INTRODUCTION

Realisasi investasi merujuk pada penggunaan dana yang telah dialokasikan untuk proyek atau aktivitas tertentu. Dalam hal Triwulan II dan Januari hingga Juni 2023, ini mungkin mencakup berbagai jenis investasi, seperti infrastruktur, teknologi, atau proyek lain yang sedang berlangsung selama periode tersebut.

Secara umum, Triwulan II mencakup bulan Juli, Agustus, dan September, yang berarti bahwa realisasi investasi dalam Triwulan II dapat mencakup proyek yang dimulai atau selesai selama bulan-bulan ini. Di sisi lain, Januari hingga Juni 2023 mencakup periode yang lebih panjang, yang mencakup seluruh tahun 2023 hingga Juni.

ANALISIS

  • Realisasi Investasi

Realisasi investasi untuk triwulan kedua dari bulan April hingga Juni tahun 2023 meningkat sebesar 15,7% dari triwulan sebelumnya, dengan total investasi mencapai 349,8 triliun. PMDN (penanaman modal dalam negeri ) triwulan kedua pada tahun 2023 sebesar 163,5 T dan PMA sebesar 186,3 T. Sedangkan total triwulan kedua tahun 2022 sebanyak 302,2 T dengan PMDN sebanyak 139 T dan PMA sebanyak 163,2 T.

Pada triwulan tahun 2023 kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp186,3 triliun, atau 53,3% dari total investasi, meningkat 14,2% dari periode yang sama tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing masih percaya pada proyek yang diadakan di Indonesia seperti aktivitas hilirisasi tambang dan industri petrokimia, yang sebagian besar masih dalam tahap konstruksi.

Investasi juga terkonsentrasi di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan Banten pada tahun 2023. Sementara itu, lima negara terbesar yang berinvestasi di Indonesia adalah Singapura, Tiongkok, Hong Kong, Jepang, dan Malaysia.

  • Tenaga Kerja Indonesia

Serapan tenaga kerja Indonesia (TKI) pada Triwulan II 2023 ini sebanyak 464.289 orang. Berdasarkan data penyerapan tenaga kerja Indonesia kedua tahun 2023, PMDN menyerap sebesar 317.996 TKI sedangkan PMA sebesar 146,293 TKI. Hal ini berbanding jauh dari realisasi investasi triwulan II 2022 yang hanya berhasil menciptakan lapangan kerja bagi 320.534 Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Dari data tersebut, PMDN berkontribusi menyerap 180.952 TKI, sedangkan PMA sebesar 139.582 TKI.

Secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode Januari – Juni (Semester I) Tahun 2023 mencapai Rp 678,7 triliun atau meningkat sebesar 16,1% dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya dapat menyerap 569,43 triliun. Semester tahun 2023 telah meningkat dibandingkan pada semester tahun 2022 dan berhasil menyerap 849.181 orang TKI. Capaian tersebut telah memenuhi 48,5% dari target realisasi investasi tahun 2023 yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebesar Rp1.400 triliun.

  • Investasi di Jawa dan Luar Jawa

Data realisasi investasi triwulan II 2023 menunjukkan bertambahnya investasi di Luar Jawa, yang melebihi investasi di Jawa dengan kontribusi sebesar Rp 182,0 triliun atau 52,0 % dari total investasi. Hal ini meningkat sebesar 15,9 % dibandingkan periode yang sama di tahun 2022 yang hanya memberikan kontribusi sebesar 157,1 triliun atau 52,0% dari total capaian realisasi investasi. Selain itu, realisasi investasi triwulan kedua pada tahun 2023 di Pulau Jawa mencapai 167,8 T dan pada triwulan kedua tahun 2022 realisasi investasi di Pulau Jawa tercatat sebesar Rp 145,1 triliun atau 48,0%.

Industri yang mengkontribusikan pada triwulan II 2023 masih sama dengan industri pada triwulan II 2022 antara lain industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, pertambangan, industri kimia dan farmasi, perumahan, kawasan industri dan perkantoran, transportasi, gudang dan telekomunikasi. Pertumbuhan investasi di Luar Jawa memiliki tren peningkatan sejak 2021, yang memberikan sinyal positif pemerataan dan persebaran investasi di luar pulau Jawa.

