Antara Bangkok dan Jakarta

Oleh: Styfanner Liukapisa (Student of International Marketing)

 

Pada Tanggal 6 – 9 September 2017, International Marketing Program of BINUS University mengadakan Educational Tour ke Thailand bersama dengan mahasiswa/i International Marketing.

Selama berada di Bangkok, saya menyadari keadaan dan tren market di Bangkok cukup berbeda dibanding dengan keadaan dan tren market di Jakarta. Meskipun suhu udara di Jakarta dengan Bangkok cukup mirip, namun perbedaan yang cukup signifikan adalah tingkat kelembaban udara di Bangkok lebih tinggi dibanding dengan di Jakarta. Di Bangkok, saya hampir tidak pernah merasakan hembusan angin selama saya berkeliling.

Hal ini dapat dikarenakan Jakarta berada 7 meter diatas permukaan laut, sedangkan Bangkok hanya berada 2 meter diatas permukaan laut. Perbedaan 5 meter ini cukup mempengaruhi Bangkok dimana hembusan angin yang dirasakan oleh penduduk sangatlah sedikit. Hal ini membuat warga Bangkok mencari alternatif lain untuk menyegarkan diri dari tingkat kepanasan yang ada di Bangkok.

Banyak dari warga Bangkok menyadari bahwa dengan menjual hal-hal yang melepaskan dahaga merupakan ide yang sangat bagus. Salah satu contohnya adalah dengan menjual minuman dingin. Tidak hanya dingin, warga Thailand juga menyukai makanan atau minuman manis. Hal ini membuat banyak warga yang menjual Thai Tea atau minuman teh yang diberikan susu kaleng untuk memberikan rasa manis, dan diberikan es batu untuk memberikan rasa dingin yang menyegarkan.

Tidak hanya minuman, alternatif lainnya yang berada di market Bangkok adalah es krim. Banyak dari warga Bangkok menjual es krim dengan menawarkan rasa-rasa manis yang banyak untuk menarik perhatian calon consumer. Dengan target pasar yang bervariasi dari seluruh kalangan dan segala umur, penjual es krim bisa ditemukan di berbagai tempat hingga di area mall seperti mall Platinum.

Meskipun Jakarta dan Bangkok cukup mirip, namun selalu terdapat perbedaan yang cukup siginifikan diantara dua Ibu Kota ini. Di Jakarta, pemerintah mencoba mengurangi jumlah perokok dengan memberikan gambar-gambar yang menyeramkan untuk dapat membuat perokok takut dan sadar atas bahaya merokok.

Di Bangkok, pemerintah tidak hanya memberikan gambar-gambar seram di bungkus rokok, namun juga tidak memberikan gambaran atas rokok di toko-toko dan minimarket di Bangkok. Seluruh rokok yang berada di rak penjualan ditutup dengan kertas atau kain, dimana orang-orang yang lewat tidak dapat melihat dengan jelas rokok apa yang dipajang atau dijual di toko-toko tersebut.

Tidak hanya itu, banyak tempat-tempat yang melarang orang-orang yang berada di Bangkok untuk merokok. Warga Bangkok diminta untuk mengikuti aturan ini dimana bagi orang-orang yang melanggar akan dikenakan denda sebesar 2.000 baht atau kurang lebih Rp 800.0000,-. Dengan adanya banyak gambar dan larangan ini, pemerintah sengaja membuat resah para perokok untuk menekankan jumlah perokok yang ada di Bangkok.