Raih Hasil Sidang Sangat Memuaskan, Hardijanto Saroso Berhasil Menjadi Doktor ke-24, Program BINUS UNIVERSITY
Doctor of Research in Management (DRM) BINUS UNIVERSITY kembali mengadakan sidang terbuka promosi Doktor pada hari Sabtu (21/05), yang bertempat di Aula Lantai 8, Kampus Anggrek BINUS UNIVERSITY. Dimana terdapat 2 orang mahasiswa yang lulus dengan menyandang gelar Doktor pada saat itu, yang salah satunya adalah Hardijanto Saroso.
Hingga saat ini, Hardijanto tercatat sebagai dosen di BINUS UNIVERSITY, Universitas Indonesia, Universitas Al-Azhar, Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA), dan Multi Media Training Center (MMTC).
Hardijanto menutup Sidang Ujian Promosi dengan disertasinya berjudul “Entrepreneurial Leadership, Ambidextrous Organization and Dynamic Capabilities: Advancing Competitive Advantage of Free to Air Private Television Broadcasting Institutions in Dynamic Competition”.
“Penelitian ini berawal dari kegelisahan saya di industri serta keinginan saya untuk membantu pemerintah dan teman-teman di televisi dan regulasi. Saat ini di industri pun juga memiliki keterbatasan para sumber ahli yang paling tidak mengetahui persis bagaimana kondisi televisi di Indonesia. Berawal dari keinginan itulah, saya mencoba untuk menganalisa dan saya mampu menyelesaikannya hari ini,” ucap Hardijanto.
Dalam disertasinya tersebut, Hardijanto pun menarik kesimpulan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan Kemampuan Dinamis adalah proses yang kompleks. Dimana implementasinya tergantung pada berbagai isu, meliputi: Ukuran perusahaan, Model bisnis (National TV, Local TV Network atau Local TV), Kondisi dan kebijakan internal organisasi, Ketersediaan Informasi Pasar dan Analisis, dan Ketersediaan sumber daya utama seperti produser, sutradara, dan penulis.
Penelitian ini menyarankan bahwa Kemampuan Dinamis mungkin tidak menjadi inti dari strategi perusahaan TV lokal. Saran ini mencerminkan ukuran ekonomi mereka (pasar dan perusahaan) dan tingkat kompetisi mereka. Penelitian ini mencatatkan bahwa data dari jaringan TV Nasional menunjukkan angka tertinggi dalam semua variabel. Maka Kemampuan Dinamis harus menjadi yang terbaik jika diimplementasikan pada jaringan TV Nasional dan jaringan TV Lokal perusahaan. Tingkat Kemampuan Dinamis pada TV Lokal pun masih di bawah tingkat industri.
Dalam melakukan penelitian, tentunya terdapat kendala-kendala yang ditemukan oleh seorang peneliti. Seperti halnya yang dialami oleh Hardijanto, ia mengaku bahwa jarak menjadi sebuah kendala, karena ia harus melalukan survei ke 13 provinsi, dan tidak semua televisi terbuka untuk memberikan data.
“Saya berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi lebih jauh dan memberikan pencerahan kepada teman-teman yang masih junior sehingga industri yang memang sangat bagus ini dapat meningkatkan potensinya menjadi lebih baik lagi,” jelas Hardijanto. (MEL)