Oleh: Dr. Marko S Hermawan, CA, CPMA, ASEAN CPA, CertDA

Head of Program – International Business Management

Sejarah akuntansi biaya telah mengalami perkembangan yang panjang dan beragam, mencerminkan adaptasi dan evolusi terhadap perubahan kebutuhan bisnis dan masyarakat seiring berjalannya waktu. Di masa pra-industri, bisnis beroperasi dalam skala yang lebih kecil dengan fokus utama pada pencatatan pendapatan dan pengeluaran. Namun, dengan munculnya Revolusi Industri pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19, dunia bisnis dihadapkan pada tantangan baru. Pabrik-pabrik dan produksi massal mengubah lanskap bisnis, mendorong perlunya sistem akuntansi yang lebih rinci dan spesifik untuk mengukur biaya produksi dan menentukan harga pokok produksi.

Abad ke-20 membawa kompleksitas yang semakin meningkat dalam operasi bisnis, mengakibatkan berbagai inovasi dalam bidang akuntansi biaya. Dari akuntansi biaya standar hingga akuntansi berbasis aktivitas, industri berusaha untuk menyempurnakan cara mereka mengukur dan mengelola biaya. Organisasi profesional muncul untuk membimbing dan mempromosikan prinsip-prinsip akuntansi biaya yang baik. Namun, dengan semakin globalnya persaingan dan perubahan teknologi, pandangan terhadap akuntansi biaya berubah. Sekarang, ini bukan hanya tentang mengukur biaya, tetapi juga tentang bagaimana informasi biaya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan strategis.

Dalam beberapa dekade terakhir, kesadaran masyarakat tentang isu-isu lingkungan dan sosial telah meningkat pesat. Ini menjadi tanda awal perubahan paradigma dalam akuntansi biaya. Saatnya bagi perusahaan untuk mulai mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan sosial ke dalam sistem akuntansi biaya mereka. Konsep seperti akuntansi biaya berkelanjutan dan akuntansi lingkungan muncul sebagai tanggapan atas kebutuhan baru ini.

Bab ini memperkenalkan pengembangan dari konsep akuntansi biaya berkelanjutan. Untuk memahami bagaimana kita dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam akuntansi biaya, diperkenalkan metode dan kerangka acuan yang dibangun berdasarkan Life Cycle Costing (LCC) dan Environmental Management Accounting (EMA). LCC, atau Akuntansi Biaya Siklus Hidup, memberikan pendekatan holistik dalam mempertimbangkan seluruh biaya yang terkait dengan produk atau layanan selama seluruh siklus hidupnya. Di sisi lain, EMA, atau Akuntansi Manajemen Lingkungan, fokus pada pengidentifikasi, pengukuran, analisis, dan interpretasi informasi biaya dan kinerja lingkungan untuk mendukung pengambilan keputusan internal organisasi.

Dengan menggabungkan kedua pendekatan ini, kita dapat menciptakan sebuah kerangka akuntansi biaya yang tidak hanya mempertimbangkan aspek keuangan, tetapi juga dampak lingkungan dan sosial dari aktivitas bisnis. Ini memberikan pembaca pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana akuntansi biaya dapat berkembang untuk mengatasi tantangan keberlanjutan saat ini.

Bab ini juga menyajikan daftar isi yang akan mendalami lebih lanjut komponen-komponen akuntansi biaya berkelanjutan, termasuk studi kasus perusahaan, seperti Toyota, yang telah berhasil menerapkan praktik manajemen risiko dalam rantai pasokan global mereka. Kesadaran akan pentingnya akuntansi biaya berkelanjutan adalah langkah awal menuju bisnis yang lebih hijau dan inklusif di era modern ini, di mana keberlanjutan bukan hanya tren, tetapi menjadi kebutuhan dasar dalam operasi bisnis.

Ulasan ini merupakan Bab Buku: “Akuntansi Biaya Berkelanjutan” dari “AKUNTANSI BIAYA (Cara Cerdas Mengelola Keuangan Organisasi)” oleh PT. Green Pustaka Indonesia. Informasi lebih lanjut dapat dilihat melalui link ini.