Prospek Bisnis Tersembunyi Produk Kelapa: VCO & Coconut Sugar

Sumber: Unsplash

Kelapa adalah tanaman yang paling sering dikenali dan dijumpai di masyarakat Indonesia. Penyebaran tanaman kelapa hampir di seluruh wilayah nusantara. Penduduk Indonesia tidak akan pernah mampu untuk hidup tanpa adanya kelapa. Tahukah teman-teman bahwa Indonesia adalah produsen kelapa terbesar di dunia?

Sayangnya, dengan keunggulan volume produksi kelapa ini, banyak yang tidak menyadari bahwa Indonesia memiliki kekuatan bisnis dari kelapa ini. Apalagi, banyak juga yang tidak mengetahui bahwa pohon kelapa dapat diolah semua bagiannya.

Sebetulnya terdapat beberapa produk kelapa yang memiliki prospek tinggi dalam bisnis. Namun, kita akan membahas hanya produk olahan kelapa yang sangat potensial untuk digarap oleh industri kecil, yang tidak membutuhkan mesin dan teknologi tinggi dan volume besar tapi diapresiasi tinggi sekali oleh pasar ekspor. Produk tersebut adalah Virgin Coconut Oil (VCO) dan Coconut Sugar.

Prospek Virgin Coconut Oil

Produk kopra atau minyak kelapa merupakan produk kelapa yang patut dioptimalkan lebih lagi potensinya. Salah satu produk minyak kelapa yang bernilai tinggi di pasar adalah VCO yang beberapa tahun belakangan ini permintaan pasarnya meningkat pesat. VCO bukanlah produk komoditas seperti minyak kelapa konvensional karena dijual dengan harga premium yang jauh lebih tinggi, meskipun tetap mengikuti perkembangan harga minyak kelapa konvensional. Di berbagai supermarket negara-negara Amerika Serikat dan Eropa, VCO dipasarkan dengan tag “cold-pressed” dan termasuk produk premium yang populer. Bandingkan dengan situasi di Indonesia, bahwa VCO masih tidak diapresiasi tinggi oleh pasar.

VCO sendiri memiliki citra kuat di pasar global khususnya Amerika Serikat dan Eropa, sebagai minyak yang sehat. Hal ini dikarenakan kandungan lauric acid nya yang tinggi (sekitar 50%) dan tidak ada trans-fatty acid. Ditambah, kandungan PFA nya (polyunsaturated fatty acid) lebih rendah daripada minyak nabati lainnya. Sehingga, VCO terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol dan obesitas. Khasiat VCO diuji juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan menanggulangi penyakit virus seperti HIV. Inilah yang menyebabkan permintaan besar dan meningkat di pasar global. Meskipun pasar ini spesifik untuk orang-orang yang sadar akan kesehatan, ini memiliki prospek bagus di masa mendatang terutama di negara-negara maju. VCO dapat dikonsumsi secara langsung atau sebagai minyak goreng dan bahan makanan. Selain itu, VCO juga dapat dijadikan bahan kosmetik.

Namun, tidak sembarang produk VCO dapat berpotensi masuk pasar global terlebih pada negara-negara maju. Terdapat standar kualitas yang harus dipenuhi. Minyak VCO harus didapatkan secara murni dari kelapa segar. Prosesnya bisa saja mekanis, tapi tanpa ada perubahan kimia. VCO kualitas tinggi haruslah beraroma dan berbau seperti kelapa, tidak tengik, dan mudah cair. Lalu, secara visual harus jernih, bening, dan tanpa warna. Terdapat dua standar kandungan penting yang akan diperiksa oleh calon pembeli/importir: 1) Kandungan moisture tidak melebihi 0.5%; 2) Kandungan lauric acid sekitar antara 40-50%.

Berdasarkan data ITC, pasar yang paling potensial saat ini untuk mengekspor produk VCO Indonesia adalah Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat merupakan importir terbesar pada 2018 yang mencapai 487 juta USD. Bahkan, Amerika Serikat memiliki potensi pasar yang begitu besar terhadap permintaan VCO Indonesia yang diestimasikan sebesar 218 juta USD. Juga masih terdapat 58% potensi pasar tersebut yang belum terealisasikan senilai 127 juta USD (setara 1.8 triliun Rupiah). Sayangnya, saat ini produk VCO Indonesia belum siap (dari segi standar dan sertifikasi) untuk diekspor ke pasar Eropa yang sebetulnya juga memiliki potensi besar bagi produk VCO.

Prospek Coconut Sugar

Selain VCO, produk kelapa lainnya yang memiliki apresiasi sangat tinggi di pasar ekspor adalah coconut sugar (gula kelapa). Permintaan gula kelapa meningkat pesat di negara-negara maju sebagai alternatif pemanis yang baik bagi penderita diabetes. Hampir semua orang di dunia ini percaya bahwa rendahnya kandungan Indeks Glycemic di gula kelapa (35) dapat memperlambat peningkatan tingkat gula, yang akan menurunkan diabetes. Apalagi, gula kelapa dapat dikonsumsi secara global seperti pada pembuatan kue dan sebagai pemanis untuk kopi dan teh. Gula kelapa juga memiliki citra kuat sebagai gula yang lebih alami prosesnya daripada gula konvensional.

