Suku Bunga dan Permintaan Kredit dalam Perbankan
Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghubung bagi pihak yang memiliki kelebihan dana dan kekurangan dana. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Sebagai lembaga intermediasi, penyaluran kredit merupakan kegiatan yang mendominasi bagi usaha bank. Tujuan pemberian kredit yaitu mencari keuntungan yang didapat dari bunga, membantu nasabah, dan membantu pemerintah berupa penerimaan pajak dan meningkatkan devisa negara. Oleh karena itu, kredit perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Ketersediaan kredit memungkinkan rumah tangga untuk melakukan konsumsi yang lebih baik dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi yang tidak bisa dilakukan dengan dana sendiri. Namun, saat ini permintaan kredit di Indonesia sedang mengalami penurunan, khususnya permintaan akan KPR (Kredit Pemilikan Rumah).
Suku bunga kredit merupakan salah satu hal penting yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam pengajuan kredit. Pada tahun 2018, The Fed secara agresif menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat sebanyak tiga kali dengan masing-masing kenaikan sebesar 25 bps. Pada akhir tahun 2018, tingkat suku bunga acuan mencapai 2,25%-2,5%. Kebijakan The Fed tersebut berpengaruh terhadap negara-negara lain termasuk Indonesia. Sepanjang 2018, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 175 bps hingga kini berada di level 6%. Kenaikan suku bunga acuan yang ditetapkan bank sentral tersebut berpengaruh terhadap sektor keuangan khususnya perbankan. Kenaikan suku bunga acuan akan mempengaruhi suku bunga kredit maupun deposito perbankan.
Selain kredit, Bank menyediakan produk layanan jasa, seperti tabungan dan deposito yang akan dikelola dan memperbesar kemampuan bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi suku bunga tabungan, keinginan masyarakat untuk menabung juga meningkat. Namun, semakin tinggi suku bunga kredit, keinginan untuk mengambil kredit menjadi semakin kecil karena tingkat pengembalian dana yang semakin besar. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan pendapatan yang dimiliki masyarakat. Ketika suku bunga kredit naik, berarti beban bunga yang harus dibayar juga semakin tinggi. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga kredit serta deposito menyebabkan masyarakat condong untuk menyimpan uang di bank yang juga mengakibatkan jumlah uang beredar menjadi berkurang.
Kenaikan suku bunga kredit dapat menimbulkan penurunan terhadap jumlah konsumsi dan jumlah produksi. Sebagai contoh penurunan jumlah konsumsi yaitu akibat kenaikan suku bunga KPR. Kenaikan suku bunga KPR akan menurunkan minat masyarakat untuk membeli properti atau berinvestasi di bidang properti. Selain itu, penurunan permintaan kredit dapat mempengaruhi jumlah produksi sebab perusahaan akan mengurangi jumlah pinjaman modal dari bank, bahkan cenderung untuk tidak melakukan pinjaman dana. Hal tersebut dapat mengakibatkan kegiatan produksi tidak berjalan secara maksimal. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka tujuan pemerintah untuk mencapai full production akan sulit untuk tercapai. Jika full production tidak dapat tercapai, maka full employment juga akan sulit terwujud. Penurunan jumlah konsumsi dan produksi tersebut juga akan mengakibatkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) negara. Oleh karena itu, kredit perbankan merupakan salah satu faktor yang penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Apabila permintaan kredit menurun maka akan menurunkan laju pertumbuhan pembangunan yang akan berdampak terhadap penurunan perekonomian nasional.
Saat ini, The Fed sudah mulai menurunkan suku bunga acuan sehingga tekanan di negara berkembang dapat berkurang. BI juga telah 3 kali berturut-turut menurunkan suku bunga sebesar 75 bps, saat ini suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,25%. Hal ini diharapkan dapat mendorong perbankan untuk menurunkan bunga kredit maupun deposito. Meskipun suku bunga kredit sudah mengalami penurunan sebesar 22 bps sejak akhir 2018, suku bunga kredit terutama bunga KPR masih tergolong tinggi. Berdasarkan data mortgage interest rate percentages di Asia, bunga KPR di Indonesia masuk jajaran tertinggi. Dengan rata-rata 12%, Indonesia masuk peringkat ke-6. Sementara India hanya 9,45%, Vietnam 8,85%, Thailand 5,72%, Malaysia 4,53%, Singapura 2,5% (Asmara, 2019). Dari hal tersebut, sudah seharusnya perbankan nasional menurunkan bunga KPR sehingga tingkat permintaan KPR bisa meningkat.
Kredit perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Tingkat suku bunga dan penawaran serta permintaan kredit saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, agar tingkat suku bunga dapat menurun, tingkat permintaan kredit harus meningkat. Begitu juga sebaliknya, agar permintaan kredit dapat meningkat, suku bunga juga harus diturunkan. Oleh karena itu, pemerintah dan BI diharapkan dapat bekerja sama untuk menangani hal tersebut. Pemerintah dan BI diharapkan dapat membuat kebijakan yang terbaik terkait dengan suku bunga acuan sehingga dapat meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.
Adapun cara untuk meningkatkan permintaan kredit adalah bank harus meningkatkan promosinya dalam penjualan kredit. Selain itu, bank harus melakukan analisa yang tepat dalam penawaran dan pemberian kredit agar tingkat kredit macet rendah sehingga perputaran uang bank tetap lancar. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap probabilitas suatu rumah tangga memiliki kredit yaitu umur kepala rumah tangga, lokasi tempat tinggal, pendapatan, dan jumlah serta jenis pekerjaan anggota keluarga yang bekerja.
Penulis: Alexandra Morgan Tjoe (2301938503); Dhea Kartika S.(2301937646); Fidela (2301937614)
-
Daniel Dengan meningkatnya pemakaian kartu kredit di kalangan masyarakat, maka dapat diimplikasikan berkurangnya pemakaian uang fisik mengikuti perkembangan teknologi. Perslihan dan penambahan pengguna kartu kredit ini dapat membantu dan wujud dukungan perkembangan teknologi dalam lingkup perekonomian nasional. Daniel Nalom 1901497174