Intisari Jurnal Kazmi (2008)

Okumus & Roper (1998)  menyatakan bahwa walaupun sangat penting strategi eksekusi proses, banyak penelitian yang ada membahas strategi formulasi dibandingkan dengan stategi implementasi.  Barlett & Ghoshal (1987) menyatakan bahwa banyak perusahaan gagal menjalankan 70% dari strategi2 baru mereka. Mankins & Steele (2005) juga berpendapat bahwa berbagai bukti menunjukkan banyaknya hambatan guna menerapkan strategi implementasi di organisasi untuk mencapai sukses. Menjembatani strategi formulasi dan implementasi sangat menantang dan diperlukan pengalaman. Kebutuhan adanya framework atau model sangat dibutuhkan dalam strategi implementasi. Alasannya karena hal itu merupakan tugas yang sangat kompleks yang membuat manager harus tahu tahapan apa yang harus dilalui, apa dampak atas tahapan tersebut, mengapa tahapan itu penting dan apa titik krusial dalam tahapan tersebut.

Terdapat banyak framework implementasi yang tersedia dalam literature strategi (Okumus 2003). Pada awalnya muncul framework McKinsey’s 7-S yang dibuat oleh Peter (1980) yang berisi 7 faktor implementasi yang terdiri atas strategi, struktur, system, gaya, staff, keahlian dan tujuan bawahan.  Selanjutnya muncul beberapa pendekatan framework dari beberapa ahli yang memiliki kemiripan dalam hal framework implementasi. Sebagai gambaran bahwa framework implementasi strategi diajukan, terdapat dua kontribusi dari para ahli yang banyak ditelaah, yaitu di era 1990-an dan yang terbaru pada 2003. Penelitian dari Skivington & Daft (1991) menemukan bahwa beberapa faktor seperti strategi yang diinginkan, struktur, sistem, interaksi dan sanksi merupakan hal penting dalam implementasi. Selanjutnya Okumus (2003) membuat framework tertentu yaitu strategi konten (berisi mengapa dan bagaimana strategi dibuat), ekternal konteks (berisi tingkat ketidakpastian dan perubahan dalam tugas dan lingkungan umum dalam organisasi), internal konteks (berisi pembentukan struktur organisasi, budaya dan kepemimpinan, dan proses organisasi (berisi pembentukan rencana operasional, alokasi sumberdaya, manusia, komunikasi, kontrol dan masukan serta hasil).

Hrebiniak (2006) menunjukkan beberapa hal yang mengganjal dalam startegi implementasi yaitu ketidak mampuan mengelola perubahan, startegi yang jelek, tidak ada petunjuk atau model implementasi, sharing informasi yang jelek, tidak jelas kewenangan dan akuntabilitas dan terdapat pekerjaan yang bertentangan dengan struktur kewenangan organisasi.

Selanjutnya, penulis mengusulkan framework strategi implementasi yang terdiri atas 3 bagian yaitu:

  1. Strategi-strategi aktivasi yang berisi persiapan tugas secara manajerial dan aktifitas strategi implementasi dimana mencakup implimentasi projek, implementasi prosudural dan pengalokasian sumberdaya.
  2. Mengelola perubahan dimana merupakan strategi implementasi utama yang berhubungan dengan bagaimana mengelola perubahan yang kompleks. Terdapat 3 aktifitas utama dalam tahapan ini, yaitu implementasi structural. Implemetasi kepemimpinan dan implementasi perilaku.
  3. Mencapai keefektifan yang merupakan hasil dari proses strategi implementasi. Dalam tahapan ini terdapat implimentasi fungsional yang berhubungan dengan area keuangan dan marketing, dan implimentasi operasional yang berhubungan dengan perbaikan da penyempurnaan implementasi strategi pada level bawah organisasi.

 

Penerapan Framework Strategi Implementasi pada Reliance Group

Reliance Group dibangun oleh Dhirajlal Hirachand tahun 1997 yang pada awalnya merupakan perusahaan tektil kecil yang kemudian berkembang besar dan masuk dalam Fortune 500 dimana saat ini area bisnisnya mencakup bisnis investasi, satellite, waliamanat, dan lain-lain. Filosofi perusahaan mencakup hal-hal yaitu: harus berskala dunia, mempunyai teknologi yang sangat tinggi, terintegrasi value chain, mempunyai keunggulan global, mempunyai kepemimpinan yang tinggi pada wilayah bisnis yang ditentukan, superior dalam eksekusi project, konservatif dalam keuangan, mempunyai standard tertinggi dalam kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan serta konsisten dalam meningkatkan value pemegang saham (Ambani, 2004).