Seluruh dunia mengenal Warren Buffett. Dia seorang investor yang sangat piawai dan telah berkiprah lebih 50 tahun di pasar saham. Memulai beinvetasi saham tahun 1960an. Sampai sekarang kekayaan bersihnya sudah mencapai Rp 1000T. Saham-saham yang dipilih adalah perusahaan-perusahaan besar, bagus yang bisnisnya mudah untuk dipahami. Pernah membeli saham Coca Cola hingga mendapat keuntungan lebih dari 100%, begitu juga pada saham Washington Post dan Wells Fargo. Saham-saham tersebut dipegang dalam jangka waktu yang panjang ada yang  lima tahun, sepuluh tahun bahkan lebih lama lagi. Biasanya saham-saham yang dibeli pada kondisi harga sedang berada jauh di bawah harga maksimum dengan harapan suatu saat akan kembali mencapai harga tertinggi lagi. Pada saat itulah, Buffet melepas sahamnya dengan mendapatkan profit yang sangat signifikan. Metode pemilihan saham ala Buffett kecenderungannya pada analisis fundamental.

Di bawah ini beberapa pengalaman Buffett yang mungkin memberikan inspirasi kepada kita semua, antara lain sebagai berikut :

  1. Memilih saham yang digandrungi banyak orang, dengan ciri-ciri seperti : dikonsumsi setiap hari, selalu dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat, bisa juga sebagai life style yang sedang trend. Saham-saham ini menjadi pilihan karena industri, bisnis mereka relative mudah untuk dianalisis. Dimana perusahaan-perusahaan terkait memang sudah dikenal oleh masyarakat secara umum.
  2. Buffett mendeteksi manajemen dari perusahaan-perusahaan di atas. Mulai dari susunan direksi, struktur organisasi, menjunjung tinggi azas etika sampai memperhatikan konsep keberlanjutan (sustainability) yaitu : ekonomi, sosial masyarakat dan lingkungan. Sehingga dapat diketahui apakah perusahaan berada dalam kaidah-kaidah manajemen yang baik atau tidak. Bila ada yang meyimpang dari kepatutan maka saham terkait tidak akan dipilih, tetapi bila sudah memenuhi semua maka saham tersebut layak dikumpulkan.
  3. Memilih perusahaan yang profitnya besar. Dalam laporan keuangan terdapat indicator-indikator apakah suatu perusahaan berkategori baik atau tidak, antara lain : Jumlah saham yang beredar, margin keuntungan, penjualan, keuntungan dan lain sebagainya. Dari sekian indikator yang paling menjadi perhatian adalah faktor keuntungan . Semakin besar keuntungan maka saham tersebutlah yang diambil, tetapi semakin kecil keuntungan maka saham tidak terpilih.
  4. Perusahaan yang hutang nya masih relatif kecil. Hutang perusahaan memang dibutuhkan untuk mendapatkan dana pengembangan bisnis. Tetapi bila rasio antara hutang dan modal sendiri melewati batas kewajaran maka akan berdampak negatif terhadap posisi keuangan perusahaan. Dengan demikian, Buffett tidak akan memilih saham yang hutangnya melebihi modal sendiri.

Dari ke empat analisis di atas, Buffett secara disiplin mendeteksi setiap akan memilih saham. Dia selalu melihat saham-saham yang digandrungi, manajemen perusahaan yang sehat, profit yang besar dan hutang yang rendah. Jadi keempatnya harus saling mendukung, bila satu saja tidak terpenuhi maka saham terkait tidak akan dibeli. Cara-cara inilah yang telah lama ditempuh oleh Warren Buffett sampai menjadi investor yang sukses dengan memiliki asset luar biasa mencapai sekitar milyaran dollar AS.

Semoga keempat cara ini dapat memberikan inspirasi kepada kita semua untuk berinvestasi , saham. Saya rasa cara ini sangat cocok bagi para investor yang beraliran fundamental, yaitu berpatokan pada laporan keuangan yang berisikan informasi mulai dari keadaan perusahaan masa lampau dan prediksi waktu ke depan.  Untuk meraih kepiawaian seperti Buffett, tidak ada lagi yang mungkin selain kita selalu belajar, diskusi, riset dan menggali semua pengetahuan tentang investasi saham.  Tidak ada kata telat untuk investasi saham.