Di era yang digital yang serba teknologi pada saat ini, teknologi seperti robot yang dapat membantu pekerjaan sehari-hari manusia bukan sekedar khayalan lagi. Mulai dari robot yang bisa membantu pekerjaan di kantor, mesin kopi otomatis, hingga chatbot yang bisa mengerti perasaan kita ketika sedih. Nah, hal-hal tersebut bisa diwujudkan karena munculnya AI sebagai penolong kita dikala kesulitan. Namun, apa sih sebenarnya AI itu? AI (Artificial Intelligence), pada dasarnya adalah sebuah disiplin ilmu yang menggabungkan banyak ilmu lainnya, mulai dari komputer, statistik, manajemen operasional, matematika, humaniora, ilmu sosial, dan bahkan filsafat. AI sendiri diciptakan melalui penelitian sekitar tahun 1940-an, dengan tujuan agar dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Jadi, jangan heran kalau di masa depan akan lebih banyak robot yang benar-benar menyerupai manusia! Lebih jauh lagi, AI sendiri memiliki banyak cabang ilmu. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah machine Learning. Secara singkat, machine learning adalah cabang AI yang berfokus pada penerapan pembelajaran statistik yang dapat menghasilkan algoritma. Maksudnya, machine learning ini bisa bertambah pintar seiring penggunaannya karena dapat belajar dari pengalaman (Ivanov & Tsipoulanidis, 2019).

Di dunia bisnis, khususnya rantai pasok, AI benar-benar membawa perubahan signifikan. Dari gudang sampai toko online, teknologi ini membantu perusahaan menyusun strategi yang lebih efisien. Cloud storage, sensor pintar, dan aplikasi mobile memungkinkan perusahaan mengumpulkan data konsumen dalam sekejap. Misalnya, berkat AI, toko bisa memprediksi barang apa yang paling laku di waktu tertentu, jadi stok tidak berlebihan atau kekurangan (Dogru & Keskin, 2020; Helo & Hao, 2022).

Di samping itu, AI juga sangat diandalkan dalam manajemen operasional, terutama di bidang jasa. Dengan menggunakan robot-robot canggih, produktivitas perusahaan meningkat pesat. Aktivitas pemasaran juga terbantu karena bisa membaca pola belanja pelanggan. Selain itu, otomatisasi dengan robot di pabrik dan layanan pelanggan berbasis chatbot bikin segala proses lebih cepat dan praktis dalam melayani pelanggan.

Nah, saat ini dunia jasa kesehatan juga mulai dan mengembangkan penerapan AI dalam aktivitasnya. Dengan teknologi ini, tenaga medis bisa bekerja lebih cepat dan akurat. Lalu, apa saja sih yang bisa AI lakukan di ranah kesehatan ini?

  • Analisis Prediktif: AI bisa membaca data medis dan memprediksi risiko penyakit. Contohnya, sistem AI dari IBM bisa mendeteksi kanker payudara setahun sebelum muncul dengan akurasi 87%
  • Pengobatan yang Dipersonalisasi: Aplikasi seperti Migraine.AI mampu menyesuaikan perawatan berdasarkan profil medis, genetik, hingga kebiasaan pasien.
  • Efisiensi Pengumpulan Data: AI dapat membuat proses pengumpulan data jaug lebih singkat. Misalnya, Migraine.AI hanya butuh waktu satu menit masukan per hari dari pengguna. Hal ini tentu sangat membantu petugas medis karena prosesnya yang cepat dan praktis.

Namun, walaupun AI dapat memberikan banyak bantuan di bidang jasa kesehatan, masih tetap ada tantangan yang perlu diselesaikan. Kira-kira apa saja tantangan penerapan AI di dunia medis? Yuk, kita bahas lebih lanjut:

  • Manajemen Data: Karena AI membutuhkan banyak data pribadi, penting untuk menjamin keamanan data-data penggunanya. Pengumpulan, penyimpanan, dan perlindungan data ini menjadi tantangan yang harus diatasi.  Contohnya, di Migraine.AI menyoroti perlunya sistem yang kuat agar data pasien tetap aman.
  • Desain Antarmuka Pengguna: Aplikasi AI harus punya tampilan yang user-friendly dan mudah digunakan. Apabila aplikasi AI di kesehatan sulit digunakan, tentu saja hal ini akan membuat pengguna jadi malas untuk menggunakannya.
  • Bias dalam AI: Data yang digunakan dalam merancang AI juga harus bervariasi dan tidak hanya terfokus di satu kelompok pengguna. Karena jika data yang dipakai buat melatih AI tidak beragam, hasilnya bisa tidak adil. Contohnya, jika rumah sakit menggunakan AI untuk menyusung jadwal konsultasi tapi datanya hanya berdasarkan satu kelompok pasien, bisa jadi jadwalnya tidak cocok buat semua orang. Jadi, penting banget memastikan AI punya data yang beragam supaya keputusannya lebih adil dan akurat.
  • Kolaborasi Lintas Bidang: AI di dunia medis juga memerlukan kerja sama dari berbagai bidang agar sistem AI bisa bekerja dengan maksimal. Dokter, insinyur, ahli IT, sampai analis data harus bekerja sama buat bikin AI yang benar-benar membantu dunia medis.

Nah, kesimpulannya, AI saat ini sudah diterapkan hampir ke semua aspek kehidupan kita, dari bisnis hingga kesehatan. Dengan potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan personalisasi layanan, AI bisa menjadi alat yang luar biasa kalau digunakan dengan bijak. Tapi, tantangan seperti keamanan data, desain aplikasi yang ramah pengguna, dan menghindari bias masih harus diselesaikan. Yang jelas, masa depan dengan AI bakal semakin menarik dan canggih.

Referensi:

  • Dogru, A. K., & Keskin, B. B. (2020). AI in operations management: applications, challenges and opportunities. Journal of Data, Information and Management, 2(2), 67–74. https://doi.org/10.1007/s42488-020-00023-1
  • Helo, P., & Hao, Y. (2022). Artificial intelligence in operations management and supply chain management: an exploratory case study. Production Planning and Control, 33(16), 1573–1590. https://doi.org/10.1080/09537287.2021.1882690
  • Ivanov, D., & Tsipoulanidis, A. (2019). Global Supply Chain and Operations Management (2nd ed.). Springer Nature Switzerland AG 2019. http://www.springer.com/series/10099