Bagaimana Indonesia mencapai kejayaan masa lampau di Era Modern

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensial besar untuk menjadi negara dengan pelabuhan terbesar di dunia. Didukung dengan letak astronomis negara ini, sebetulnya sudah sejak zaman lampau memiliki keuntungan secara strategis. Karena diapit oleh dua samudra besar dan benua yang menjadi transit dari berbagai maskapai pelayaran dari berbagai negara. Indonesia memang menjadi salah satu titik perdagangan penting di masa lampau, tapi dalam konteks teknologi yang berdampak ke berbagai bidang, khususnya transportasi, proyeksi dan pemetaan perdagangan kurang lebih sama dengan negara-negara lainnya. Untuk mencapai kembali kejayaan masa lampau Indonesia terus mengevaluasi kinerja pelabuhannya. Tetapi Indonesia dinilai masih ketinggalan jauh dari negara-negara tetangganya.

 

Ekspor impor indonesia terus meningkat seiring berjalannya waktu, pembangunan infrastruktur terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan ekspor Indonesia dari negara-negara lain di kawasan ASEAN. Saat ini, Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai negara pengekspor terbesar di ASEAN. Deputi Akese Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo mengatakan, secara mengejutkan dari hasil data BPS, Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai negara pengekspor terbesar di tingkat ASEAN dengan perolehan US$40,87 miliar atau sekira 12,3% dari total ekspor.

“Kalau dilihat ekspor kita di 2017 masih naik 16,8 persen. Tapi yang bikin Bapak Presiden tidak begitu happy, ekspor kita ternyata lebih rendah dibanding negara-negara tetangga,” ujar Kecuk di kantornya, Jakarta, Kamis (1/2/2018).

Kenaikan jumlah nilai ekspor ini dinilai kurang memuaskan karena ekspor Indonesia ternyata lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetanggga. Penyebab salah satunya adalah persentasi biaya logistik sebesar 17 persen dibandingkan dengan Malaysia sekitar 8 persen, Singapura 6 persen, dan Filipina sebesar 7 persen. Presiden Jokowi meminta kepada para menteri, terutama Mendag, untuk meningkatkan kinerja nilai maupun volume ekspor Indonesia. Salah satunya dengan menambah pasar atau negara tujuan ekspor, selain Amerika, China, dan Jepang. Jokowi meminta menterinya untuk melakukan diversifikasi pasar atau negara tujuan ekspor. Diversifikasi pasar ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara negara tersebut.

 

Selain diversifikasi pasar pemerintah juga harus membenahi beberapa faktor yang menghambat eksporter untuk melakukan ekspor. Ada pun faktor-faktor tersebut adalah biaya logistik, struktur birokrasi dalam pengurusan ekspor dan impor, serta persoalan persaingan dengan negara lain. Faktor yang sangat membantu kelancaran ekspor jika dibenahi adalah biaya logistic.

Saat ini persentase biaya logistik nasional masih besar, yakni 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal negara tetangga bisa lebih kecil. Beberapa di antaranya adalah Malaysia hanya sekitar 8 persen, Singapura 6 persen, dan Filipina sebesar 7 persen.

 

“Bahkan Filipina yang macetnya di mana-mana dan sama sama kepulauan, biaya logistiknya lebih murah dibandingkan Indonesia,” ujarnya dalam Forum Media Coaching Indonesia Eximbank di Batam, Kamis (7/12/2017).

Tingginya biaya logistik ini disebabkan berbagai faktor, terutama efisiensi pelabuhan. Untuk membenahi permasalahan ini Indonesia harus memangkas biaya waktu tungggu. Ongkos waktu tunggu mulai kapal bersandar di pelabuhan hingga selesai bongkar muat rata-rata 6,3 hari, berbeda jauh dengan Singapura yang maksimum dua hari. Di beberapa negara tidak membutuhkan selama itu. Di Thailand misalnya, hanya lima hari, di Amerika Serikat dan Inggris hanya empat hari. Bahkan, di Australia dan Prancis butuh tiga hari, Hongkong hanya dua hari. Jika ini hal ini tidak kita benahi dari sekarang juga akan membuat ongkos transportasi di Indonesia semakin mahal.

 

Sebaiknya pelabuhan yang sudah ada harus dievaluasi atau dimodernisasi sesuai dengan tuntutan zaman.Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan membangun sarana dan prasarana infrastruktur pelabuhan yang layak dan representative serta memiliki daya dukung yang tak kalah dengan pelabuhan-pelabuhan lain di dunia (termasuk di dalamnya peningkatan produktifitas, konektifitas dan teknologi informatika). Denganmenuntaskan persoalan logistik dan mahalnya biaya angkut adalah dengan memaksimalkan efisiensi di pelabuhan sehingga harga barang dapat diturunkan. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan produktifitas  yang didukung infrastruktur pelabuhan yang baik dan sumberdaya yang berkualitas, serta dengan bekerja cerdas dalam membangun.

SF-SC

 

Refferensi:

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/12/07/183000426/ekonom-sebut-tiga-hal-yang-hambat-pertumbuhan-ekspor-indonesia

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3247994/jokowi-tak-puas-lihat-kinerja-ekspor-ri

http://www.ali.web.id/web2/publication_detail.php?id=528

http://tanyatugas.com/letak-astronomis-indonesia-pengaruh-geografis-dan-geologis/

https://merahputih.com/post/read/indonesia-duduki-peringkat-ke-4-pengekspor-terbesar-di-asean