Pola AISAS pada Cafe-Resto di Jakarta
Oleh: Elizabeth Meilyana, SE (Alumni of International Marketing)
Pesatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman di Jakarta ditandai dengan munculnya jajaran rumah makan atau resto, cafe dan lain sebagainya yang semakin menjamur. Maraknya usaha kuliner ini dapat ditemukan di berbagai tempat mulai dari pinggir jalan hingga berbagai mal. Banyaknya gerai makanan dan minuman yang beragam mendorong masyarakat untuk melakukan wisata kuliner mulai dari cafe ke cafe hingga meramaikan berbagai acara seperti festival kuliner tradisional maupun pameran atau bazaar makanan dan minuman. Hal ini membuat para pelaku bisnis dalam bidang ini berlomba-lomba menjual makanan dan minuman yang unik dan inovatif untuk menarik minat masyarakat untuk mencicipi produk yang mereka hasilkan karena ketatnya persaingan. Meski banyak usaha baru bermunculan, tidak sedikit usaha yang tumbang. Namun sudah banyak juga pelaku bisnis yang sukses menjadikan produk mereka sebagai suatu tren yang mengundang banyak orang untuk ikut antusias mencicipi produk mereka, contohnya tren food truck yang mulai mewabah dalam setahun terakhir sebagai bentuk kreativitas pelaku usaha kuliner menyiasati tarif sewa lahan untuk berjualan yang mahal dan mulai di susul dengan berbagai tren lainnya seperti thai tea, traditional street food, dan masih banyak lagi
Munculnya berbagai inovasi makanan dan minuman yang ditawarkan oleh berbagai cafe dan restaurant membuat konsumen tidak hanya sekedar ingin mengkonsumsi makanan dan minuman di cafe atau restaurant tersebut, namun juga melihat faktor lain yang dapat menarik minat mereka. Hal ini didukung dengan preliminary test yang dilakukan oleh peneliti terhadap 50 responden di Jakarta mengenai minat atau ketertarikan mereka dalam mengunjungi suatu cafe dan restaurant.
Merek, promosi, dan review merupakan faktor-faktor yang dapat menarik pehatian responedn terhadap cafe dan resto adalah 26 responden tertarik karena merek dari cafe dan resto dengan persentase sebesar 42%. Kotler (2016) juga mengemukakan, “Konsumen mempelajari merek-merek yang tersedia dan ciri-cirinya. Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi semua alternatif yang ada dalam menentukan keputusan pembeliannya” Kemudian 22 responden dengan persentase sebesar 44% juga beranggapan bahwa iklan dan promosi dapat menarik minat mereka, serta 26 responden dengan persentase sebesar 52% tertarik karena review. Penelitian dari Invesp juga menyatakan bahwa, 90% konsumen membaca review secara online dan 88% dari mereka mempercayai review online sebagai rekomendasi pribadi. Dengan kata lain, lebih banyak orang membaca review sebagai bagian dari penelitian sebelum membeli produk atau jasa. (http://www.ideaimaji.com, 2017). Melihat hasil pre-eliminary test ini, dapat dikatakan bahwa responden tidak hanya berminat mengunjungi cafe dan restountuk sekedar mengkonsumsi makanan atau minuman sebagai penghilang rasa lapar atau dahaga, namun ketiga faktor tersebut yang menimbulkan rasa ketertarikan konsumen.
Setelah di olah lebih lanjut, peneliti juga mendapatkan data mengenai beberapa faktor yang menimbulkan keinginan responden setelah melihat merek, promosi dan review dari cafe dan resto seperti yang terpapar pada grafik berikut:
Melihat data di atas, faktor yang paling mempengaruhi dalam menimbulkan keinginan responden untuk mengunjungi cafe dan resto adalah variasi menu tersebut dengan jumlah 36 atau 72%. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi adalah harga dan juga tempat. Penelitian dari Irasmi (2012) dengan judul “Perilaku Mahasiswa Dalam Memilih Makanan Dan Minuman di Makassar Town Square”. Penelitian ini menunjukan bahwa perilaku konsumen terpusat pada individu untuk mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia berupa waktu, uang dan usaha untuk membeli barang barang yang berhubungan dengan konsumsi. Mahasiswa akan merasa bahwa status sosialnya meningkat ketika mengkonsumsi jenis makanan dan minuman yang disajikan pada tempat tempat tertentu.
(Bersambung ke: Pola AISAS pada Cafe-Resto di Jakarta (Part 2))