Terdapat berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan investasi di Luar Pulau Jawa antara lain:

    1. Infrastruktur: Kualitas dan ketersediaan infrastruktur yang memadai sangat mempengaruhi pertumbuhan investasi. Infrastruktur yang baik mencakup transportasi, komunikasi, energi, dan fasilitas lainnya yang mendukung operasional dan pertumbuhan bisnis.
    2. Kebijakan Pemerintah: Kebijakan pemerintah yang mendukung investasi, seperti insentif dan pajak yang kompetitif, juga memainkan peran penting dalam menarik investasi ke wilayah tersebut.
    3. Kualitas Tenaga Kerja: Ketersediaan dan kualitas tenaga kerja yang terampil dan berdedikasi juga menjadi faktor penting. Investor cenderung menarik diri ke wilayah dengan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan dedikasi yang tinggi.
    4. Kondisi Ekonomi: Kondisi ekonomi yang stabil dan pertumbuhan ekonomi yang positif di wilayah tersebut juga menjadi indikator yang baik untuk pertumbuhan investasi.
    5. Pertumbuhan Pasar: Pertumbuhan pasar lokal dan regional, serta potensi ekspansi pasar, juga menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan investasi. Investor cenderung menarik diri ke wilayah dengan pertumbuhan pasar yang signifikan.
    6. Kesadaran dan Aksesibilitas: Kesadaran dan aksesibilitas investor terhadap wilayah tersebut juga menjadi faktor penting. Investor yang memiliki kesadaran dan mudah mengakses wilayah tersebut cenderung menarik diri untuk berinvestasi.
    7. Kondisi Sosial dan Budaya: Kondisi sosial dan budaya yang stabil dan mendukung bisnis juga menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan investasi. Investor cenderung menarik diri ke wilayah dengan kondisi sosial dan budaya yang mendukung operasional dan pertumbuhan bisnis.
    8. Kebijakan dan Regulasi: Kebijakan dan regulasi yang memadai dan mendukung bisnis juga menjadi faktor penting. Investor cenderung menarik diri ke wilayah dengan kebijakan dan regulasi yang mendukung pertumbuhan dan operasional bisnis.
    9. Ketersediaan Sumber Daya Alam: Ketersediaan dan kualitas sumber daya alam yang dibutuhkan oleh industri tertentu juga menjadi faktor penting. Investor cenderung menarik diri ke wilayah dengan sumber daya alam yang memadai dan berkualitas.
    10. Kompetisi: Tingkat kompetisi di wilayah tersebut juga menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan investasi. Wilayah dengan tingkat kompetisi yang rendah cenderung menarik diri lebih banyak investor.

Setiap faktor – faktor tersebut memiliki peran penting dalam menentukan sejauh mana wilayah tersebut dapat menarik investasi dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Luar Pulau Jawa.

  • Sektor Realisasi

Data realisasi investasi pada triwulan II 2022 menunjukkan bahwa sektor yang mendominasi investasi PMA adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatan dengan nilai US$3,1 miliar atau 27,3%. Selain itu, terdapat kontribusi dari sektor lain seperti pertambangan, perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, industri kimia dan farmasi, serta transportasi, gudang, dan telekomunikasi.

Sementara itu, pada triwulan II 2022, realisasi investasi PMDN terbesar berasal dari sektor pertambangan sebesar Rp15,0 triliun atau 18%. Selain itu, investasi PMDN juga signifikan di sektor industri makanan, transportasi, gudang, dan telekomunikasi, perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, serta jasa lainnya. Ini menunjukkan diversifikasi investasi dalam sektor ekonomi yang berbeda-beda untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia.

Terdapat 5 sektor besar realisasi Triwulan kedua tahun 2022. Dalam PMDN atau Penanaman Modal Dalam Negeri yang meliputi pertambangan, industri makanan, transportasi, gudang, dan telekomunikasi, perumahan kawasan industri dan perkantoran , dan jasa lainnya.

Dalam pertambangan, PMDN meliputi 15 T atau sebesar 10,8%. Industri makanan sebesar 14,5 T sebesar 10,4%.Transportasi, gudang dan telekomunikasi sebanyak 12,9T sebesar 9,3%. Perumahan , Kawasan Industri dan Perkantoran sebesar 12, 4 T atau 8,9 % dan jasa lainnya sebesar 12, 1 T atau 8,7 persen.

Sedangkan dalam PMA, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya sebesar 3,1 T atau 27,3%. Pertambangan sebesar 1,3 T atau 11,1%. Perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar 1T atau 8,8 %. Industri Kimia dan Farmasi sebesar 0,9 T atau 7,9 & dan transportasi , gudang ,dan telekomunikasi sebesar 0,9 T sebanyak 7,8%.

Dalam PMA & PMDN, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan mesin dan peralatanya dimodalkan Rp 48,2T dengan 15,9%. Pertambangan dimodalkan Rp 33,0T dengan 10,9%. Perumahan Kawasan industri dan perkantoran Rp 26,7T dengan 8,8%. Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi Rp 25,6T dengan 8,5%. Industri Makanan Rp22,4T dengan 7,4%.

Pada data sektor realisasi triwulan II 2023, terdapat lima sektor besar yang meliputi PMA industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya memiliki pendapatan sebesar US$ 2,5 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 20,0%. Sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi memiliki pendapatan sebesar US$ 1,9 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 15,4%. Industri kimia dan farmasi memiliki pendapatan sebesar US$ 1,3 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,0%. Sektor pertambangan memiliki pendapatan sebesar US$ 1,2 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 9,9%. Sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran memiliki pendapatan sebesar US$ 0,8 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,4%.

