Black Friday merupakan hari di mana para peritel Amerika Serikat memberikan diskon besar-besaran bagi para konsumen yang ingin berbelanja. Black Friday ini selalu diselenggarakan sehari setelah Thanksgiving di Amerika Serikat, di mana Thanksgiving dirayakan pada hari Kamis yang ke-4 tiap bulan November. Jadi, tanggal diselenggarkannya Black Friday itu tidak tetap tiap tahunnya dan mengikuti Hari Raya Thanksgiving. Namun mengapa Black Friday memiliki nama sedemikian rupa?

Sejarah nama Black Friday dapat dilacak asal-usulnya pada tahun 1950 di Amerika Serikat. Dimana istilah ini digunakan oleh para polisi untuk keramaian yang terjadi di kota Philadeplhia sehari setelah hari raya Thanksgiving. Polisi pada hari tersebut harus berurusan dengan berbagai turis dan kerumunan pembelanja yang datang ke kota Philadeplhia, masalah ini diperburuk oleh adanya pengutil toko yang memanfaatkan keramaian yang terjadi pada waktu itu. Pada tahun 1980-an, berbagai peritel di Amerika Serikat berusaha mengubah konsep Black Friday yang memiliki konotasi negatif menjadi positif bagi para pembelanja waktu itu. Upaya perubahan konsep Black Friday hingga menjadi hari raya diskon yang dinanti-nantikan oleh penduduk Amerika Serikat setiap tahunnya.

Kembali ke masa kini, di mana Black Friday akan segera dirayakan. Berbagai peritel besar di Amerika Serikat seperti Bestbuy, Target, Walmart, Amazon.com dan masih banyak peritel lainnya ikut memeriahkan Black Friday ini. Berbagai jenis produk mulai dari elektronik, perabotan rumah, pakaian, buku, mainan dan masih banyak lagi mengalami diskon besar-besaran. Diskon ini tidak hanya terjadi untuk ritel secara offline melainkan juga dilakukan secara online oleh Amazon.com dan beberapa website E-Commerce di Amerika Serikat.

Antusiasme warga Amerika Serikat untuk berbelanja pada Black Friday masih tetap termasuk tinggi namun terdapat perubahan perilaku warga Amerika Serikat dalam berbelanja. Perubahan tersebut adalah merupakan perubahan yang menyerupai di Indonesia saat ini, di mana para pembeli mulai lebih tertarik untuk berbelanja secara online untuk Black Friday. Perubahan ini terjadi karena sebagian pembeli merasa malas menghadapi kekacauan dan kerumunan orang yang rebutan barang di toko saat Black Friday. Hal ini tidak mengherankan, karena beberapa tahun lalu saat Black Friday terjadi beberapa kasus kekerasan antara pembeli dan beberapa kasus pun berakhir dalam meninggalnya seseorang. Selain itu, diskon yang ditawarkan E-Commerce Amerika Serikat tidak kalah menarik dengan peritel offline yang membuat orang betah mengikuti Black Friday secara online saja.

Pesta diskonnya pun tidak berakhir pada Black Friday, hari Sabtu dan Minggu setelah Black Friday sebagian peritel tetap menawarkan diskon yang menarik bagi pembeli yang tidak dapat berpartisipasi pada hari Jumat tersebut. Hari Senin setelah Black Friday pun memiliki sebutan unik sendiri yakni “Cybermonday”. Dimana Cybermonday merupakan pesta diskon besar-besaran untuk berbagai E-Commerce di Amerika Serikat yang tidak kalah meriah dengaan Black Friday. Berbagai pesta diskon yang diselenggarkan setelah Thanksgiving tentu mendorong warga Amerika Serikat untuk menghabiskan uangnya untuk berbelanja.