanita Indonesia
Putri membangun Yayasan Putri Habibie, sebuah lembaga nirlaba yang bertujuan memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui kesadaran gizi dan nutrisi, pendidikan, dan keterampilan bisnis skala kecil. Melalui yayasan ini, ia ingin membantu orang lain, khususnya wanita dan anak-anak, untuk bisa berjualan sendiri, membantu perekonomian diri sendiri dan keluarga, serta lebih sadar tentang gizi.
Menurutnya, pemahaman mengenai gizi anak harus dimulai sejak dini. Dengan demikian, saat wanita memiliki anak, ia sudah mempunyai bekal pengetahuan. Putri juga yakin bahwa ibu memainkan peran yang sangat krusial dalam melahirkan generasi bangsa yang lebih baik. Putri percaya bahwa menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah dan bukan sesuatu yang layak dipandang sebelah mata.
Ia pun tidak merasa bekal pendidikan hingga S2 yang sudah ia miliki menjadi sia-sia karena menjadi ibu rumah tangga. Justru, ia menemukan bahwa ilmu-ilmu yang ia dapatkan selama ini membuatnya mampu menjadi ibu rumah tangga yang skillful dan multitasking. Melalui Yayasan Putri Habibie, ia juga ingin membantu wanita Indonesia untuk mendapatkan bekal ilmu pengetahuan yang cukup karena merekalah yang akan menciptakan generasi masa depan yang lebih sukses, lebih kuat, dan lebih pintar daripada generasi sebelumnya.