Dari perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PMA Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya memiliki pendapatan tertinggi di antara sektor-sektor tersebut, serta memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi.

Lalu, terdapat juga 5 sektor besar yang meliputi PMBN yaitu sektor pertambangan yang memiliki investasi sebesar Rp 19,5 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 12,0%. Sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran memiliki investasi sebesar Rp 18,4 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 11,3%. Industri makanan memiliki investasi sebesar Rp 15,5 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 9,5%. Sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi memiliki investasi sebesar Rp 14,3 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,7%. Sektor listrik, gas, dan air memiliki investasi sebesar Rp 13,7 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 8,4%.

 

Dari perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor Pertambangan memiliki investasi tertinggi, diikuti oleh sektor Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran. Sedangkan sektor Listrik, Gas, dan Air memiliki investasi terendah di antara sektor-sektor tersebut.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup besar dari Triwulan kedua tahun 2022 dengan Triwulan kedua tahun 2023. Realisasi investasi triwulan II 2023 mencapai 349,8 triliun, dengan PMA sebesar 186,3 triliun dan PMDN sebesar 163,5 triliun. PMA meningkat 14,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Terjadi peningkatan Penyerapan tenaga kerja Indonesia (TKI) pada triwulan II 2023 sebanyak 464.289 orang, dengan PMDN menyerap 317.996 TKI dan PMA menyerap 146.293 TKI. Lalu investasi triwulan tahun 2023 meningkat di Luar Jawa serta di dalam Jawa meningkat dibandingkan triwulan tahun 2022.

Triwulan kedua tahun 2023 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2022, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor penting. Pertama, peningkatan investasi baru dan ekspansi proyek yang diharapkan memberikan hasil ekonomi pada triwulan berikutnya menjadi salah satu faktor utama. Investor dan perusahaan mungkin merencanakan dan melaksanakan proyek baru yang diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, peningkatan produksi juga menjadi indikator yang menunjukkan peningkatan ekonomi, karena produksi yang lebih tinggi dapat meningkatkan pendapatan dan pengeluaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan ekonomi secara keseluruhan.

Peningkatan ekspor juga dapat menjadi faktor penting, terutama jika industri ekspor meningkat. Peningkatan permintaan dari pasar internasional dapat meningkatkan penjualan dan pendapatan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan ekonomi. Selain itu, peningkatan konsumsi oleh konsumen juga dapat meningkatkan ekonomi, karena peningkatan konsumsi dapat meningkatkan permintaan dan pendapatan.

Inflasi yang stabil atau naik secara kontrol juga dapat meningkatkan ekonomi. Inflasi yang terkontrol dapat meningkatkan kebutuhan konsumen untuk belanja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan dan pendapatan. Investasi asing yang meningkat dapat meningkatkan ekonomi dengan meningkatkan kapital, teknologi, dan pengetahuan, yang semuanya dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan pendapatan dari berbagai sumber, seperti gaji, bonus, dan pendapatan lainnya, juga dapat meningkatkan konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan ekonomi. Investasi dalam infrastruktur, teknologi, pendidikan, dan pelatihan juga dapat meningkatkan ekonomi dengan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keterampilan karyawan.

Secara keseluruhan, kombinasi dari faktor-faktor ini menunjukkan bahwa triwulan kedua tahun 2023 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2022, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif dan stabil.

References

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (2024) Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 dan Proyeksi Tantangan 2024 https://setkab.go.id/dinamika-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2023-dan-proyeksi-tantangan -2024/

Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2024) Siaran Pers Kinerja Perekonomian Indonesia di 2023 Tumbuh Kuat di Tengah Perlambatan Ekonomi Global https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/siaran-pers/Siaran-Pers-Kinerja-Pere konomian-Indonesia

Bank Indonesia (2023) Ekonomi Indonesia Tumbuh Tinggi Pada Triwulan II 2023 https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2521523.aspx

Kominfo (2023) Realisasi Investasi Triwulan II (April-Juni) dan Semester I (Januari-Juni) Tahun 2023

https://www.kominfo.go.id/content/detail/50305/realisasi-investasi-triwulan-ii-april-juni-dan- semester-i-januari-juni-tahun-2023/0/artikel_gpr

Kementerian Investasi/ BKPM (2022), Realisasi Investasi Triwulan 2 2022 https://ppid.bkpm.go.id/wp-content/uploads/2022/09/Draft_Narasi-Booklet-Triwulan-II-2022.pdf

Author:

  • Adhi Prasetyo Wicaksono – 2702323686
  • Dervin Chiam – 2702246150
  • Jeniffer Jane – 2702212465
  • Putra Prawira Raharja – 2702323446