Usaha IKEA Alam Sutera Sebagai Ritel Omnichannel, Sudah Efektif atau Belum?
By: Ida Ayu Paramasari Ratnadewi (Student of Global Business Marketing)
IKEA merupakan perusahaan ritel multinasional perabotan rumah tangga dari Swedia. Di Indonesia sendiri IKEA berada di daerah Alam Sutera, kota Tangerang, Banten. Produk-produk dengan desain menarik, cara membeli yang unik, harga yang relatif murah, dan dapat dirakit sendiri menjadi daya tarik tersendiri. Jika kita mendatangi IKEA, kita diajak untuk berkeliling pada ruangan yang besar namun diatur sedemikian rupa hingga membentuk labirin, pengunjung akan mengikuti jalur yang telah ditentukan. Hal itu dilakukan untuk taktik pemasaran mereka dimana IKEA akan mempengaruhi atau memersuasi pengunjung untuk melihat-lihat produk yang tadinya tidak ingin dibeli. Ayo, siapa yang kalap kalau berkunjung ke IKEA?
Sebagai salah satu mahasiswa jurusan Marketing, saya ingin membahas tentang strategi-strategi retail and omnichannel yang dilakukan IKEA.
Merchandise Plans (Rencana Barang Dagang)
Menurut Barry Berman dalam buku Retail Management yang dipublikasikan oleh Pearson, rencana barang dagang terdiri dari beberapa langkah, diantaranya:
Sebelum memilih sumber, IKEA pasti meriset atau mengumpulkan informasi tentang karakteristik atau pribadi orang Indonesia, data penjualanan, survei pasar, dan lain-lain. Informasi-informasi itu kemudian dianalisa dan nantinya akan dijadikan acuan untuk menyusun rencana. Lalu, IKEA memilih material untuk produk yang dijual. Contohnya seperti kayu, IKEA memasok kayu berdasarkan IWAY Forestry Standard yang melarang penggunaan kayu dari hasil penebangan liar. Begitu juga untuk bahan plastik. IKEA menggunakan plastik hasil daur ulang dan telah memenuhi standar PET, PE, dan PP sehingga aman untuk digunakan. IKEA memiliki konsep yaitu memproduksi berbagai perabotan rumah yang terjangkau untuk banyak orang dengan menggabungkan fungsi, kualitas, desain dan nilai. Jadi, produk yang dijual oleh IKEA bermacam-macam, dari perabotan ruang tamu, dapur, kamar tidur, hingga kamar mandi. Semua bisa didapat dalam satu tempat saja atau one stop shopping.
Pricing Strategy (Strategi Penetapan Harga)
IKEA memiliki strategi dalam menetapkan harga, yaitu meletakkan angka 9. Misalnya, di website tertulis harga untuk sebuah lampu meja LED adalah empat ratus empat puluh sembilan ribu rupiah. Ini akan memberikan efek yang besar bagi minat beli konsumen. Konsumen akan cenderung melihat angka awal, jadi kalau misalnya ada dua lampu dipajang dengan harga yang berbeda, lampu A seharga 450.000 rupiah dan lampu B 449.000 rupiah, konsumen akan lebih memilih lampu B karena alam bawah sadar si konsumen mengatakan bahwa lampu B lah yang lebih murah. Padahal, pada kenyataannya kedua lampu hanya berbeda seribu rupiah saja. Ini dinamakan sebagai Charm Pricing. Sadar gak?
Promotional Strategy (Strategi Promosi)
Pada tahun 2017, IKEA menciptakan aplikasi berbasis AR (Augmented Reality) yang diberi nama IKEA Place dimana konsumen dapat melihat produk-produk dari IKEA secara virtual yang dapat menjadi pertimbangan sebelum membeli. IKEA Place sukses menduduki peringkat kedua pada Apple Store, mendapat ulasan 4,75/5.0 dan menjadi satu-satunya aplikasi berbasis AR yang bukan dari kategori permainan saat itu. Ini merupakan hal yang baru bagi masyarakat dan banyak yang mau mencoba aplikasi tersebut dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan oleh IKEA.
Selain itu, IKEA juga aktif di media sosial seperti Instagram. Di Instagram maupun website resmi, mereka sering memberikan inspirasi-inspirasi dalam mendekorasi ruangan dengan tujuan untuk membantu konsumen. Dekorasi-dekorasi itu dipenuhi dengan produk mereka. Konsumen akan melihat dan tertarik untuk membeli produk di IKEA karena produk yang dijual pun bermacam-macam sehingga konsumen hanya perlu ke satu tempat saja yaitu IKEA tanpa harus repot berpindah-pindah tempat untuk membeli perabotan.
Menurut saya, IKEA sudah efektif dalam membangun omnichannel environment karena ditandai dengan kepraktisan dalam membeli produk yang dapat dipesan melalui website atau bisa langsung berkunjung ke IKEA namun nantinya produk akan dikirim ke tempat tujuan oleh pihak IKEA serta katalog yang dapat diakses melalui media sosial atau website dan menggunakan aplikasi IKEA Place untuk bahan pertimbangan dalam membeli. Semua usaha-usaha dan segala kepraktisan akses dimana saja menandakan bahwa IKEA adalah salah satu ritel yang menggunakan omnichannel. Terlebih lagi, dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini yang tidak memungkinkan kita untuk keluar dari rumah, sehingga orang-orang dapat memilih IKEA untuk membeli perabotan karena dapat dibeli secara online.
Daftar Referensi
Barry R Berman, Joel R. Evans ;Retail Management: A Strategic Approach: International Edition, Pearson
Ikea.co.id
https://id.wikipedia.org/wiki/IKEA