Halo, sahabat Binus Bekasi Beken!

Kembali lagi dengan pembahasan seputar artificial intelligence (AI). Di artikel sebelumnya, kita telah mengetahui apa itu general purpose technology, dan bagaimana artificial intelligence tergolong sebagai general purpose technology. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan mendiskusikan bagaimana peran artificial intelligence sebagai system technology. Kecerdasan buatan atau AI memang memenuhi syarat sebagai teknologi serba guna karena penggunaannya meluas, kemampuannya terus meningkat, dan mendorong inovasi di berbagai bidang lainnya. Namun, ada pandangan yang lebih spesifik yang mengusulkan agar kita melihat AI bukan hanya sebagai teknologi serba guna biasa. Pendekatan ini menyarankan untuk memahami AI sebagai ‘teknologi sistem’. Istilah ‘teknologi sistem’ dianggap lebih tepat karena mampu menjelaskan aspek-aspek penting dari AI, termasuk sifatnya yang kompleks dan dampaknya yang luas terhadap masyarakat, yang mungkin tidak sepenuhnya tercakup jika kita hanya menganggapnya sebagai teknologi serba guna seperti teknologi-teknologi lainnya.

Konsep ‘teknologi sistem’ memberikan pemahaman yang lebih mendalam karena menyoroti dua hal penting dari teknologi yang mengubah seperti AI. Pertama, konsep ini membantu kita memahami lebih baik bagaimana AI dibangun secara teknis. Kedua, konsep ini juga membantu kita mengerti bagaimana AI memengaruhi susunan masyarakat. Meskipun penelitian sebelumnya yang melihat AI sebagai teknologi serba guna sudah memberikan gambaran awal yang berguna, kerangka ‘teknologi sistem’ memperluas analisis kita. Dengan kerangka ini, kita bisa lebih memahami hubungan yang rumit antara bagian-bagian teknis AI dan bagaimana AI diterapkan serta berkembang dalam sistem sosial.

Makna pertama dari ‘teknologi sistem’ menekankan bahwa AI bukanlah sekadar satu inovasi tunggal yang berdiri sendiri. Sebaliknya, AI adalah sebuah sistem teknologi yang rumit, terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan dan bekerja bersama. Sama seperti listrik yang membutuhkan pembangkit, jaringan distribusi, baterai, dan berbagai peralatan agar bisa berfungsi, AI juga memerlukan ekosistem teknis yang lengkap. Ekosistem ini meliputi cara pengumpulan data, tempat penyimpanan data, perangkat keras untuk memproses informasi, berbagai algoritma, hingga aplikasi yang kita gunakan. Sifat AI yang sistemik ini berbeda dengan teknologi lain yang mungkin lebih berdiri sendiri sehingga kita membutuhkan cara analisis yang mengakui bagaimana semua elemen dalam AI saling terhubung dan bekerja sebagai satu kesatuan.

Makna kedua dari AI sebagai ‘teknologi sistem’ berkaitan dengan pengaruh mendalamnya pada berbagai sistem dan proses sosial. Sudut pandang ini menekankan bahwa ketika AI diterapkan, terjadi penyesuaian yang rumit dalam tatanan sosial yang sudah ada. Hal ini mencakup perubahan dan penataan ulang praktik-praktik di berbagai institusi (Rudko, 2025). Berbeda dengan teknologi yang dampaknya mungkin lebih terbatas, teknologi sistem seperti AI menciptakan efek domino dalam berbagai aspek, mulai dari aturan kelembagaan, cara organisasi bekerja, sistem peraturan, hingga nilai-nilai budaya. Dampak ini tidak hanya terbatas pada peningkatan efisiensi, tetapi juga menyentuh perubahan dalam hubungan kekuasaan, bagaimana pemerintahan diatur, serta aspek-aspek mendasar dalam kehidupan dan interaksi antarmanusia. Dengan memahami AI sebagai ‘teknologi sistem’ dan bukan hanya sebagai teknologi serba guna biasa, kita dapat membangun dasar analisis yang lebih kuat untuk memahami ke mana arah perkembangan teknologi ini dan apa saja konsekuensi sosialnya.

Referensi:

  • Rudko, I., Bashirpour Bonab, A., Fedele, M., & Formisano, A. V. (2025). New institutional theory and AI: toward rethinking of artificial intelligence in organizations. Journal of Management History, 31(2), 261-284.