Hacker dan Hactivist sisi lain dari Ancaman Kemanan Cyber
Oleh : Angtyasti Jiwasiddi., SE., S.Kom., M.S.M (Faculty Member School of Business Management)
Hacker mungkin memiliki reputasinya tersendiri di dunia Maya, beberapa pihak meyakini merekalah sang “penjahat” di sisi lain sebagian pihak akan melihat bahwa hacker, sering kali memiliki pesan dan misi nya tersendiri dalam memprotes status quo.
Hacker secara luas dipahami sebagai tindakan yang menggunakan komputer untuk memperoleh akses terhadap informasi atau sistem yang sifatnya tertutup dan rahasia. Di tahun 1960-an budaya “hacking” dipopulerkan oleh komunitas di Massachusetts Institute of Technology. Meskipun cukup banyak artikel yang membahas mengenai hacker, namun belum ada kesepahaman yang diakui mengenai karakteristik dari hacker, namun secara umum hacker memiliki beberapa kategori.
Jenis pertama dari hacker sering juga disebut sebagai Black hats, mereka biasanya melakukan tindakan membobol sistem atau informasi dengan tujuan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, Jenis kedua White hats adalah para hacker yang melancarkan serangan untuk menunjukkan kelemahan dalam sistem, dengan tujuan mengingatkan bahwa keamanan yang dibuat masih sangat rentan terhadap serangan. Yang terakhir sering juga disebut sebagai Grey hats. Grey hats adalah para hacker yang bergerak dalam area abu – abu, dimana mereka kerap kali melanggar peraturan namun sering kali dikaitkan untuk tujuan dan pesan moral yang mewakili keadilan dan kebenaran.
Hactivist berasal dari ide “hack” dan “Activism”, pertama kali dipopulerkan sekitar tahun 1996 oleh Omega, anggota dari kelompok hacker Cult of the Dead Cow. Hactivist merupakan bentuk baru atas demonstrasi, protes atas kebijakan politik dan suatu bentuk baru pembangkangan sipil (civil disobedience). Membicarakan komunitas hactivist tidak bisa terlepas dari komunitas yang belakangan semakin besar dan paling terkenal “Anonymous” dengan slogan mereka “we are legion” dikenal salah satu pergerakan terorganisir hactivist yang paling ternama