Supply Chain Risk Management
Oleh: Shelvy Kurniawan*, Denny Marzuky, Rio Ryanto, Vanny Agustine
*)Faculty Member Management Binus Business School Undergraduate Program
Supply Chain Risk Management (SCRM) merupakan perpaduan antara konsep Supply Chain Management dan Risk Management (Brindley, 2004 dalam (Handayani, 2016)), yang mana Supply Chain Risk Management berkolaborasi dengan partner supply chain dalam mengaplikasikan proses risk management. Berikut ini merupakan gambar supply chain risk management.
Gambar 1 Supply Chain Risk Management
Sumber : (Brindley, 2004 dalam (Handayani, 2016))
Menurut (Pujawan dan Geraldin, 2009 dalam (Elvandra, Maarif, & Sukardi, 2018)) risiko rantai pasokan adalah semua risiko dari aliran informasi, bahan, dan produk atau gangguan yang disebabkan oleh kompleksitas hubungan perusahaan dengan pihak eksternal. Menurut (Zsidisin, 2004 dalam (Handayani, 2016)), Supply Chain Risk Management berkaitan dengan kegagalan pemasok dalam memasok barang sehingga permintaan konsumen tidak terpenuhi. Sedangkan (Peck et al., 2003 dalam (Handayani, 2016)) Supply Chain Risk Management merupakan risiko yang terjadi pada aliran produk, informasi, bahan baku sampai pengiriman produk akhir. Risiko pada supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan. Sedangkan supply chain disruptions (gangguan rantai pasok) adalah peristiwa tak terencana yang terjadi dalam rantai pasok yang bisa mempengaruhi aliran bahan dan komponen (Svensson, 2000 dalam (Handayani, 2016)). Gangguan rantai pasok dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti panjangnya lead time, stock out, ketidak mampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan, dan kenaikan biaya (Levy, 1995; Svensson, 2000; Riddalls dan Bennett, 2002; Chopra dan Sodhi, 2004 dalam (Handayani, 2016)). Supply Chain Risk Management adalah pendekatan risiko dijalankan dalam struktur rantai pasokan (Sinha et.al., 2004 dalam (Anggrahini, Karningsih, & Sulistiyono, 2015)). Risiko rantai pasokan yang timbul di kegiatan rantai pasokan seperti penjadwalan, teknologi, dan biaya tidak pasti. Ini dapat dikelola secara terpisah berdasarkan risiko persepsi. Berdasarkan (Christopher, 2003 dalam (Anggrahini, Karningsih, & Sulistiyono, 2015)), risiko rantai pasokan dibagi menjadi tiga kategori, seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
- Risiko internal, termasuk risiko dalam proses dan kegiatan pengendalian.
- Risiko eksternal, termasuk sub kategori permintaan dan risiko penawaran.
- Risiko eksternal lainnya, termasuk risiko lingkungan subkategori yang berdampak di hulu dan hilir.
Risiko umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Risiko lebih dikaitkan dengan kerugian yang diakibatkan oleh kejadian yang mungkin terjadi dalam waktu tertentu (Jutner et al., 2003 dalam (Handayani, 2016)). Perusahaan harus waspada dengan risiko yang dapat membahayakan keselamatan jangka pendek jangka panjang pada supply chain, disamping itu risiko dapat mengganggu, menunda material, informasi dan arus kas, yang pada akhirnya dapat merusak penjualan, meningkatkan biaya, atau keduanya (Chopra dan Sodhi, 2004 dalam (Handayani, 2016)).
Sumber:
Anggrahini, D., Karningsih, P. D., & Sulistiyono, M. (2015). Managing quality risk in a frozen shrimp supply chain: a case study. Procedia Manufacturing 4, 252-260.
Elvandra, A. R., Maarif, M. S., & Sukardi. (2018). Management of Supply Chain Risk in Cattle Slice Fattening at PT. Catur Mitra Taruma. Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 4 No. 1, 88-98.
Handayani, D. I. (2016). Potensi Risiko Pada Supply Chain Risk Management. Spektrum Industri, Vol. 14, 1-108.
-
MUHAMAD SOBIRIN 042835412 very good