Peran Pemimpin Membangun Tim yang Efektif melalui “Five Stages of Team Development”.
By Rum Martani
BINUS Business School Executive Education Senior Facilitator
Seorang pemimpin di perusahaan bertanggung jawab untuk membangun kolaborasi di dalam tim sehingga memberikan pencapaian kinerja yang optimal. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam membangun kolaborasi adalah memahami dinamika tim yang ada. Setiap anggota tim adalah individu yang unik, berbeda budaya, latar belakang, pendidikan, generasi, sehingga memadukan mereka menjadi tim yang solid adalah sebuah tantangan sekaligus perjalanan yang mengasikkan.
Salah satu model yang dapat dipakai seorang pemimpin untuk memahami dinamika tim adalah “Stages of Team Development” dari Bruce Tuckman yang dikembangkan di tahun 1965, dan disempurnakan di tahun 1977 dengan menambahkan satu tahapan lagi, sehingga menjadi lima tahapan dari sebelumya yang hanya empat. Siapakah Bruce Tuckman? Bruce Tuckman adalah seorang psikolog dan peneliti dari Amerika yang memiliki spesialisasi di bidang dinamika grup dan perilaku organisasi. Tahapan perkembangan tim yang diciptakannya adalah “Forming-Norming-Storming-Performing-Adjourning.” Sebagai pemimpin, memahami setiap tahapan dan dinamika interaksi anggota di setiap tahapan akan membantu untuk mengambil langkah yang tepat dalam mengatasi tantangan yang muncul.
Lima tahapan perkembangan tim dari Bruce Tuckman paling selaras untuk melihat perjalanan sebuah tim yang dibentuk di sebuah proyek tertentu, tetapi juga dapat diterapkan di setiap tim baik dalam bisnis, pendidikan, olahraga, maupun komunitas. Lalu bagaimana dinamika yang terjadi di setiap tahapan “Five Stages of Team Development” menurut Bruce Tuckman?
- Forming
Apa yang terjadi di tahapan ini? Karakteristik dari tahapan Forming adalah memiliki energi dan antusiasme yang tinggi, ketidakjelasan peran dan tujuan yang akan dicapai, interaksi antar anggota yang bersifat permukaan, dan tergantung pada pemimpin untuk arahan
Sebagai pemimpin, yang perlu dilakukan di tahapan ini adalah memberikan arahan dan tujuan yang jelas, termasuk peran dan tugas dari setiap anggota, dan membangun interaksi untuk memunculkan rasa saling percaya di dalam tim. Fase Forming ibarat orang baru mulai disatukan, sehingga komunikasi terbuka untuk mengenal satu sama lain menjadi penting. Ciptakan “keamanan psikologis” sehingga setiap anggota merasa dihargai.
- Storming
Seperti namanya, “storming”, fase ini adalah fase saat interaksi antar anggota mulai menimbulkan gesekan. Perbedaan cara kerja, budaya, pemahaman terhadap tugas dan tujuan, dapat menimbulkan konflik. Karakteristik di tahapan Storming adalah adanya konflik yang dapat memanas, ketidaksetujuan tentang peran, proses, dan tujuan, munculnya rasa frutrasi dan stres di dalam tim.
Di fase ini, pemimpin perlu untuk memahami dan melakukan teknik resolusi konflik yang sehat, memediasi konflik yang ada, mengelola saling ketidakpahaman, dan menyampaikan ulang tujuan tim untuk mengembalikan fokus dari anggota.
- Norming
Fase “norming” adalah saat anggota tim mulai lebih memahami satu sama lain, sehingga ikatan mennjadi lebih dekat dan meningkatkan kerjasama satu dengan yang lain. Peran dan tanggung jawab lebih jelas dan dimengerti, saling menghargai satu sama lain, meningkatnya rasa saling percaya dan kohesi di dalam tim. Ditandai dengan rasa memiliki yang meningkat, tidak lagi “I”, melainkan “We.”
Walaupun sudah semakin baik, pemimpin tetap perlu untuk selalu mengingatkan perilaku positif bagi keberhasilan tim, memonitor kinerja dan tantangan dengan proaktif, merawat motivasi tim dengan merayakan pencapaian yang ada walaupun kecil. Terus menjaga “keamanan psikologis” sehingga setiap anggota tidak takut menyampaikan pendapat maupun saling memberi masukan.
- Performing
Tahapan performing ditandai dengan produktivitas yang tinggi, moral tim meningkat, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif, dan supervisi minimal dari pemimpin karena tim sudah berjalan bahkan tanpa pendampingan ketat.
Sebagai pemimpin, selalu berikan masukan dan dorongan agar tim tetap menjaga motivasi meraih kinerja terbaik, memberikan tantangan baru sebagai kesempatan bertumbuh, memberikan apresiasi atas kerja individu maupun tim. Yang perlu diperhatikan, pemimpin memberikan masukan yang konstruktif, dan memberikan otonomi lebih besar kepada anggotanya, misalnya melalui proses delegasi.
- Adjourning
Ini adalah tahapan terakhir dari “Five Stages of Team Development”. Di tahapan ini ditandai dengan tugas yang sudah selesai, dan perlu dilakukan evaluasi, refleksi, dan mengelola respons emosi karena berakhirnya waktu bersama-sama sebagai sebuah tim. Pemimpin perlu mengelola kembali tim dengan melihat peluang di masa depan, dan pertumbuhan karir dari masing-masing anggota.
Sebagai pemimpin, mengenal dan memainkan peran di setiap tahapan dengan tepat akan berdampak kepada efektifitas tim dan pencapaian kinerja. Darimana kita tahu tim kita ada di tahapan dari “Five Stages”? Dengan melakukan “self-assessment” dan “member assessment” dari kuesioner Five Stages of Team Development kita mendapatkan gambaran tentang posisi tim kita ada dimana. Yang perlu disadari, sebuah tim bergerak tidak selalu linier. Kadang ada kemunduran, bahkan stagnan, sehingga seorang pemimpin perlu adaptif dan memiliki resiliensi menjalani prosesnya.
Membangun tim yang efektif bukanlah terjadi secara instan. Menikmati setiap perjalanan, memiliki kesadaran diri dan terus belajar menjadi salah satu kunci. Melengkapi diri dengan pengetahuan yang lain seperti “Five Dysfunction of a Team” dari Patrick Lencioni atau Belbin’s Team role akan sangat membantu (kita bisa bahas di artikel berikutnya). Yang tidak kalah penting, kembali mendarat dengan merujuk kepada kebijaksanaan salah seorang tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara, yang sangat terkenal, bahwa seorang pemimpin perlu “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.” Di depan memberi contoh, di tengah membangun kehendak dan motivasi, di belakang memberi dorongan.
Selamat menjadi pemimpin yang terus mau belajar dan beradaptasi untuk menuju tim yang efektif, karena kepemimpinan adalah proses yang berkelanjutan.
Comments :