Pengaruh Ransomware Terhadap E-Commerce (part 1)

Oleh :  Bella Yunisya, Efrida Puspitasari, Marcelina Oktaviani, Shania Assyiffa, & Shelly Oktivia 

E-Commerce dan Perkembangannya

Secara umum e-commerce adalah perdagangan elektronik berupa penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik. E-Commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.

Perkembangan e-commerce telah menyebar ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat termasuk negara ASEAN. Pertumbuhan e-commerce di negara ASEAN, khususnya Indonesia, telah berkembang pesat dengan jumlah pengguna internet mencapai 88.1 juta dan nilai transaksi yang telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia mencapai angka 130 triliun rupiah.

Berdasarkan data dari sebuah lembaga riset, pasar e-commerce Indonesia akan semakin meningkat dan lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Beberapa contoh perusahaan yang telah menjadi “raksasa” dalam dunia e-commerce Indonesia adalah Lazada, Tokopedia, dan masih banyak lagi. Perusahaan-perusahaan tersebut telah sukses memanfaatkan peluang pasar e-commerce di Indonesia yang sedang naik daun.

Dari sekian banyaknya keuntungan yang dimiliki e-commerce, ternyata masih memiliki hambatan dalam pengembangannya. Antara lain: (1) Biaya telekomunikasi di Indonesia masih mahal dan terbatas, (2) Karakter orang Indonesia yang harus melihat secara fisik/memegang barang yang dijual, (3) Masih maraknya penipuan penipuan, dan (4) Banyaknya pencurian dan penyalahgunaan informasi pribadi.

Ransomware dan Perkembangannya

Ransomware adalah virus yang menginfeksi komputer melalui jaringan internet atau lokal, kemudian mengunci komputer beserta file-file yang ada di dalamnya hingga tidak dapat diakses dan menuntut sejumlah uang jika pemilik komputer ingin memperoleh akses kembali. Ransomware telah menjadi buah bibir belakangan ini. Sebenarnya virus ini telah lama muncul, namun tampaknya baru mengejutkan dunia belakangan ini.

Ransomware yang dikenal pertama kali adalah 1989 AIDS Trojan, yang dikenal dengan PS Cyborg. Joseph L. Popp mengirimkan 20 ribu disket yang terinfeksi dengan label AIDS Information – Introductory Diskettes. Ia mengirimkannya kepada hadirin konferensi AIDS Internasional oleh World Health Organization. Walau sudah melakukan sekian kali proses reboot PC, virus tersebut masih menyembunyikan file pada komputer. Untuk mendapatkan akses file, pengguna harus membayar USD189 ke PC Cyborg Corp. Dr. Popp akhirnya tertangkap namun dinyatakan tidak layak secara mental untuk diadili dan dikembalikan ke Amerika Serikat.

Di Indonesia, Ransomware telah menyerang sistem milik dua Rumah Sakit terkemuka yakni Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais. Virus ini menyebar ke sistem Rumah Sakit karena kemampuan sistem keamanan informasi yang ada pada Rumah Sakit kurang terjaga baik, apalagi komputer yang digunakan pada Rumah Sakit biasanya terus beroperasi selama 24 jam.

(to be continue…)

Angtyasti Jiwasiddi