PERBANDINGAN PERHITUNGAN KINERJA SCOR MODEL LEVEL 1 DI PT. XYZ

PT XYZ adalah perusahaan yang berdiri sejak tahun 2011 dan berfokus dalam penjualan produk seperti mesin seal minuman, sendok garpu plastik, tusuk sate bambu, stick ice cream, coffee stirrer, tusuk gigi, dan sumpit kemasan yang terbuat dari bambu yang banyak digunakan dalam industri makanan. SCOR Model merupakan pokok penting dalam memahami bagaimana cara mengoperasikan supply chain, mengidentifikasi pihak – pihak terkait, serta menganalisis kinerja supply chain. SCOR Model Versi 11.0 sendiri mempunyai empat level pemetaan yaitu (Paul, 2016):

Level 1 menjelaskan secara detail dan jelas dari proses atau aktivitas – aktivitas yang ada pada supply chain perusahaan dimulai dari aktivitas yang berkaitan dengan supplier hingga ke konsumen. Terdapat 6 buah proses SCOR yang ada pada supply chain management yaitu plan, source, make, deliver, return, dan enable. Pengukuran kinerja supply chain management perusahaan disini menggunakan atribut – atribut kinerja dari SCOR Model versi 11.0 yaitu reliability, responsiveness, agility, cost, dan asset management efficiency. Benchmarking pada metrik level 1 membantu perusahaan menetapkan target yang realistis dan benchmark antara PT XYZ dengan kompetitor dilakukan setelah adanya evaluasi menyeluruh untuk variabel atau indikator – indikator kinerja baik untuk internal maupun eksternal perusahaan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kinerja perusahaan dibandingkan dengan kompetitornya (benchmark) dan menganalisis gap atau kesenjangan yang ada. Ada pun di bawah ini adalah perbandingan metrik SCOR Model Level 1 perusahaan dengan salah satu kompetitornya:

Sumber: diolah peneliti berdasarkan wawancara dengan Direktur perusahaan (2018)

Terdapat beberapa metrik kinerja yang tidak diukur seperti Upside Supply Chain Flexibility, Upside Supply Chain Adaptability, Downside Supply Chain Adaptability, dan Value at Risk dikarenakan perusahaan tidak mengalaminya. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kinerja supply chain perusahaan berada di posisi terbaik (best in class) sehingga bisa dikatakan bahwa hingga saat ini perusahaan tidak memiliki gap dengan kompetitor. Maka untuk dapat tetap menjadi yang terbaik, dibutuhkan peningkatan pada kinerja supply chain keseluruhan yaitu dengan penentuan target kinerja berikutnya yang harus dapat dicapai untuk mempertahankan posisi unggul.

Author :
Natasya Emanuella Chandra – 1701309835

Haryadi Sarjono – D1574