SIX SIGMA

Oleh : Sambudi Hamali (Faculty Member of Management)

Total Quality Management (TQM) berfokus pada kualitas yang memerlukan perbaikan terus menerus yang mencakup orang, peralatan, pemasok, material, dan prosedur. TQM penting karena keputusan kualitas mempengaruhi masing-masing dari sepuluh keputusan yang dibuat oleh manajer operasi. Salah satu program TQM yang paling efektif adalah Six Sigma.
Six Sigma adalah pendekatan yang dilakukan oleh Motorola pada tahun 1986, dengan fokus pada perbaikan yang berkaitan dengan proses dan kualitas dengan mengidentifikasi penyebab kesalahan dan mengurangi variabilitas. Metodologi ini dikenal sebagai alat yang ampuh untuk perbaikan proses dengan aplikasi yang luas di banyak industri. Tujuan Six Sigma adalah untuk meningkatkan margin keuntungan, memperbaiki kondisi keuangan dengan meminimalkan tingkat produk yang cacat.
Peningkatan menuju target Six Sigma dapat dilakukan dengan menggunakan dua metodologi, yang terdiri dari:
1. Six Sigma – DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
2. Desain untuk Six Sigma (DFSS- Design for Six Sigma), DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify).
Model DMAIC digunakan saat diterapkan pada peningkatan kinerja produk, proses, atau layanan yang ada. Model DMADV digunakan saat tujuan proyek adalah pengembangan produk, proses atau layanan yang didesain ulang secara radikal. DMADV adalah bagian dari desain toolkit Six Sigma (DFSS). DMAIC terdiri dari lima tahap utama, yang terdiri dari:
Define – Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.
Measure – Mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline measurements) agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan indikator kinerja kunci (Key performance indicators = KPIs)
Analyze – Menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.
Improve – Melakukan penetapan rencana tindakan (action plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six Sigma.
Control – Melakukan pengendalian terhadap proses secara terus-menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma.

Sumber Bacaan
Heizer, J., Render, B., Munson, C. (2017). Operations management: Sustainability and Supply Chain Management. 12th Edition. Essex : Pearson.
Kabir, M. E., Boby, S. M. I., & Lutfi, M. (2013). Productivity Improvement by using Six-Sigma. International Journal of Engineering and Technology, 3(12), 1056-1084.
Pyzdek, T., & Keller, P. A. (2010). The Six Sigma Handbook: A Complete Guide for Green Belts, Black Belts, and Managers at All Levels. New York: McGraw-Hill Companies.

Sambudi Hamali