Banyak orang merasa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi pula kesuksesan yang akan diraihnya. Faktanya, hal tersebut belum tentu benar. Terkadang gelar yang kita miliki tidak dapat menjamin kesuksesan karir kita ke depannya. Sehingga kerja keras serta semangatlah yang dapat melandasi kesuksesan kita. Terdapat tiga jenis pendidikan yang perlu diperoleh setiap orang, yang dapat dijadikan senjata menghadapi kehidupan. Pertama pendidikan skolastik, pendidikan formal yang merupakan tempat kita belajar membaca, menulis, dan berhitung tidak hanya itu tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian serta mengembangkan bakat dan kegeniusan siswa. Kedua pendidikan profesional, yang mengajarkan kita keterampilan praktis yang bisa diterapkan saat kita memasuki dunia pekerjaan, contoh profesi dokter, perawat, akuntan, pengacara dan lain sebagainya. Sehingga keterampilan sebagai profesional bisa menjadi bekal untuk bertahan hidup, namun pendidikan profesional hanya mengajarkan kita untuk mencari uang, bukan mengelola atau bahkan melipatgandakan uang. Sehingga kita perlu untuk menyeimbangi dengan pendidikan yang ketiga yaitu pendidikan keuangan, dalam pendidikan keuangan ini akan mengajari kita cara mengelola uang dan membuat uang bekerja untuk diri kita yang sering kali uang telah mendominasi dalam kehidupan kita, hal ini dapat dikatakan kebebasan secara finansial.

Menurut Robert Kiyosaki, dalam salah satu bukunya yang berjudul “The Cashflow Quadrant” pada tahun 2012, mengatakan bahwa terdapat empat cara untuk mendapatkan uang. Pada kuadran E (Employee = pegawai), adalah seseorang yang hanya bekerja setiap hari hingga pensiun dan mengandalkan dari gaji bulanan yang dimana ia dan perusahaan tidak dapat menjamin keloyalitasannya. Kuadran S (Self-employee = bekerja sendiri), adalah orang yang bekerja sendiri dengan mengandalkan secara intelijen dan fisiknya untuk mendapatkan uang sehingga ketika orang tersebut meninggalkan pekerjaannya tersebut maka ia tidak dapat mendapatkan uang. Kuadran B (Business Owner = pengusaha), adalah orang memiliki bisnis atau usaha yang mendapatkan penghasilan dengan menggunakan tenaga dan pikiran orang lain untuk bekerja baginya sehingga ketika pemilik / pengusaha tersebut tidak di tempat, bisnis atau usahanya tetap berlanjut. Kuadran I (Investor), adalah orang yang menginvestasikan uangnya kepada suatu lembaga atau sesuatu hal yang dapat menambah / menghasilkan uang dari hasil investasinya sebagai contoh menabung di reksadana, properti, emas, tanah, dan lain sebagainya. Pada pengaplikasiannya yang lebih menguntungkan bagi diri sendiri berada pada kuadran sisi kanan yang bisa kita mulai dengan membuat usaha sendiri. Ketika berperan menjadi pengusaha maka diperlukannya suatu sistem, yang terbagi menjadi tiga bagian yang dapat dipilih dan diaplikasikan dalam memulai bisnis yaitu, pertama membuat sistem, dimana dibutuhkan modal yang besar dalam membangun sistem tersebut dari awal input proses sampai output, risiko yang ditangguhkan juga tinggi, sehingga butuh mental yang kuat. Kedua membeli sistem, hal ini dapat dijalankan dengan bisnis franchise (waralaba) yang merupakan suatu bisnis yang tinggal dijalankan dan segala sumber daya telah disediakan sehingga membutuhkan modal yang lumayan besar. Lalu terdapat pembagian royalti, maka dari itu diperlukan pencapaian target setiap bulannya, hal ini dapat menjadi risiko bagi pengusaha. Ketiga menjalani sistem, dimana kita sebagai pengusaha bertindak hanya menjalani sistem dengan membutuhkan modal yang sedikit salah satunya skill marketing dan risiko yang diterima sedikit. Sebagai contoh pemasangan jaringan atau multi-level marketing, sehingga kita dapat fleksibel dalam mengatur pekerjaan kita. Ketika kita memutuskan untuk memilih kuadran B sebagai pengusaha, maka sangat diperlukan mental dan sikap yang bertanggung jawab, berantusias, berinovasi / kreatif, dan berpikir positif. Sehingga kita dapat menempatkan diri dalam segala situasi, terus mau belajar, dan berpikir cerdik dalam menghadapi masalah.

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa diri kita dapat menjadi modal awal dalam memulai suatu bisnis, dengan cara terus meningkatkan potensi diri sehingga memiliki nilai yang lebih baik dari yang lain dan terus mau untuk belajar sesuatu hal yang baru atau dari pengalaman sebelumnya dengan tidak takut untuk salah atau berani mengambil risiko dapat dikatakan high risk, high return. Seiring berkembangnya zaman yang membawa kita pada revolusi industri 4.0 yang serba digital, mesin, dan praktis, terdapat beberapa sektor bisnis yang akan terus berkembang yaitu foods and beverage, pendidikan, dan kesehatan. Sehingga diharapkan kita terus dapat berinovasi membuat bisnis dengan sektor tersebut yang dimana akan membuat bisnis kita dapat terus berkelanjutan / sustainable untuk masa depan. (Created by : Febiyana Aditya)

References :

Artikelbaru.com. (2011, 11 Agustus). Pendidikan Skolastik, Profesional, dan Finansial. Diakses pada tanggal 23 Januari 2020, dari http://beritasubahoon.com/2011/08/pendidikan-skolastik-profesional-dan.html.

Kiyosaki, R. T. dan Lechter, S. L. 2012. The Cashflow Quadrant. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.