SAHAM BANK BUMN BERGUGURAN
Berita yang diterbitkan oleh kontan.co.id menyatakan bahwa pada tanggal 2 Oktober 2019 saham bank BUMN berguguran di pasar perdagangan saham, bank tersebut adalah Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Menurut data pada saat penutupan perdagangan saham bank tersebut anjlok yang jumlahnya sebagai berikut : Bank Mandiri turun di angka Rp. 6.525, BNI turun menjadi Rp. 6.925, BRI turun di angka Rp. 3.810, dan BTN menurun menjadi Rp. 1.925. Kresna Sekuritas Franky Rivan menganalisis bahwa penyebab jebloknya harga saham terjadi karena dua faktor. Faktor pertama dikarenakan aksi jual di pasar global dan dan faktor kedua yaitu dikarenakan memburuknya kualitas aset bank pelat merah yang diduga untuk membantu menyelamatkan Bank Muamalat yang tengah mengalami penurunan jumlah perolehan kredit dan pendapatan bunga.
Gambar 1: Grafik mengenai saham Bank BRI yang menurun pada tanggal 2 Oktober 2019.
Berdasarkan faktor yang pertama yaitu sell-off (aksi jual) yang mana berarti periode penjualan sekuritas/efek dan komoditas secara intens yang dipicu oleh penurunan harga. Sell-off terjadi berdasarkan prinsip penawaran (supply) dan permintaan (demand). Jika sejumlah besar investor memutuskan untuk menjual kepemilikan saham tanpa menemukan jumlah pembeli yang sepadan, maka harga saham itu akan turun. Misalnya, jika sell-off terjadi setelah laporan pendapatan baru yang kurang bagus, penjual mungkin terlalu optimis saat membeli saham itu sebelumnya, dan kemudian memutuskan menjualnya karena laporan yang mengecewakan. Pada kasus ini, investor mengetahui sebuah analisa bahwa ketiga bank pelat merah tersebut (Bank Mandiri, BNI, BRI) berencana untuk menyelamatkan Bank Muamalat dengan cara membeli sekuritas milik Bank Muamalat. Jika benar adanya, maka akan terjadi penurunan nilai aset pada bank-bank pelat merah. Hal yang belum pasti ini menyebabkan pergeseran demand atau menurunnya minat investor lokal dan juga investor asing untuk mempertahankan saham pada bank-bank pelat merah tersebut.
Faktor yang kedua adalah memburuknya kualitas aset bank pelat merah. Aset dari bank pelat merah ini bisa dicap memburuk selain dikarenakan isu penyuntikkan dana kepada Bank Muamalat, tetapi juga berkaitan dengan terjadinya masalah PT. Delta Merlin Dunia Textile (Duniatex) yang gagal membayar kupon obligasi kepada investor, salah satu bank pelat merah yang dikagetkan dengan masalah ini adalah Bank Mandiri yang memiliki eksposure pinjaman bilateral ke Duniatex Group sejak 2015 sebesar Rp 5,5 triliun. Sejak saat itu, Bank Mandiri melakukan penurunan eksposure kredit ke Duniatex, seiring dengan penurunan kewajiban perusahaan Duniatex. Hingga pada tahun 2018 kredit Bank Mandiri di grup ini sudah terpangkas menjadi tinggal Rp 2,2 triliun dan terus meminta penjelasan atas kondisi terkini dari Duniatex. Selain Bank Mandiri, bank pelat merah yang memberikan kredit pada perusahaan tekstil ini adalah Bank BNI, yaitu sebesar Rp 789 miliar yang kemudian ditampik oleh Direktur Bisnis Korporasi BNI, Putrama Wahju Setyawan sebesar Rp 301 miliar. Masalah kegagalan pembayaran surat hutang ini menyebabkan penurunan kualitas aset milik bank pelat merah.
Kedua hal tersebut erat hubungannya dengan saham bank BUMN yang berguguran, diawali dengan isu yang menimpa Bank Muamalat dan sejumlah bank pelat merah lainnya serta masalah yang memang sedang dialami bank pelat merah dengan pihak ketiga yang membuat kualitas aset menurun. Akan tetapi, pada tanggal 8 Oktober 2019 BRI menyatakan secara resmi bahwa ia membantah untuk melakukan akuisisi dan juga tidak berencana untuk melakukan pembelian sekuritas atau penambahan modal di Bank Muamalat. Hal ini menjadikan demand pada saham BRI mengalami perbaikan terpantau ditutup menghijau pada harga Rp. 3.930. Akan tetapi, bank Mandiri dan BNI masih belum ada kejelasan sehingga harga sahamnya masih pada harga rendah.
Dengan ini bank-bank pelat merah harus memulihkan terlebih meningkatkan reputasi baik bank dari dampaknya mengenai masalah mengenai Bank Muamalat. Ditambah lagi, masyarakat yang mudah terpengaruh dengan rumor yang masih belum pasti. Sama halnya ketika pengaruh isu yang buruk mengenai bank pelat merah beredar, mengakibatkan aksi jual saham pada bank–bank pelat merah, yang membuat harga saham di bank- bank ini diturunkan. Dan ketika sudah diklarifikasi kebenarannya, jumlah demand pada saham tersebut pun kembali beriringan naik. Maka dari itu, bank pelat merah harus terus berusaha meningkatkan kinerja bank agar harga saham bisa kembali ke semula.
Penulis: Clara Clarinta Tarabelva Aldawira (2301937570); Oktavia Dasa Wardhani (2301937734); Veronica Harja Wijaya (2301937873)