MENINJAU PELEMAHAN MATA UANG TURKI DAN DAMPAKNYA PADA RUPIAH
Setiap negara di dunia memiliki mata uang tersendiri yang dapat digunakan sebagai alat yang pembayaran yang sah ketika melakukan perdagangan dengan negara lain. Saat ini terdapat 180 jenis mata uang yang diakui oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk perdagangan. Setiap mata uangĀ negara memiliki nilai tukar masing-masing apabila ditukarkan ke mata uang negara lain. Namun pada tahun ini terdapat satu mata uang yang mengalami penurunan signifkan pada nilai tukarnya. Mata uang itu adalah Lira alias mata uang untuk negara Turki.
Pelemahannya mata uang suatu negara dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun apabila ditinjau dari ilmu makroekonomi maka faktor utama adalah besar inflasi dan nilai suku bunga suatu negara. Kedua hal tersebut juga dapat diregulasi oleh pemerintahan negara dengan menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Hampir setiap negara di dunia harus menghadapi inflasi dalam negaranya, inflasi pun terjadi secara perlahan seiring dilakukan perdagangan dengan negara lain. Namun untuk Turki, inflasi yang dihadapi pada bulan Juli 2018 sudah mencapai 15.35% dan memiliki mata dampak buruk pada nilai tukar Lira yang kini sudah anjlok 66% sejak awal tahun 2018.
Alasan jatuhnya Nilai Tukar Lira
Sesungguhnya pelemahan siginfikan nilai tukar Lira tidak hanya disebabkan oleh inflasi di negara tersebut saja, namun terdapat faktor lain yang berkontribusi pada pelemahan Lira. Berikut adalah beberapa faktor yang terus membuat nilai tukar Lira semakin kian terpuruk.
Bank Central Turki yang tidak independen menjadi salah satu faktor yang penyebabnya bertambah buruknya nilai tukar Lira. Kebijakan Bank Central Turki untuk tidak menaikkan suku bunga untuk menekan laju inflasi membawa dampak buruk pada nilai tukar Lira. Bank Central Turki tidak menaikan suku bunga atas perintah Presidennya tetapi alasan kebijakan tersebut masih dipertanyakan oleh sebagian pengamat Ekonomi. Kebijakan tersebut membuat para investor melihat Bank Central Turki terlihat tidak independen dan tak mampu melakukan perbaikan situasi ekonomi negaranya. Sentimen negatif ini menjadi alasan salah satu alasan investor menarik uangnya dari Turki.
Sanksi Amerika Serikat pada Turki terkait kasus penahan pastornya, keputusan Turki untuk menahan seorang pastor Amerika Serikat memperkeruh suasana antar dua negara tersebut dan berdampak pada nilai tukar Lira. Sanksi yang diberlakukan berupa kenaikan tariff impor besi dan aluminium yang berasal dari Turki. Hubungan Turki dengan Amerika yang memburuk membawa sentimen negatif pada para investor, hal ini diperburuk lagi dengan kebijakan Turki yang juga melakukan sanksi berupa kenaikan biaya impor produk Amerika Serikat. Sebagainya akibatnya para investor melihat situasi Turki kurang layak untuk ditanamkan modal karena resikonya dinilai terlalu tinggi.
Kenaikan suku bunga Bank Central Amerika Serikat (The Fed), kenaikan nilai suku bunga bank Amerika Serikat memperburuk nilai tukar Lira. Kebijakan ini cukup berdampak pada Turki karena perdagangan Turki yang mengandalkan mata uang Dollar AS.
Penetapan Berat Albayrak sebagai menteri keuangan Turkey, penetapan ini membawakan banyak pertanyan bagi para investor karena Berat Albayrak merupakan anak menantu dari Presiden Erdogan. Tindakan ini terus memberikan kesan bahwa pemerintahan Turki tidak bisa independen untuk memperbaiki ekonominya dan dikendalikan secara menyeluruh oleh Presidennya.
Dampak pelemahan Lira pada Rupiah
Pelemahan mata uang Lira tentu berdampak pada nilai tukar Rupiah. Namun dampaknya itu tidak terlalu signifikan, rupiah juga mengalami pelemahan hingga menjadi 14.600/Dollar AS. Pelemahan ini tidak hanya berdampak pada rupiah dan namun pada IHSG, namun dampak ini dinilai hanya bersifat sementara menurut kepala Bappenas. Pelemahan ini tidak hanya dirasakan oleh rupiah, efek domino ini berdampak pada berbagai mata uang negara berkembang seperti Afrika Selatan, Brazil dan India.
Indonesia sebenarnya tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak pelemahan Lira ini. Kondisi perekonomian Indonesia yang memilih pertumbuhan kuat, inflasi rendah, dan defisit APBN yang lebih rendah menunjukkan kondisi Indonesia yang mulai membaik. Akan tetapi Indonesia tetap harus waspada terhadap gejolak pasar keuangan dunia seperti kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan juga memastikan kebijakan moneter dan fiskal Indonesia yang tepat untuk menanggapi kondisi keuangan global.
Sumber :
https://www.cnbc.com/2018/08/17/turkey-lira-crisis-impact-on-asia-pacific-economies.html
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45161028
Comments :