Supply Chain Integration (Part 1)
Menurut Heizer, Render dan Munson (Supply chain management/SCM) (2017) manajemen rantai pasokan menggambarkan sebuah koordinasi dari semua kegiatan rantai pasokan dimulai dari bahan baku sampai ditangan pelanggan. Supply chain management (SCM) yang efektif merupakan sumber potensial keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi organisasi (Van der Vaart & Van Donk, 2008)
Supply chain integration (SCI) dapat dilihat sebagai sumber strategis yang dapat menghasilkan keunggulan kompetitif dan peningkatan kinerja perusahaan (Van der Vaart & Van Donk, 2008; Barney, 2012). Menurut Asgari, Hamid, dan Aleebrahim (2017) integrasi rantai pasokan memberikan visibilitas operasional, rencana koordinasi, dan aliran barang yang efisien yang menekan interval waktu antara permintaan pelanggan untuk produk/layanan dan pengirimannya serta kemampuan menyediakan jumlah barang yang diperlukan dalam tempat dan waktu yang tepat.
Menurut Chang, Kim, dan Frank (2016), integrasi rantai pasokan (SCI) didefinisikan sebagai manajemen proses strategis yang dapat berperan untuk menciptakan keunggulan posisi yang terkait dengan peningkatan kinerja perusahaan yang konsisten dengan aliran dominan karakteristik empirik SCI terbaru seperti informasi, teknologi, proses, dan hubungan untuk mengklasifikasikan SCI ke dalam tiga dimensi, yaitu integrasi supplier, integrasi internal, dan integrasi customer.
Menurut Zsidisin (2015) supply chain integration adalah “Generally viewed as encompassing internal integration and external integration with customers and suppliers.” Supply chain integration menurut Zhao et al., (2013) adalah tingkat dimana sebuah organisasi secara strategis bekerjasama dengan mitra rantai pasokan dan mengelola proses baik intra dan antar organisasi untuk mencapai arus dari produk dan pelayanan, informasi, uang, dan keputusan yang efektif dan efisien yang bertujuan untuk memberikan nilai maksimal kepada pelanggan dengan biaya rendah dan kecepatan yang tinggi.
Ada banyak penelitian mengenai dampak SCI terhadap berbagai ukuran kinerja, termasuk kinerja operasional (Danese dan Romano, 2011), kinerja logistik (Germain dan Iyer, 2006). Keberhasilan penerapan Supply Chain Management memerlukan integrasi fungsi internal perusahaan dan menghubungkannya secara efektif dengan operasi eksternal perusahaan mitra di Supply Chain (Holmberg dalam Alfalla-Luque et al., 2015). Ketika komitmen didorong di dalam perusahaan individual, perusahaan akan bertindak dengan perusahaan lain dalam menerapkan SCM (Mello & Stank, 2005). Menurut Yucel (2012) komitmen yang lebih tinggi dalam organisasi dapat memperbaiki kinerja organisasi, tingkat ketidakhadiran dan tingkat turnover yang lebih rendah akan terjadi.