By: Dony Saputra, MM, MKom

Objective Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di setiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif). Model pengukuran produktivitas Objective Matrix (OMAX) dikembangkan oleh James L. Riggs berdasarkan pendpat pendapat bahwa produktivitas adalah hasil dari beberapa kinerja yang berlainan. Konsep dari pengukuran ini yaitu dengan penggabungan beberapa kriteria kinerja kelompok kerja ke dalam sebuah matriks. (R. Nurdin, 2014).

Dalam metode Objective Matrix (OMAX), ada beberapa langkah pengolahan data yang dibutuhkan. Berikut adalah pengukuran produktivitas berdasarkan sasaran dengan menggunakan Objective Matrix (OMAX).

  1. Defining

Pada langkah ini dilakukan pendefinisian dari kriteria produktivitas yang ingin diteliti. Kriteria sebaiknya independent yang mudah diukur. Ukuran dimensi berkaitan dengan volume dan waktu harus ditetapkan dengan baik beserta pengambilan cara pengukuran dan pengambilan data.

  1. Quantifying

Dalam langkah pengukuran ini ada 11 level, yaitu level 0 sampai dengan level 10. Hasil pengukuran tiap-tiap kriteria produktivitas akan dimasukkan kedalam kolom-kolom yang ada pada level 0, 3, dan 10. Untuk level-level selain 0, 3, dan 10, nilainya akan diperoleh dari hasil interpolasi ketiga tingkatan tersebut. Sebelum itu, terlebih dahulu kesebelas tingkatan tersebut dibagi ke dalam tiga bagian yaitu:

  1. Level 0

Level 0 merupakan kondisi terburuk perusahaan pada suatu periode dari masing-masing kriteria sehingga nilai produktivitasnya menjadi paling rendah. Data mengenai kondisi terburuk perusahaan dapat diambil dari data masa lalu.

  1. Level 3

Level 3 merupakan hasil rata-rata yang dicapai selama proses pengukuran berlangsung. Cara perhitungan pada level 3 ini adalah dengan mengambil rata-rata nilai produktivitas selama proses pengukuran berlangsung untuk semua kriteria pada tiap-tiap produk.

  1. Level 10

Level 10 merupakan kondisi yang ingin dicapai oleh perusahaan pada suatu periode dari masing-masing kriteria sehingga nilai produktivitasnya menjadi paling tinggi. Untuk memperoleh nilai ini maka dapat menanyakan kepada pihak perusahaan.

Dimana:

Level 0   : Kondisi terburuk yang pernah dicapai perusahaan.

Level 3   : Kondisi perusahaan pada saat pengukuran.

Level 10 : Kondisi yang ingin dicapai oleh perusahaan.

  1. Monitoring

Pada bagian dasar matriks ini terdapat beberapa tahap yang harus dihitung terlebih dahulu untuk memperoleh indeks produktivitas. Tahap-tahap tersebut antara lain:

  1. Score

Setiap nilai performance yang dicapai dikonversi menjadi score badan matriks. Pengkonversian ini mengikuti aturan, bila nilai performance lebih rendah dari nilai performance pada skor tertentu namun masih lebih tinggi dari nilai skor sebelumnya, maka nilai performance digolongkan pada skor sebelumnya.

     2. Weight

Tingkat kepentingan pada setiap kriteria ditunjukkan dari nilai bobot (weight) yang ada. Jika kriteria tersebut dianggap penting, maka akan diberi bobot yang lebih besar dari kriteria yang lain. Penentuan bobot diperoleh dari perhitungan perbandingan berpasangan tingkat kepentingan masing-masing kriteria yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Setelah kolom-kolom tersebut diisi, maka nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam perhitungan untuk memperoleh bobot masing-masing produktivitas.

     3. Performance Indicator

Periode yang diukur (current) diperoleh dari penjumlahan setiap value pada semua criteria dan previous diperoleh dari periode sebelumnya. Dalam menentukan performance indicator, perusahaan harus mencerminkan tujuan yang akan diraih.

Source:

Nurdin, R. (2008). Pengukuran dan Analisis Produktivitas Lini Produksi PT. XYZ dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX). Jurnal Teknik Industri STTA, Vol. 5 No. 2, 55-62.