Indonesia masih terbilang tinggi dalam masalah impor dibandingkan dengan ekspornya. Dengan kata lain, Indonesia cenderung mempunyai sifat mengkonsumsi dibandingan memproduksi. Terlebih didalam bidang nonmigas ( non minyak bumi dan gas) seperti bahan baku , perhiasan , dan hasil alam. Menurut Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa ” Nilai ekspor nonmigas dari bulan Desember tahun 2016 mencapai US$ 12,54 miliar atau sama dengan naik 18,11% dari bulan Desember tahun 2015. Sedangkan dari sisi impor nonmigas dari bulan Desmbert tahun 2016 mencpai US$ 11.09 miliar atau sama dengan mengalami peningkatan sebesar 7.91% dari Desember tahun 2015.”. Badan Pusat Statistik juga menyatakan bahwa ” Nilai ekspor nonmigas pada bulan November 2017 mencapai US$ 14.01 miliar atau sama dengan meningkat sebesar 13.00% dari bulan Noember tahun 2016. Sedangkan dibidang import pada bulan November 2017 mencapai US$12,92 miliar atau setara dengan peningkatan sebesar 18.05% dari November tahun 2016.”. Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa ekspor tentu mengalami kenaikan sebesar 1,47% , tetapi pada bidang impor juga mengalami kenaikan sebesar 1,83%. Dari statistik tersebut kita dapat melihat bahwa kenaikan dibidang ekspor dan impor lebih tinggi pada bidang impor dan berarti bahwa sebagian warga Indonesia masih banyak yang cenderung lebih mengkonsumsi dari pada memproduksi barang. Tidak seimbang ataupun menguntungkan bagi devisa negara kita. Masih ada lebih di bagian impor yang harus kita seimbangkan juga dengan memproduksi barang dan mengeksporkan ke negara negara yang lain.

Sebuah masalah tentu memiliki penyebab. Permasalahan diatas juga memiliki beberapa penyebab yang mendorong terjadinya masalah tersebut , salah satunya adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Indonesia tentu memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah yang sesungguhnya dapat di ekspor untuk meningkatkan devisa negara. Selain SDA yang melimpah , penduduk di Indonesia bias terbilang padat. Menurut Wikipedia mengenai jumlah populasi di Indonesia bahwa ” Dengan populasi hamper 270.053.853 juta jiwa pada tahun 2018, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.”.  Dengan jumlah penduduk yang banyak dan padat , itu memungkinkan bahwa SDM yang cukup. Namun yang menjadi kelemahan Indonesia adalah IPTEK buatan negara sendiri dan Pendidikan yang memadai sehingga kita tidak dapat mengelolah banyak SDA yang tersedia di negara kita sendiri dengan kualitas yang cukup baik dan memenuhi kebutuhan penduduk yang terbilang padat ini , sehingga berdampak dengan peningkatan ekspor dan impor di Indonesia. Penduduk Indonesia lebih memilih mengkonsumsi produk dari luar negri dikarenakan beberapa faktor seperti harga dan kualitas yang sepadan. Dengan kasus yang seperti ini , tidak memungkin kan untuk negara Indonesia menutupi hutang negara terhadap negara lain karena masih banyak yang lebih menyukai produk luar negri dibandingkan produk kita sendiri. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus mendukung perekonomian negara kita sendiri dengan cara mengurangi membeli atau mengkonsumsi barang impor. Kita tetap boleh menggunakannya tetapi lebih baik kita menguranginya. Tetapi mengimpor dan mengekspor barang atau perdagangan internasional juga baik untuk menjalin hubungan persaudaraan atau hubungan perekonomian bagi 2 negara arau beberapa negara. Jadi sebenarnya mengimpor barang atau mengkonsumsi barang luar negri tidak sepenuhnya berdampak buruk bagi negara kita. Ada beberapa poin positif dibalik perdagangan internasional.