Idling Capacity

Idling capacity mengacu pada sumber daya yang tidak digunakan secara maksimal untuk memenuhi potensi yang sebenarnya (Botsman & Rogers, 2010: 110). Dengan kata lain, idling capacity lebih mengacu kepada sumber daya yang belum atau kurang dimanfaatkan. Selaras dengan yang diungkapkan oleh (Glind, 2013: 16) bahwa idling capacity mengacu pada barang-barang berharga tinggi yang sering berada dalam keadaan menganggur. Konsumsi kolaboratif juga berperan dalam mendorong konsumsi yang berkelanjutan (sustainable consumption) melalui cara memberdayakan kembali segala sumber daya yang sedang menganggur serta melawan konsumsi berlebihan (Störby & Strömbladh, 2015: 16).

Botsman and Rogers (2010: 111) menunjukkan bahwa lebih dari 80% item di Inggris dan AS digunakan kurang dari sekali dalam sebulan. Pada dasarnya, konsumsi kolaboratif bertujuan untuk memanfaatkan kapasitas yang tidak termanfaatkan atau mengganggur untuk didistribusikan kembali, sehingga bisa digunakan dengan lebih efisien. Oleh karena itu, idling capacity merupakan salah satu indikator untuk mengetahui apakah suatu barang cocok dengan konsep konsumsi kolaboratif atau tidak (Glind, 2013: 16). Potensi untuk memaksimalkan produktivitas tersebut dimungkinkan oleh kehadiran teknologi modern seperti jaringan sosial online dan perangkat mobile. Jaringan sosial telah memberikan kesempatan untuk mendistribusikan kembali berbagai bentuk idling capacity yang jauh lebih mudah daripada sebelumnya, sehingga memungkinkan orang memanfaatkan sumber daya yang tidak terpakai secara lebih efisien (Störby & Strömbladh, 2015: 17).