Hai sahabat Binus Bekasi Beken!

Pada kesempatan kali ini, melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang apa itu general purpose technology, artikel kali ii kita akan membahas lebih dalam apa itu kecerdasan buatan sebagai salah satu dari general purpose technology (GPT).  Meskipun dampak global dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) masih tergolong awal, sejumlah bukti kuat menunjukkan bahwa AI layak dikategorikan sebagai General Purpose Technology (GPT) atau teknologi serbaguna. Jika mengacu pada tiga kriteria yang diajukan oleh Bresnahan dan Trajtenberg dalam Sheikh (2023) yaitu pervasiveness, technical improvements, dan innovational complementaries, terlihat sangat cocok dengan ciri-ciri utama dari GPT. Hal ini menempatkannya sejajar dengan teknologi besar lainnya seperti listrik dan komputer yang pada masanya telah mengubah tatanan ekonomi dan sosial secara menyeluruh.

Kriteria pertama, yaitu pervasiveness atau seberapa luas teknologi ini digunakan, melihat apakah teknologi tersebut hadir di berbagai sektor dan aplikasi. Meskipun penyebaran AI secara luas baru mengalami lonjakan dalam beberapa tahun terakhir, teknologi ini sudah digunakan di banyak industri dan produk. Dari diagnosa kesehatan dan pengembangan obat, hingga layanan keuangan, optimalisasi manufaktur, dan aplikasi konsumen, sistem AI kini mulai menjadi bagian inti, bukan sekadar pelengkap. Pola penyebaran lintas sektor ini mirip dengan tahap awal dari GPT lainnya, yang menunjukkan bahwa kehadiran AI kemungkinan besar akan semakin luas seiring dengan berkurangnya hambatan penerapan dan bertambahnya ragam penggunaannya (Strohm, 2020).

Selanjutnya, kriteria kedua melihat pada technical improvements atau potensi peningkatan teknis yang berdampak pada efisiensi dan penurunan biaya. Dalam hal ini, AI menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Peningkatan daya komputasi, kecanggihan algoritma, serta pencapaian performa yang terus naik memperlihatkan bahwa teknologi ini terus berkembang. Contohnya, kemampuan pengolahan bahasa alami (natural language processing) sudah jauh meningkat, dari sekadar menganalisis teks sederhana menjadi mampu menghasilkan konten yang sangat mirip buatan manusia. Demikian pula dengan sistem pengenalan gambar, yang berkembang dari pengenalan objek dasar menjadi pemahaman situasi kompleks secara real-time. Kemajuan-kemajuan ini, mencerminkan pola perkembangan teknologi yang umum terjadi pada GPT.

Kriteria ketiga dalam klasifikasi GPT berkaitan dengan innovational complementaries atau sejauh mana teknologi tersebut mendorong inovasi lain yang bersifat melengkapi dan berdampak pada produktivitas secara keseluruhan. Walaupun AI tergolong teknologi yang masih relatif baru untuk dinilai sepenuhnya dari sisi ini, sudah banyak tanda-tanda awal yang mengarah ke sana. Lembaga riset dan konsultan seperti Accenture, PwC, McKinsey, dan Deloitte telah memproyeksikan bahwa AI akan mendorong peningkatan produktivitas besar dalam dekade mendatang (Alexandre & Blanckaert, 2020).

Seiring AI terus berkembang dan semakin tertanam dalam struktur ekonomi dan sosial, karakteristiknya sebagai teknologi serbaguna akan makin terlihat nyata. Perkembangan AI mengikuti pola yang pernah terjadi pada GPT lainyakni diawali dari penggunaan khusus, lalu meluas, berkembang terus menerus, hingga akhirnya membentuk ulang struktur ekonomi melalui inovasi-inovasi baru.

Referensi:

  • Alexandre, C., & Blanckaert, L. (2020). The Influence of Artificial Intelligence on The Consulting Industry. Unpublished master’s thesis, Louvain School of Management, Université Catholique de Louvain].
  • Sheikh, H., Prins, C., & Schrijvers, E. (2023). AI as a System Technology. In Mission AI: The New System Technology (pp. 85-134). Cham: Springer International Publishing.
  • Strohm, L., Hehakaya, C., Ranschaert, E. R., Boon, W. P., & Moors, E. H. (2020). Implementation of artificial intelligence (AI) applications in radiology: hindering and facilitating factors. European radiology, 30, 5525-5532.