What Is The Future Of Artificial Intelligence

Kecerdasan buatan ada di mana-mana: hadir dalam hobi, perjalanan, belanja, interaksi sosial, bahkan social media.Tetapi apakah itu sesuai dengan reputasinya? Tidak ada yang kurang pasti. Apakah algoritma dapat dipercaya? Atau ada beberapa area di mana Anda harus menjaga AI jika Anda menghargai etika Anda. Teknologi kecerdasan buatan telah membuat langkah besar. Dalam tiga tahun terakhir, algoritma telah mempermalukan juara Go dan poker teratas dengan dikalahkannya manusia oleh teknologi.Dengan melewati setiap tonggak sejarah, ketakutan lama manusia dilampaui oleh mesin yang muncul di era 3.0 (dijaman mesin,robot,dll). Mereka menemukan metode mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang telah Anda tetapkan untuk mereka contoh memisahkan warna sayur-sayuran yang dimana warna sayur-sayuran itu beragam tapi AI dapat membedakannya dengan algoritma yang sudah ditentukan. Apakah kecerdasan buatan itu bodoh? Tidak lebih, tidak kurang tergantung  dari manusia itu yang mengembangkannya sendiri. Empat kesalahan terbesar yang dilakukan manusia terkait AI: memilih masalah yang terlalu luas yang membutuhkan penanganan sejumlah besar informasi dari berbagai sumber (seperti mengevaluasi calon pekerja dari video wawancara, melatih AI dengan data yang terlalu terbatas, disaring dengan buruk, atau tidak cocok (seperti data Tesla yang digunakan untuk AI-nya, yang mengira truk sebagai rambu lalu lintas karena telah dilatih dengan gambar kendaraan yang terlihat dari belakang); merumuskan masalah dengan buruk, dan akhirnya, melebih-lebihkan memori AI. Akan tetapi tetap saja akal manusia lebih pintar dibandingkan teknologi ataupun mesin karna sejatinya manusia itu memiliki akal dan perasaan yang tidak dimiliki oleh teknologi itu sendiri.

Reference:  https://business-digest.eu/en/2020/01/03/what-is-the-future-of-artificial-intelligence/

Dr. Maria Grace Herlina S.Sos.,MM. & Wildandi