Mengukur Kinerja Proyek dengan teknik Earned Value (Part 1)

Oleh: Dr. Mohammad Ichsan, Dipl.-Ing., M.T

Faculty Member Management Dept., BINUS Business School Undergraduate Program

Untuk dapat menentukan sukses tidaknya sebuah proyek, sangatlah penting untuk mendefinisikannya dengan para pemangku kepentingan sebelum proyek tersebut di mulai. Kesuksesan proyek bisa dilhat dari dua perspektif yaitu dari perspektif produk atau hasil dari proyek dan dari cara pengelolaan proyek (Ika, 2009). Di sisi produk sebuah proyek, kriteria sukses dipahami sebagai dipenuhinya tujuan produk dari proyek tersebut dan diterimanya hasil proyek tersebut oleh pemangku kepentingan yang akan menjalankan atau menikmati hasil dari proyek tersebut (Munns & Bjeirmi, 1996; Baccarini, 1999; Lim & Mohamed, 1999; Shenhar et al., 2005). Penilaian kesuksesan proyek dalam perspektif pengelolaan proyek memperhatikan pemenuhan aspek waktu, biaya dan kualitas (Atkinson, 1999; Westerveld, 2003) atau yang lebih dikenal dengan triple constraints, yang masih banyak dipertimbangkan untuk mengukur keberhasilan proyek. Namun demikian kondisi keberhasilan proyek tersebut tidak akan bisa terwujud tanpa adanya pengawasan dan pengendalian proyek yang efektif.

Pemenuhan kriteria tersebut dilakukan sebagai bagian dari proses pengawasan dan pengendalian proyek (Project Management Institute, 2017). Salah satu teknik yang dipakai dalam proses tersebut adalah Earned Value Management (Christensen, 1998). Teknik ini pertama kali dipakai oleh Departement of Defense (DoD) Amerika Serikat untuk dalam pemenuhan kontrak pertahanan dalam membandingkan perencanaan dan penyelesaian pekerjaan, dimana variansi dari pekerjaan bisa dikuantifikasi dengan baik sehingga dengan mudah untuk mengetahui keberadaan proyek tersebut serta kinerja dari proyek tersebut. Teknik ini juga dengan mudah dapat dipakai dan diterapkan dalam mengelola beberapa proyek secara terintegrasi (Ong, Wang & Zainon, 2016).

Dr. Mohammad Ichsan, Dipl.-Ing., M.T