Banyak yang rancu antara gula kelapa dan gula aren. Meskipun warnanya sama-sama merah, tapi mereka berdua diproduksi dari tanaman yang berbeda. Gula yang diproduksi dari pohon aren tidak memiliki potensi kuat untuk diekspor karena memiliki bau dan aroma yang kuat. Sehingga gula aren tinggi sekali tingkat konsumsinya dalam negeri karena sering dipakai untuk memasak dan membuat kue tradisional. Gula kelapa ini berpotensi untuk diekspor karena aroma dan baunya lebih fleksibel untuk dikonsumsi di dunia, dan konsumsi dalam negeri tidak setinggi gula aren. Untuk bentuknya, gula kelapa kristal lebih banyak permintaan ekspornya dikarenakan lebih mudah mengkonsumsinya seperti gula konvensional.

Lagi-lagi, produk gula kelapa untuk dapat berpotensi masuk pasar ekspor harus memenuhi berbagai standar kualitas. Aspek terpenting dari kualitas gula kelapa adalah menjaga infeksi dan ragi seminimal mungkin. Lalu, biasanya kandungan sebagian besar dari moisture dan sucrose tapi perlu minimal kandungannya bagi invert sugar, protein, gums, dan mineral. Lalu, warna juga harus seimbang: tidak boleh terlalu terang atau terlalu gelap. Konsistensi tekstur juga penting, karena seharusnya tidak terlalu keras tapi agak remuk. Sertifikasi sistem manajemen juga diperlukan untuk dapat diterima di pasar internasional mengingat gula kelapa adalah produk olahan bukan komoditas mentah.

Apa saja negara yang potensial untuk mengekspor gula kelapa Indonesia? Jerman dan Amerika Serikat, merupakan dua negara importir terbesar untuk produk gula kelapa dengan nilai impor pada 2018 masing-masing adalah 129 juta USD dan 128 juta USD. Lalu, sebenarnya terdapat ruang potensi ekspor besar yang belum terealisasi di negara Amerika Serikat (79 juta USD) dan Jerman (27 juta USD), dan negara-negara Eropa barat lainnya. Sayangnya, saat ini produk gula kelapa Indonesia masih sedikit kapasitas produksinya dan belum banyak yang mampu memenuhi standarnya. Sehingga, saat ini kapasitas dan standar produk hanya mampu berpotensi diekspor pada negara-negara tetangga ASEAN, yang ujung-ujungnya mereka juga akan mengekspor ulang ke negara-negara maju. Sedih kan.

Fokus pada Pemenuhan Standar Organik

Sebelumnya, kita melihat bahwa sebenarnya potensi produk VCO dan coconut sugar tidak optimal dikarenakan kurangnya pemenuhan standar. Apakah sebenarnya standar yang paling penting untuk dipenuhi tersebut? Selain karena kurang terpenuhinya standar kualitas dan sistem manajemen, standar organik sangat diperlukan oleh pembeli/importir negara-negara maju.

Alasannya adalah kelapa merupakan tanaman yang penanamannya sudah secara alami. Sehingga banyak konsumen, yang sebagian besar sadar akan kesehatan, mengharapkan standar organik pada produk yang diolah dari kelapa. Produk-produk kelapa dianggap premium karena bersifat organik. Sayangnya, proses pengolahan di Indonesia belum memenuhi standar organik. Ini banyak yang membuat pebisnis produk VCO dan gula kelapa terhambat untuk dapat mengekspor ke calon pembeli/importir di negara-negara maju.

Seperti yang kita tahu, bahwa tren organik berkembang pesat di pasar dunia terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan Eropa Barat. Produk tidak dapat dilabeli “organik” jika minimal 95% bahan baku belum memenuhi standar organik, seperti tidak menggunakan pestisida kimia, pupuk buatan, dan GMO dalam proses produksi dari awal sampai akhir. Meskipun saat ini SNI mengeluarkan sertifikasi organik, sayangnya ini belum diakui secara internasional, sehingga pebisnis produk organik harus memproses sertifikasi organik melalui badan-badan sertifikasi yang diakui.

Terlebih lagi, produk biasanya akan memiliki keunggulan produk yang lebih tinggi jika memiliki standar Fairtrade. Kesejahteraan petani benar-benar diperhatikan oleh konsumen gula kelapa. Selain dengan sertifikasi, komunikasi standar Fairtrade bisa dengan “story” mengenai pemberdayaan petani dan dokumentasi harga yang transparan.

Potensi kuat bisnis produk kelapa harus diimbangi dengan pemenuhan standar kualitas dan sustainability. Ini yang menjadi tantangan sulit dalam optimalisasi potensi ini. Perlu untuk kita bersama-sama membantu petani kelapa dalam edukasi standar dan akses modal sehingga mampu memproduksi produk olahan kelapa yang bernilai tinggi di pasar global.

Referensi:

Kementerian Perdagangan RI (2017): Warta Ekspor Optimalisasi Bahan Baku Kelapa.

Kementerian Perdagangan RI (2017): Warta Ekspor Peluang Ekspor Gula Semut.

CBI: Exporting Palm Sugar

CBI: Exporting Virgin Coconut Oil

Banu Rinaldi