Analisa Kualitatif dan Kuantitatif di Dalam Pengelolaan Risiko Proyek
Pengelolaan proyek tidaklah lepas dari konteks pengelolaan risiko. Hal ini terjadi karena salah satu dari karakter proyek adalah keterkaitannya dengan aspek ketidakpastian atau uncertainties (Project Management Institute, 2017). Cara manajer proyek maupun organisasi proyek menyikapi risiko di dalam proyeknya sangatlah bergantung dengan sikap risiko atau risk attitude (Hillson and Murray-Webster, 2004) dimana hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti selera risiko atau risk appetite, toleransi risiko atau risk tolerance dan batasan risiko atau risk threshold (Project Management Institute, 2017).
Pada dasarnya risk attitude dikembangkan dari utility theory yang diyakini pertama kali dirumuskan oleh Gabriel Cramer (Lengweiler, 2009) seperti yang digambarkan di Gambar 1. di bawah ini.
Gambar 1. Bentuk utility function dari risk attitude (Harris & Wu, 2014)
Dari gambar ini terlihat bahwa sikap terhadap risiko dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pemberani (risk seeking), kelompok netral (risk neutral) dan kelompok penolak (risk averse) seperti yang diargumentasikan oleh Harris dan Wu (2014)
Proses identifikasi risiko dianggap sebagai titik awal yang sangat penting dalam pengelolaan risiko dalam sebuah proyek yang nanti akan dilanjutkan dalam analisa risiko proyek. Analisa ini dilakukan dalam bentuk kualitatif dan juga kuantitatif. Hasil yang diharapkan dari analisa kualitatif adalah sebuah daftar risiko yang sudah disusun sesuai dengan prioritas risiko yang dihasilkan dari perhitungan severity dari risiko tersebut, dimana merupakan produk dari penilaian terhadap probabilitas (probability) dan dampak (impact) dari risiko itu serta digambarkan juga di dalam sebuah matriks probabilitas dan dampak untuk melihat pemetaan risiko proyek dengan risk attitude dari organisasi proyek tersebut. Kondisi tersebut terwujudkan di dalam Gambar 2 seperti di bawah.
Gambar 2. Matriks probabilitas dan dampak risiko proyek (Sumber: Olahan Penulis)
Rangkaian warna di dalam matriks tersebut menggambarkan risk attitude dari organisasi proyeknya dan label Rx merupakan gambaran lokasi risiko tersebut di dalam batas toleransi dari organisasi terhadap risiko proyek.
Dalam beberapa kasus analisa kualitatif terkadang tidak dirasakan cukup bagi organisasi proyek yang memerlukan untuk mengkuantifikasi dampak risiko proyek tersebut. Hal ini terkadang dilakukan untuk menghitung besaran contingency reserve dari proyek yang akan dikalkulasikan serta disertakan di dalam anggaran proyek. Terkadang kuantifikasi risiko proyek juga diperlukan di dalam menghitung activity contingency reserve seperti durasi aktifitas proyek dan juga dalam menghitung atau membandingkan besaran premi asuransi proyek yang diharus dibayarkan, jika nanti manajer proyek memilih cara risk transfer dalam merespon risikonya.
Salah satu teknik yang dipakai dalam pengelolaan risiko proyek secara kuantitatif adalah simulasi monte carlo yang digambarkan dalam cumulative distributed function pada Gambar 3 seperti di bawah ini.
Gambar 3. Cumulative Distributed Function (Project Management Institute, 2017)
Dari grafik di atas terlihat bahwa biaya proyek bisa dihitung dengan pendekatan probabilistik, sehingga dapat dilihat nilai p yang mana dapat bisa dijadikan acuan untuk membuat contingency reserve. Terlihat di atas bahwa estimasi anggaran proyek sebesar 2.2 MUSD ternyata memiliki nilai p = 0.23 yang mana jika nilai p diperbesar menjadi 0.85 maka nilai estimasi naik menjadi 2.45 MUSD. Dengan demikian selisih dari kedua estimasi tersebut dapat dianggap menjadi reserve yang disepakati.
Pilihan analisa apapun yang dipakai dalam pengolaan risiko nanti, haruslah berkaca dari kebutuhan organisasi proyek. Dengan kata lain, jika proyek melihat bahwa probability impact matrix menjawab kebutuhan, maka tidak perlu dilanjutkan menjadi analisa kuantitatif yang secara umum memiliki effort yang lebih besar dalam melakukan analisanya.
REFERENSI
Harris, C., & Wu, C. (2014). Using tri-reference point theory to evaluate risk attitude and the effects of financial incentives in a gamified crowdsourcing task. Journal of Business Economics, 84(3), 281-302.
Hillson, D., & Murray-Webster, R. (2004). Understanding and managing risk attitude. In Proceedings of 7th Annual Risk Conference, London, UK (Vol. 26).
Lengwiler, Y. (2009). The origins of expected utility theory. Springer, Berlin, Heidelberg.
Project Management Institute. (2017) A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBoKĀ® Guide)-Sixth Edition. Pennsylvania, PA:Project Management Institute Inc