Product Service Systems

By: Lim Sanny

Product Service Systems (PSS) menyiratkan beralih dari pola pikir kepemilikan ke pola pikir penggunaan. Dengan demikian, orang mendapatkan keuntungan dari produk tanpa memiliki produk (Glind, 2013: 15; Pizzol, Almeida, & Soares, 2017: 3). Secara lebih sempit Störby & Strömbladh (2015: 5) mendefinisikan Product Service Systems sebagai sebuah sistem yang memungkinkan perusahaan atau orang pribadi untuk berbagi atau menyewakan produk atau layanan alih-alih menjualnya. Semakin meningkatnya jumlah orang dari beragam latar belakang dan usia yang beralih ke usage mind-set, menggerus bisnis industri konvensional yang berbasis pada kepemilikan pribadi (private ownership). Usage mind-set merupakan pola pikir yang menitikberatkan pada manfaat dibandingkan kepemilikan, di mana masyarakat membayar sejumlah uang demi mendapatkan manfaat daripada produk tersebut alih-alih untuk memilikinya (Botsman & Rogers, 2010: 98). Pola pemikiran tersebut dikategorikan sebagai product service systems (PSS), dalam sistem PSS memungkinkan perusahaan untuk berbagi penggunaan asset pribadinya sepeti contohnya SolarCity perusahaan yaang dimiliki pengusaha Elon Musk. Maupun, masyarakat yang ingin membagikan aset peribadinya seperti contohnya RelayRides yaitu sebuah platform yang mempertemukan orang yang ingin menyewakan mobilnya yang mengganggur dengan orang lain yang ingin menyewa mobil (Botsman & Rogers, 2010: 98). Contoh populer dari PSS di Indonesia adalah transportasi online berbasis aplikasi seperti Uber, Grab, dan Go-Jek. Contoh-contoh tersebut juga selaras dengan definisi Product Service Systems (PSS) menurut Binninger, Ourahmoune, & Robert (2015: 971), yaitu sebagai suatu rangkaian produk dan layanan untuk disewakan atau ditukar melalui platform yang dikelola oleh perantara.

Contoh lain dari PSS adalah layanan perbaikan atau perawatan untuk suatu produk yang dapat memperpanjang umur produk tersebut seperti Denim Therapy yaitu sebuah perusahaan reparasi celana jeans. Dampak PSS terhadap lingkungan adalah sistem ini dapat memberikan manfaat pada suatu barang agar tingkat penggunaannya dapat dimaksimalkan, sehingga barang-barang yang mengganggur tersebut dapat termanfaatkan bahkan menghasilkan serta tidak menjadi sampah yang membebani lingkungan. Pengguna dari PSS manfaat secara umum mendapatkan dua manfaat utama. Hal yang pertama mengenai kepemilikan, di mana mereka tidak perlu membeli barang tersebut. Tentunya hal tersebut dapat menghilangkan beban atas kepemilikan seperti

perawatan, perbaikan, dan biaya asuransi serta yang utama dapat memaksimalkan manfaat dari asset yang dimiliki. Yang kedua, kita dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kita dengan lebih baik. Dengan kata lain kita dapat merubah dan meningkatkan standar karena melalui collaborative consumption kita dapat merasakan manfaat dari suatu barang yang tadinya tidak terjangkau untuk kita beli (Botsman & Rogers, 2010: 98).