Menurut Störby & Strömbladh (2015), konsumsi kolaboratif bukanlah konsep yang benar-benar baru. Jauh sebelum mendapatkan popularitasnya, Belk (2014) mengungkapkan bahwa Felson dan Spaeth telah mengutarakan gagasan mengenai konsumsi kolaboratif pada tahun 1978. Mereka mendefinisikan konsumsi kolaboratif sebagai sebuah peristiwa di mana satu orang atau lebih mengonsumsi barang-barang yang bernilai ekonomis atau sebuah rangkaian dari sebuah proses terhadap keterlibatan satu orang atau lebih dalam suatu aktivitas bersama (Belk, 2014). Sebagai contoh, interaksi dua orang dalam sebuah percakapan telepon dianggap sebagai salah satu implementasi konsumsi kolaboratif. Tentunya, konsep yang diutarakan oleh Felson dan Spaeth jauh lebih luas dibandingkan dengan konsumsi kolaboratif yang sekarang ini kita kenal.

Isitilah konsumsi kolaboratif semakin familiar dan popular saat Botsman dan Rogers (2010) aktif menggunakan istilah tersebut dan menulis buku tentang konsumsi kolaboratif. Penyebaran konsumsi kolaboratif dapat dikaitkan dengan sifat inovasi pribadi yang menjelaskan kesediaan konsumen untuk mencoba hal-hal baru, produk, gagasan, teknologi dan lain sebagainya (Tussyadiah, 2015). Menurut Botsman dan Rogers (2010: 19) konsumsi kolaboratif merupakan aktivitas pembagian, pertukaran, pemberian pinjaman, perdagangan, penyewaan, pemberian hadiah, dan pertukaran yang terorganisir. Tentunya definisi konsumsi kolaboratif yang diungkapkan oleh Botsman dan Rogers memiliki konteks yang lebih sempit dibandingkan dengan Felson dan Spaeth, di mana konsumsi kolaboratif didefinisikan sebagai sebuah transaksi alih-alih hanya dianggap konsumsi yang melibatkan satu orang atau lebih (Störby & Strömbladh, 2015).

Bardhi & Eckhardt (2012) memiliki definisi yang lebih sempit lagi, mereka tidak menyebutnya dengan konsumsi kolaboratif, namun sebagai access-based consumption yaitu sebuah transaksi yang dapat tercipta melalui mediasi pasar, namun tidak melibatkan perpindahan atau peralihan atas kepemilikan. Maka, berdasarkan definisi Bardhi & Eckhardt hanya transaksi yang melibatkan kompensasi dalam bentuk uang baik fisik maupun non-fisik yang dapat digolongkan sebagai access-based consumption. Kemudian, konsumsi kolaboratif juga didefinisikan sebagai sebuah akuisisi maupun distribusi terhadap sebuah sumber daya secara terkoordinasi oleh sekelompok orang yang ingin mendapatkan kompensasi maupun dalam bentuk

keuntungan yang lainnya (Belk, 2014). Maka berdasarkan definisi Belk di atas, dalam konteks konsumsi kolaboratif haruslah ada sebuah kompensasi yang didapatkan oleh pihak-pihak yang terlibat, baik dalam bentuk uang maupun yang lainnya. Sedangkan menurut Pizzol, Almeida, & Soares (2017: 3), konsumsi kolaboratif terjadi pada peristiwa yang terkoordinasi antar konsumen untuk pengakuisisian dan pendistribusian sumber daya berdasarkan nilai atau bentuk penghargaan lainnya, seperti barter, perdagangan dan pertukaran yang melibatkan kompensasi non-moneter.