Millennial and Travelling

Oleh: Felicia, SE (Alumni of International Marketing)

Pariwisata merupakan sebuah gejala yang dapat memberikan manfaat dengan pengelolaan yang baik dan terencana. Banyak orang yang mencari hiburan atau rekreasi untuk sekedar menghilangkan rasa stres akibat kegiatan yang sangat padat. Oleh karena itu, banyak orang yang ingin menikmati suasana yang baru bersama keluarga atau teman dekatnya dengan berkunjung ke daerah wisata (Rahmawati, 2014). Pariwisata sendiri sekarang memiliki posisi strategis dalam pertumbuhan ekonomi di dunia. Industri pariwisata menduduki urutan ke-2 dalam peningkatan industri GDP dunia (Travel  dan tourism Global Economic Impact and Issues, 2017). Dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan industri pariwisata, ini menandakan bahwa minat wisatawan untuk melakukan kegiatan pariwisata cukup tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan ke depannya.

McKinsey sendiri pada tahun 2016 menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi masyarakat menengah yang memiliki rata-rata penghasilan siap dibelanjakan (disposable income) yang per tahunnya semakin tinggi. Penghasilan yang meningkat mendorong orang untuk bepergian atau melakukan perjalanan (Tribun new.com, 2017). Pernyataan ini sebanding dengan tabel di atas yang berisi tentang pertumbuhan wisatawan nusantara atau wisatawan yang berasal dari negera sendiri yang melakukan perjalanan dari tahun ke tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun yang mengartikan bahwa minat masyarakat Indonesia untuk berwisata dari tahun ke tahun selalu meningkat.

Kementerian pariwisata juga melihat peluang ini, dan mereka memperkirakan bahwa pada tahun 2020 sektor pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia mengalahkan industri batu bara dan migas yang di tunjukan pada gambar di bawah ini. Berdasarkan data-data tersebut dapat diketahui bahwa industri pariwisata dan minat wisatawan nusantara Indonesia sendiri untuk berwisata semakin meningkat sehingga industri pariwisata di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk di tingkatkan.

Selama 2 dekade terakhir, Generasi Y atau yang sering disebut dengan milenials, telah menjadi segmen pasar yang penting (Noble et.al, 2009). Saat ini, milenials memiliki 21% pembelian diskresioner konsumen yang diperkirakan lebih dari 1 triliun dolar dalam daya beli langsung dan berpengaruh besar terhadap generasi yang lebih tua (Butler, 2014). Hal ini juga berlaku pada industri pariwisata sendiri yang saat ini mulai dikuasai oleh generasi milenial. Meskipun generasi milenial saat ini belum menjadi konsumen utama dari pihak penerbangan, hotel dan perusahaan travel, tetapi mereka akan menjadi konsumen utama dalam 5 hingga 10 tahun kedepan. Faktanya pengeluaran mereka di industri penerbangan diprediksi akan meningkat tajam di beberapa tahun kedepan dan akan mencapai sekitar 50% dari total keseluruhan di tahun 2020 kedepan dan akan terus berlangsung seperti itu hingga 15 tahun kedepan. Dibandingkan dengan generasi baby bloomer, pengeluaran mereka akan menurun hingga 16% dari total pengeluaran di industri penerbangan dan akan terus menurun hingga 11% ditahun 2025. (Boston Consulting Group, 2013)

 Airbnb sendiri memperkirakan pada tahun 2025 sebanyak 75% dari wisatawan adalah generasi milenial dan generasi dibawahnya (Airbnb, 2016). Wisatawan generasi milenial sendiri dikenal sebagai generasi menyukai dan rutin mengadakan perjalanan pariwisata minimal 1 tahun sekali. Survei yang di adakan oleh Topdeck Travel menyatakan bahwa dari 88% Responden yang berpergian keluar negeri hingga 3 kali dalam setahun 94%nya merupakan mereka yang berusia 18-30 tahun atau generasi milenial (phinemo.com, 2016).

 

(Bersambung ke: Millennial and Travelling (Part 2))