Setelah WHO (World Healthy Organization) mengumumkan bahwa COVID-19 merupakan pandemi dunia, setiap negara langsung bersiap siaga dalam mempertahankan dari segi aspek mulai dari keamanan, pertahanan, kesehatan masyarakat dan lain sebagainya. Tetapi salah satu yang penting dan krusial adalah mengenai ekonomi negara. Dimulai dari tahun 2020, Indonesia telah diguncang dengan beberapa peristiwa alam dan dipicu dengan virus COVID-19 menyebabkan guncangan ekonomi menjadi begitu hebat. Ekonomi tiba-tiba ambruk dalam sekejap akibat menyebarnya virus corona ke seluruh dunia. Maka buruknya situasi ini memberikan dampak bagi sektor bisnis, dimana dengan begitu cepat berubahnya perilaku konsumen. Konsumen menjadi sangat berhati-hati untuk melakukan konsumsi dan berusaha untuk menjaga diri dan keluarganya untuk tetap bertahan di situasi ini. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat menjadi hal utama untuk keamanan diri, sehingga untuk menghindari krisis dan menyelamatkan diri konsumen dengan cara sebisa mungkin memiliki stok makanan dan minuman. Maka metode konsumen untuk memenuhi adalah dengan beralih dari offline kepada transaksi secara online.

Berdasarkan Yelp Economic Average pada bulan Maret 2020 telah melaporkan beberapa dampak ekonomi yang disebabkan oleh virus corona ini dimana mengungkapkan sektor ekonomi mana saja yang terkena dampak buruk dan sektor ekonomi mana yang malah mendapatkan tren pertumbuhan akibat adanya krisis ini. Dimulai dari sektor yang tampak menurun, mayoritas sektor sekunder yang tidak berpengaruh langsung bagi pemenuhan kebutuhan konsumen. Seperti contohnya toko-toko gaun pengantin yang menurun hingga 63%, sektor barang bekas dan kuno yang mencapai 64%, sektor parkir yang negatif sebesar 63%, kemudian pusat perbelanjaan yang menurun sebesar 58% dan toko-toko pinggir jalan yang turun sebesar 41%. Begitu juga dengan sektor bisnis perawatan dan penitipan anak yang menurun sebesar 41%, sektor hiburan yang mengalami penurunan mencapai 65%, toko minuman anggur yang mengalami penurunan sebesar 67%, terapi pijat dan spa juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 39% dan 23%. Melalui hasil data ini mengungkapkan bahwa konsumen akan memprioritaskan pendapatannya ke arah yang lebih bermanfaat bagi kehidupannya dimasa yang akan datang dengan melakukan saving, membeli sesuai kebutuhan, membatasi transaksi secara langsung, mengutamakan kesehatan dan keamanan anggota keluarganya. Disisi lain secara tidak langsung terdapat beberapa sektor bisnis yang diuntungkan karena adanya lonjakan tingkat pembelian, seperti sektor agrikultur mengenai hasil perkebunan, air konsumsi, toko daging, dan toko buah serta sayur mendapatkan angka pertumbuhannya bahkan mencapai 430%, toko bahan-bahan pangan yang meningkat sebesar 200%. Sektor ekspedisi jasa kurir antar dan jemput barang menunjukkan pertumbuhan sebesar 95%, peningkatan industri ISP (Internet Service Provider) sebesar 128% dan televisi tumbuh sebesar 118% serta peningkatan dari sektor farmasi sebesar 223%. Melihat data tersebut, terdapat hal yang menarik yaitu dikarenakan tidak adanya kepastian dan tingkat stres yang tinggi dari masyarakat mengakibatkan masyarakat menjadi lebih waspada dan berhati-hati dengan keadaan dan kebutuhan diri mereka sambil memantau pada keadaan lingkungan sekitarnya. Para konsumen juga cenderung untuk menahan diri melakukan konsumsi dan memilih untuk memiliki uang secara tunai.

Melihat begitu banyaknya sektor bisnis yang terkena dampak, pebisnis perlu juga untuk berjaga-jaga dan bertindak lebih optimal dalam menghadapi situasi ini. Terdapat beberapa strategi yang perlu dilakukan yaitu manfaatkan media sosial sebagai channel utama pemasaran dikarenakan pada masa pandemi ini masyarakat akan lebih banyak mengalihkan perhatiannya pada media sosial. Sehingga bisnis perlu mulai dengan aktif menceritakan produk atau usaha, memberikan promo yang menarik hingga minta bantuan konsumen untuk rekomendasikan kepada yang lain. Kedua, memastikan cashflow terjaga dengan sehat, arus kas menjadi unsur paling penting dalam bisnis. Sehingga para pemilik usaha harus mampu mengelola uang tunai secara optimal dan baik. Dengan situasi seperti ini, pemilik usaha perlu mempertimbangkan transaksi-transaksi penting dalam supply chain perusahaan. Ketiga, merencanakan ulang pendapatan dan pangkas anggaran biaya, dimana melihat kembali rencana anggaran biaya menjadi hal yang krusial di masa ini. Pemilik usaha harus dapat memilah pos anggaran mana yang menjadi prioritas dan melakukan penyesuaian budget dengan kondisi saat ini untuk mengupayakan usaha tetap berjalan dengan risiko yang dapat diantisipasi. Keempat, selalu monitor transaksi bisnis dikarenakan pelaku bisnis perlu mengetahui secara detail proses yang terjadi dalam perusahaannya. Hal ini dapat melakukan transaksi perbankan secara online dengan melakukan rekonsiliasi bank secara otomatis tanpa perlu repot mengunjungi kantor fisik. Kelima, memperhatikan kondisi stok barang dengan melakukan pengontrolan status persediaan barang secara berkala dan real time. Sehingga dapat mengetahui persediaan barang juga diperlukan untuk memperoleh referensi produk mana yang paling diminati dan kurang diminati, produk mana yang akan segera habis masa berlakunya, stok yang kosong, dll.

Maka dari itu dengan terjadi masa pandemi ini akan membuat para pebisnis memiliki alarm tersendiri dalam mengelola perusahaannya, dimana akan sangat mempertimbangkan ketersediaan uang kas untuk keberlangsungan perusahaan saat masa krisis, strategi bisnis yang dilakukan dan efisiensi dari segi produktivitas karyawan dan proses bisnis yang ada dimana dengan tujuan untuk mempertahankan keberlanjutan dari perusahaan saat situasi bisnis sedang menurun dan dimasa yang akan mendatang. (Created by: Febiyana Aditya)

Resources :

Sulaiman, F. (2020, Maret 24). Hai, Pelaku UKM! Ini 5 Strategi Hadapi Dampak Covid-19. Retrieved from Wartaekonomi.co.id: https://www.wartaekonomi.co.id/read277929/hai-pelaku-ukm-ini-5-strategi-hadapi-dampak-covid-19/2

Ramadhan, B. (2020, April 1). Dampak Pandemi COVID-19 Pada Berbagai Sektor Bisnis. Retrieved from TEKNOIA: https://teknoia.com/dampak-covid-19-pada-bisnis-84dba2cc6727