Integrated vs Sequential Decision-Making in Virtual Supply Chains
Halo sahabat Binus Bekasi Beken! Apa kabar semuanya? Semoga semuanya dalam keadaan yang sehat, ya!
Nah, pada artikel kali ini kita akan mengupas tuntas topik mengenai digital supply chain management, tepatnya dalam materi Integrated vs Sequential Decision-Making in Virtual Supply Chains. Dalam pengelolaan rantai pasok virtual, keputusan terkait produksi dan distribusi perlu diselaraskan secara optimal untuk meningkatkan kepuasan pelanggan sekaligus menekan biaya. Terdapat dua pendekatan utama yang digunakan dalam hal ini, yaitu pengambilan keputusan terintegrasi (Integrated) dan pengambilan keputusan berurutan (Sequential). Pendekatan terintegrasi mempertimbangkan keputusan produksi dan distribusi secara bersamaan, sehingga dapat menghasilkan solusi yang lebih optimal terutama dalam situasi yang rumit seperti keterbatasan kapasitas kendaraan dan masa simpan produk. Menurut penelitian Paksoy (2021), sudut pandang yang menyeluruh ini membantu perusahaan menemukan sinergi yang mungkin tidak terlihat jika keputsan diambil secara terpisah.
Ketika diuji menggunakan model Mixed Integer Linear Programming (MILP), pendekatan terintegrasi secara konsisten memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pendekatan berurutan, baik pada skala kecil maupun besar (Melo, 2009). Kemampuan model terintegrasi untuk mempertimbangkan semua batasan dan variabel secara bersamaan membuat alokasi sumber daya menjadi lebih efisien dan kinerja rantai pasok secara keseluruhan meningkat. Meski begitu, dalam skenario berskala besar, model berurutan kadang bisa menemukan solusi optimal lebih cepat karena ruang penyelesaiannya yang lebih sederhana. Keunggulan kecepatan ini bisa sangat penting dalam kondisi pasar yang dinamis, di mana pengambilan keputusan yang cepat menjadi krusial.
Pemilihan pendekatan yang tepat perlu mempertimbangkan beberapa hal penting seperti kompleksitas produk, waktu siklus produksi, dan ketersediaan sumber daya logistik (Pinedo, 2016). Perusahaan yang memiliki produk kompleks atau kendala produksi yang ketat cenderung lebih diuntungkan dengan pendekatan terintegrasi, meskipun memerlukan proses komputasi yang lebih berat. Sebaliknya, perusahaan dengan produk yang lebih standar dan lingkungan rantai pasok yang stabil mungkin akan lebih cocok menggunakan pendekatan berurutan untuk operasional harian. Seiring perkembangan rantai pasok virtual, munculnya pendekatan hybrid yang menggabungkan kelebihan dari kedua metode ini menjadi arah yang menjanjikan untuk penelitian dan penerapan di masa depan.
Referensi:
- Paksoy, T., Kochan, C. G., & Ali, S. S. (2021). Logistics 4.0: Digital Transformation of Supply Chain Management. CRC Press, Taylor & Francis Group.
- Melo, M. T., Nickel, S., & Saldanha-da-Gama, F. (2009). Facility location and supply chain management – A review. European Journal of Operational Research, 196(2), 401–412.
- Pinedo, M. (2016). Scheduling: Theory, Algorithms, and Systems (5th ed.). Springer.
Comments :