Nostalgia Marketing: turning children of yesterday, to be the spenders of today (part 1)

Oleh: Natalia, SE, MM (Faculty Member of Global Business Marketing)

 

Beberapa tahun belakangan ini industry perfilman mulai menyuguhkan kembali film-film yang diadaptasi dari film yang pernah sukses di masa lampau. Sebut saja Lion King (1994-2019), Aladdin (1992-2019), atau Beauty and the Beast (1991-2017). Tidak hanya film, game seperti Pokemon Go dan Lego, atau technology seperti Nokia dan Kamera Polariod juga eksis kembali di pasaran dalam devices, technology maupun packaging yang berbeda. Bahkan boyband terkenal tahun 90an seperti westlife dan backstreeboys kembali melakukan konser yang pastinya dihadiri mereka yang menikmati lagu-lagu tersebut pada jamannya.

Apakah produk-produk ini sukses melakukan “comeback”?

Data membuktikan bahwa film remake memiliki tingkat kesuksesan yang lebih tinggi daripada film original sekalipun ternyata film-film remake memiliki rating yang lebih rendah.

Sumber: stephenfollows.com

Begitu juga dengan game Pokemon Go yang merupakan game yang diadaptasi dari film Pokemon. Kita ketahui di tahun 90-an ketika film Pokemon sedang “naik daun” banyak anak-anak yang bermimpi bisa menjadi Pokemon Master. Setelah lebih dari 20 tahun kemudian, muncul Pokemon Go, sebuah game augmented reality yang memungkinkan pemain merasakan simulasi menjadi seorang Pokemon Master. Data menunjukkan bahwa Pokemon Go mendapatkan revenue $207 juta dalam 1 bulan pertama dan lebih dari 50% yang men-download game Pokemon Go adalah mereka yang lahir di tahun 90-an.

Nostalgia Is Powerful

Nostalgia berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari kata nóstos, yang berarti kembali (rumah), dan álgos, yang berarti rasa sakit. Ini berarti nostalgia menggambarkan kerinduan akan masa lalu yang ideal. Dahulunya perasaan nostalgia pertama kali disebutkan dalam literatur psikologi klinis untuk menggambarkan medical illness, suatu bentuk depresi yang disebabkan oleh kerinduan, terutama di masa perang, yang mencerminkan perasaan tentara merindukan masa-masa yang indah dirumahnya.

Di zaman modern, nostalgia berkembang menjadi perasaan yang membangkitkan ingatan masa lalu, dan mempengaruhi hubungan manusia dengan sesama, produk atau layanan. Nostalgia berkerja sangat baik dalam pemasaran dan periklanan karena ikatan emosional yang membentuk konsumen dengan produk atau layanan. Banyak penelitian yang telah menekankan seberapa kuat perasaan nostalgia untuk menciptakan sebuah keterikatan terhadap suatu brand, produk atau layanan.

Seperti yang dilakukan salah satu serial TV Netflix, Stranger Things yang membawa kita bernostalgia dengan setting film tahun 80an dengan menampilkan objek-objek retro seperti kamera polaroid, telfon yang ditempel di dinding atau walkie-talkie. Salah satu factor kesuksesan serial ini adalah mampu membawa penonton mengenang masa-masa dimana kehidupan anak-anak bermain sepeda tanpa komputer dan smartphone. Lebih dari 40 juta penonton telah menonton serial ini sejak diluncurkan secara global pada July 2019 dan di klaim merupakan salah satu hit terbesar Netflix setelah Birdbox.

(bersambung)