BINUS Business School

Kisah Inspiratif Martha Simanjuntak Berdayakan Perempuan di Bidang IT Lewat IWITA

Selama ini, dunia IT identik dengan kaum laki-laki. Menurut studi yang dilakukan Microsoft Asia pada 2017, hanya ada 20% perempuan di dunia yang bekerja di industri Science, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM). Artinya, hanya ada satu perempuan dari lima pekerja profesional di industri STEM.

Menyadari adanya ketimpangan tersebut, Martha Simanjuntak pun mengambil langkah konkret untuk memperkecil gap. Tak bekerja sendiri, wanita lulusan program MM Creative Marketing dari BINUS Business School ini membangun komunitas untuk membantu meningkatkan awareness terhadap dunia IT di kalangan wanita Indonesia.

Diawali dari keheranan melihat dunia IT didominasi laki-laki

Perjalanan inspiratif Martha Simanjuntak bermula pada 2009, ketika dirinya masih bekerja di salah satu perusahaan IT di Indonesia. Saat itu, ia cukup aktif terlibat dalam berbagai project management. Di sinilah ia menyadari bahwa dari sekian banyak project yang diikutinya, jumlah pekerja perempuan yang terlibat sangatlah sedikit. Bahkan tak jarang Martha menjadi satu-satunya perempuan dalam project IT tersebut.

Keresahan tersebut tak hanya dirasakan oleh Martha, tapi juga teman-teman perempuan lain yang juga bekerja di bidang serupa. Awalnya, mereka hanya berkumpul santai setiap Jumat untuk berbagi cerita. Namun, lambat laun Martha dan teman-teman menyadari bahwa mereka bisa melakukan hal yang lebih produktif. Terlebih, saat itu industri teknologi tengah ramai dengan penggunaan Blackberry dan Facebook.

“Lama-lama kita berpikir, ini ada Blackberry, ini ada Facebook yang lagi booming. Kita sadar pemanfaatannya belum maksimal, cuma dipakai untuk komunikasi,” tutur Martha yang berbagi cerita melalui sesi podcast bersama BINUS Business School.

Rutin adakan acara kumpul untuk bertukar pikiran tiap minggu

Berawal dari pemikiran tersebut, Martha dan teman-teman akhirnya mengubah sesi hang out tiap Jumat menjadi ajang untuk bertukar pikiran terkait industri IT. Setiap minggunya, mereka mengundang tamu yang ahli di bidang IT, terutama terkait dengan media sosial dan internet. Dari sinilah Martha mendapat ilmu seputar pemanfaatan internet secara lebih mendalam.

Menyadari besarnya dampak yang bisa diberikan melalui acara tersebut, Martha dan teman-teman pun memutuskan untuk membentuk komunitas Indonesia Women IT Awareness (IWITA). Mereka rutin mengunggah jadwal acara kumpul melalui Facebook, yang ternyata berhasil membuat nama IWITA semakin dikenal. Bahkan mulai ada pihak-pihak yang bersedia menjadi sponsor untuk IWITA.

“Hampir setiap seminggu sekali kita kumpul, kita posting di media sosial hingga akhirnya terkumpul banyak [anggota]. Banyak yang jadi follower kita dan beberapa kegiatan kita mulai ada yang sponsorin,” cerita Martha.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas dan anggota IWITA, Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia pun menggandeng mereka untuk melaksanakan suatu kegiatan. Bersama Kementerian Koperasi dan UKM, IWITA aktif membuat program-program terkait pemberdayaan perempuan di bidang teknologi.

Putuskan untuk melegalkan komunitas IWITA

Melihat dampak positif dari aktivitas IWITA, banyak pihak yang akhirnya mengajak mereka untuk bekerja sama. Pihak-pihak ini kerap bertanya kepada Martha mengenai status IWITA: apakah komunitas atau organisasi?

Berangkat dari hal tersebut, Martha akhirnya memberanikan diri untuk mengubah status IWITA menjadi organisasi yang legal pada 2011. Artinya, IWITA memiliki akte yang sah dan jajaran pengurus resmi.

Keputusan Martha tersebut sukses melebarkan sayap IWITA. Tawaran kerja sama semakin banyak berdatangan hingga membuat Martha memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan IT tempat ia bekerja. Martha ingin fokus bekerja bersama IWITA untuk membantu memberdayakan perempuan Indonesia, khususnya dalam bidang IT.

Memperluas jangkauan IWITA hingga ke berbagai daerah

Kegiatan pemberdayaan dari IWITA tak hanya dilakukan di kota-kota besar, tapi juga daerah-daerah lain di Indonesia. Berawal dari partisipasi aktif ini, IWITA pun sekarang memiliki empat belas ketua wilayah di berbagai provinsi dan kabupaten di Indonesia.

“Awalnya kita melakukan kegiatan di perkotaan. Namun, saya melihat kalau di kota itu mereka mudah akses informasi. Akhirnya saat ada yang mengajak kerja sama, saya mengajak bagaimana kalau kita melakukan program di daerah-daerah,” ujar Martha.

Selama sepuluh tahun terakhir ini, IWITA berusaha konsisten menjalankan program-program di berbagai daerah. Setidaknya ada tiga program utama yang dijalankan oleh IWITA, yaitu literasi digital, e-Commerce sebagai platform untuk UMKM, dan lingkungan. Bahkan di tengah pandemi sekalipun, IWITA masih terus konsisten melaksanakan program-program tersebut walau dengan berbagai adaptasi.

 

Berawal dari kesadaran akan ketidaksetaraan gender di bidang IT, Martha Simanjuntak mendirikan komunitas IWITA yang kini telah berubah menjadi organisasi legal. Bersama IWITA, lulusan BINUS Business School angkatan 2013 ini turut memberdayakan perempuan Indonesia agar lebih aware terhadap bidang IT. Aktivitas Martha dan IWITA menginspirasi kaum perempuan agar lebih aktif berkontribusi dalam bidang tersebut dan gender gap pun bisa terus berkurang.

Whatsapp