Perusahaan consulting, tapi WFH?

Oleh: Camilla Lilu Mayzura (Student of Global Business Marketing Program)

Selama setahun terakhir, atau lebih tepatnya sejak Maret 2020, kantor EY Indonesia menutup kantornya sehingga semua employee dianjurkan untuk melakukan work from home secara total.

Jujur saya aku takjub melihat cara kerja EY dalam hal ini, dimana EY dapat terus menjalankan proses consulting tanpa masalah selama pandemic ini Seperti cara absen, cepat tanggap team IT yang proses konsultasi dilakukan online, kemudian semua proses consulting dengan client dari proses nego hingga diskusi dan interview semua dilakukan online melalui voice atau video call dengan aplikasi Microsoft Teams, begitupula dengan proses komunikasi antara satu team dengan yang lain yang semua proses dilakukan melalui Teams. Belum lagi, training yang dilakukan hampir setiap minggu, diadakan oleh user atau training online yang diadakan EY secara general. Bahkan keluargaku sendiri merasa takjub melihat cepatnya company ini dapat beradaptasi dengan proses daring dengan begitu cepat dan tanpa masalah apapun.

Ya walaupun begitu, namanya juga WFH dan EY merupakan perusahaan consulting. Divisi lain seperti divisi audit mungkin masih memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan client, namun divisi aku, yaitu di Strategy and Transactions, subdivisi EY-Parthenon, kami mau gam au harus melakukan semua proses secara daring. Sehingga ada beberapa hal yang bisa dibilang menghambat proses pekerjaan, seperti fasilitas aplikasi yang seharusnya dapat ditemukan di PC kantor, tidak dapat kami pakai di laptop yang didistrisbusikan satu per satu ke semua employee. Atau kurangnya fasilitas seperti fasilitas mesin fax atau printer jika dibutuhkan employee, dan juga terhambatnya proses data collection karena tidak dapat melakukan interview secara langsung dengan client.