SEGMEN WISATAWAN DALAM TOURISM MARKETING (FAKTOR BEHAVIORAL – PART 1)

Oleh: Felicia, SE (Alumni of International Marketing)

(Bersambung dari: Segmen Wisatawan dalam Tourism Marketing (Faktor Demografi))

Travel Expense

Menurut Oxford online, Travel Expense adalah biaya yang dikeluarkan atau dibutuhkan untuk sesuatu. Dalam konteks wisata, Travel Expense adalah biaya yang dikeluarkan sesorang untuk mendapatkan value ataupun benefit dalam perjalanan wisata. Pelaku industri pariwisata melakukan berbagai pertimbangan dalam memberikan harga ke target wisatawan yang potensial. Dalam memutuskan untuk menggunakan produk, konsumen akan bersedia untuk memberikan sesuatu untuk menikmati kepuasan dalam benefit yang diberikan oleh produk tersebut. Sebagian besar konsumen mencari value tersebut ketika membeli produk dan nilai yang diberikan berdasarkan kualitas dan harga (Cooper, Fletcher, Fyall, Gillbert dan Wanhil, 2006).

Industri juga menawarkan sesuatu lebih dari produk fisik ataupun jasa, konsumen yang memutuskan seperti apa experience yang ingin dirasakan, destinasi mana yang ingin didatangi, hotel mana yang ingin di tinggal, dan lain-lain. Maka benefit yang konsumen dapatkan dari memiliki ataupun menggunakan produk tersebut membutuhkan sebuah biaya (Kotler, Bowen, Makens, 2014). Sehingga faktor Travel Expense dapat digunakan sebagai faktor wisata (Correla, Silva dan Moco, 2008).

Booking in Advance

Menurut Oxford online, Booking adalah suatu tindakan untuk memesan akomodasi, tiket, dan semacamnya terlebih dahulu. Online Booking membuat Booking hotel meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (Economic times, 2017). Hal ini diakibatkan oleh wisatawan yang ingin Booking hotel sebelum hari H. Sehingga faktor Booking in advance dapat digunakan sebagai faktor wisata (Correla, Silva dan Moco, 2008).

Period to Travel

Menurut Oxford online, Period adalah merupakan suata panjang atau sebagian waktu. Dalam konteks wisata, Period to Travel merupakan suatu penyebab seseorang melakukan perjalanan wisata seperti karna libur, musim dan hal lainnya. Menurut CNN Travel (2017), Industri pariwisata mempunyai caranya sendiri tentang bagaimana dan kapan berwisata, seperti berwisata ketika off-peak seasons berarti biaya yang dikeluarkan lebih murah dan hal lainnya. Hal ini berarti industri wisata menyiapkan berbagai paket untuk membuat konsumennya merasakan experience   yang berbeda sesuai dengan motivasi atau keinginan konsumen itu sendiri. Sehingga faktor Period to Travel dapat digunakan sebagai faktor wisata (Correla, Silva dan Moco, 2008).

Average Stay (days)

Menurut Oxford online, Average adalah jumlah, standar, tingkat, atau tingkat yang dianggap biasa atau biasa. Dalam konteks wisata sendiri, Average stay merupakan standar atau tingkat seseorang melakukan wisata. Dapat disimpulkan dari Inquirer.net (2015) bahwa Average stay (days) wisatawan akan makin panjang jika wisatawan nyaman dengan destinasi wisata tersebut. Sehingga faktor Average stay  (days) dapat digunakan sebagai faktor wisata (Correla, Silva dan Moco, 2008).

Accommodation

Menurut Oxford online, Accommodation adalah kamar, kelompok kamar, atau gedung tempat seseorang tinggal atau menginap. Dalam konteks wisata, akomodasi adalah tempat tinggal seseorang yang melakukan perjalanan wisata. Untuk menuju industri pariwisata yang sukses, akomodasi harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup untuk menyesuaikan permintaan dari wisatawan yang datang ke destinasi wisata tersebut (Goeldner dan Ritchie, 2012). Dalam pengembangannya, konsumen juga mencari akomodasi yang murah, maka dari itu industri pariwisata harus memastikan secara jelas perbedaan pasar antara apa yang mereka tawarkan dan biayanya (Cooper, Fletcher, Fyall, Gillbert dan Wanhil, 2006). Sehingga faktor Accommodation dapat digunakan sebagai faktor wisata (Correla, Silva dan Moco, 2008).

 

Bersambung ke: (SEGMEN WISATAWAN DALAM TOURISM MARKETING (FAKTOR BEHAVIORAL – PART 2))