Bila melihat potensinya Negeri Kanguru tersebut tiap tahunnya bisa menjual 1,1 juta unit mobil, terlebih saat ini sudah tak ada lagi pabrik otomotif di sana. Sehingga seluruh mobil yang dipasarkan datang dari luar negeri.

 

Ini dimulai sejak Australia gencar melakukan serangkaian perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement ( FTA), untuk membuka akses pasar buat meningkatkan ekspor sektor pertaniannya. Ini menyebabkan pasar domestik mereka semakin terbuka lebar, dan serbuan produk impor termasuk otomotif semakin tak terbendung. Ini yang kemudian memperkecil alasan untuk memproduksi mobil di dalam negeri, khususnya dari kacamata ekonomi. Lantas satu per satu produsen otomotif angkat kaki dari sana mulai dari Nissan pada 1992, kemudian diikuti Ford, Toyota dan terakhir General Motor (GM). Dari total pasar otomotif, sekitar 70 persen komposisinya diisi mobil penumpang, dan sisanya komersial. Merek mobil paling laris di Australia antara lain Mazda 3, Toyota Corolla, Camry, Holden Toyota RAV 4, dan Hyundai i30. Kemudian dari SUV ada Toyota Hilux, Ford Ranger, serta Isuzu D Max yang mencatatkan penjualan moncer. Sejak lima tahun belakangan, volume pasar mobil di sana tidak bergeser jauh. Permintaan pasar tertinggi terjadi pada 2016, sebanyak 1,17 juta unit. Karakter pasar itu pun hampir serupa dengan Indonesia.