BINUS Business School

Go Digital, Genjot Produk Lokal

Selama ini, masih banyak produk lokal yang belum bisa menjadi “tuan rumah” di negaranya sendiri. Konsumen cenderung memilih produk buatan luar negeri, entah itu karena branding yang kuat atau memang karena kualitasnya sudah terjamin. Situasi seperti ini pun terjadi di industri sepatu.

Sepatu buatan produsen dalam negeri masih sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Masih banyak yang meragukan kualitas sepatu dalam negeri. Meski begitu, bukan berarti tidak ada peluang sama sekali untuk sepatu lokal. Justru sebaliknya, industri sepatu lokal akhir-akhir ini semakin menggeliat dan banyak peminatnya. Bahkan tak jarang, sepatu lokal menjadi item langka karena demand yang tinggi dari masyarakat.

Imam Choirul Roziqin bisa dibilang punya peran besar dalam pertumbuhan industri sepatu lokal. CEO dari Topscore.id ini berhasil menyediakan suatu wadah yang membantu produsen sepatu lokal mendapatkan lebih banyak pelanggan. Dalam Business Talkshow “The Rise of Creative Economy” BINUS BUSINESS SCHOOL Indonesia Business Outlook 2022, Imam membagikan sedikit kisahnya.

Jeli memanfaatkan peluang

Sejak awal, Imam memiliki kecintaan terhadap dunia olahraga, khususnya sepak bola dan futsal. Kecintaan tersebut kemudian memunculkan suatu ide bisnis, yaitu menjual sepatu sepak bola dan futsal. Ia yakin bahwa permintaan terhadap peralatan olahraga, terutama sepak bola dan futsal di Indonesia, akan selalu ada.

Pada 2014, kesempatan datang kepada Imam. Rekannya yang berada di Aceh meminta Imam untuk menjual stok sepatu olahraga yang tak laku terjual di tokonya. Melihat adanya peluang, ia pun langsung mempromosikan barang-barang tersebut. Tak disangka, hasilnya memuaskan. Imam kemudian memutuskan untuk merintis bisnis toko sepatu sendiri di Kawasan Depok.

Customer fit yang jelas

Setelah melalui berbagai macam ups and downs, Imam berhasil menjadikan Topscore.id sebagai salah satu toko olahraga dengan digital asset terbaik di Indonesia. Bahkan nama Topscore sendiri sudah dikenal masyarakat luas, tidak hanya terbatas di kawasan Depok. Apa kiatnya?

Imam mengungkapkan bahwa kunci kesuksesan suatu bisnis terletak pada customer. Tanpa customer, bisnis jelas tidak akan bisa beroperasi. Untuk bisa mendapatkan banyak pelanggan, sebuah bisnis harus memiliki customer fit yang jelas.

Dalam kasus Topscore sendiri, Imam membidik segmen mid-low. Harga sepatu yang ditawarkan ada pada kisaran Rp300-500 ribu. Agar produk yang dijualnya tepat sasaran, Imam kemudian menerapkan strategi yang disesuaikan dengan target pasarnya. Bukan hanya dilihat dari kebutuhannya, tapi juga dari kebiasaan dan keseharian mereka. Hingga akhirnya, Topscore memiliki branding sebagai toko online sepatu termurah.

Konten promosi yang sesuai target pasar

Promosi sangat penting bagi sebuah bisnis, terutama untuk bisnis yang masih baru dirintis. Dengan promosi, maka brand awareness akan naik dan masyarakat pun mengenal brand tersebut.

Hanya saja, menyusun strategi promosi yang sesuai target pasar bukanlah hal mudah. Imam memberikan tips bagi para pebisnis pemula agar strategi promosi mereka membuahkan hasil. Menurut laki-laki kelahiran 1990 tersebut, strategi promosi harus disesuaikan dengan customer fit. Coba bayangkan pasar yang dibidik sebagai satu orang dengan sebuah persona khusus.

Katakanlah suatu bisnis ingin membidik kelas menengah ke bawah dengan range usia 30-40 tahun. Konten promosi sebaiknya menghindari bahasa-bahasa gaul atau sapaan yang umum digunakan generasi remaja atau dewasa awal. Sebab, hal tersebut hanya akan membuat calon konsumen merasa jauh dan sulit untuk relate dengan brand.

Go digital bisa dimulai dari media sosial

Saat membicarakan “go digital” mungkin yang terbayang adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) atau menggunakan aplikasi yang rumit. Namun, sebenarnya go digital jauh lebih sederhana. Imam mengungkapkan bahwa go digital bisa dimulai dari media sosial.

Bahkan bisa dibilang, media sosial adalah yang membesarkan nama Topscore. Imam sendiri memanfaatkan media sosial untuk memperkuat branding Topscore, yaitu melalui Instagram, TikTok, dan YouTube. Media sosial tidak hanya diposisikan sebagai alat promosi, tapi juga untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Akun Instagram Topscore, misalnya, setelah akun mendapat verifikasi resmi dari Instagram, valuasi bisa naik hingga Rp1-5 miliar. Ini menunjukkan bahwa media sosial bisa dijadikan indikator untuk menilai reliability suatu brand. Makin banyak followers atau tanda centang biru, menunjukkan bahwa brand tersebut bisa dipercaya dan punya kualitas baik. Di samping itu, media sosial (dalam hal ini YouTube) juga bisa menjadi passive income yang mendukung operasional bisnis.

Selain media sosial, Imam juga memanfaatkan data analytics tool untuk mengetahui tren dan situasi pasar terkini. Dengan begitu, keputusan bisnis yang diambil—misalnya keputusan untuk ekspansi—dapat diukur untung ruginya secara akurat.

Perjalanan Imam membesarkan Topscore membuktikan bahwa teknologi digital bisa sangat membantu suatu bisnis untuk berkembang. Dari perspektif yang lebih besar lagi, teknologi digital bahkan bisa mengembangkan suatu industri yang sebelumnya dipandang sebelah mata.


Whatsapp